Foto : Vian Burin dan Delegasi Rakyat Lembata


Di Buku SejarahLlembata : Ket Foto : Tim Gabungan Delegasi Rakyat Lembata, disingkat Delegasi Rakyat Lembata.

LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Pada tanggal 23 Maret 1999 Delegasi Rakyat Lembata bertambah dua orang lagi yaitu Agus Baro Wuran dan Vian Burin, SH. Dengan demikian Delegasi Rakyat Lembata yang diutus ke Jakarta berjumlah 5 (Lima) orang. Mereka adalah Drs. Stefanus Sengaji Betekeneng, Alex Murin, Rasidin Rasan, Vian K. Burin dan Agus Baro Wuran. Empat diantaranya telah berpulang menghadap Sang Pencipta. Sedangkan satu-satunya yang masih hidup adalah Vian Burin yang kini bertekad maju menjadi Calon Bupati Lembata didampingi Calon Wakil Bupati Lembata, Paulus Doni Ruing, Sekjen TIm Jakrta yang juga berjuang untuk Lembata menjadi kabupaten otonom terpisah dari Kabupaten Induk Flores Timur.

Vian Burin, utusan pemuda dalam Tim Delegasi dari Lembata ke DPR-RI (tahun 1999), terlihat dalam foto sedang membacakan Memorandum Perjuangan Lembata jadi Kabupaten, di depan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta. Di samping kanan Vian Burin adalah Thomas Ataladjar, putra Atadei, wartawan dan penulis buku terkenal. Di belakang, ada dua pemuda asal Lembata yang sedang merantau di Jakarta ketika itu dan sebagai wartawan ibukota; baju putih: Ansel Deri (putra Boto) dan Baju Hijau: Viktus Murin (Putra Uyelewun.


Kini, di usia 25 tahun Lembata Kabupaten, Vian Burin maju sebagai Calon Bupati Lembata berpasangan dengan Paulus Doni Ruing, Calon Wakil Bupati Lembata keduanya merupakan Dwi Tunggal yang bersama-sama memperjuangkan Lembata menjadi Kabupaten oyonom yang diusung oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kebersamaan dengan PPP terulang kembali kini, di tanah Lembata ini.
Sebagaimana tercatat dalam Buku Karya Sejarahwan Asal Lembata, Thomas Atalajar dalam bukunya berjudul, “Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya” mengungkapkan, perlu dicatat bawa pengusutan Delegasi Rakyat Lembata ke Jakarta untuk bertemu dengan wakil Pemerintah Pusat dalam rangka memperjuangkan aspirasi rakyat Lembata diiringi restu Lewotana, yang dimohon lewat upavata Baololong leway seremonial adat yang dilakukan pada 12 Maret 1999. Ritual dilakukan dibawah pohon beringindi dekat Rumah Jabatan Pembantu Bupati .

Disana diletakan tujuh buah batu yang dibawa masing-masing dari ke-7 kecamatan se-Lembata untuk minta restu Leluhur . Ketujuh batu itu , perlambang 7 Nuba Nara yang menurut Vian Burinmerupakan simbol seluruh kekuatan leluhur dan masyarakat yang diritualkan dulu di kecamatan masing-masing sebelum dibawa ke Lewoleba.
Setelah acara seremoni itu, dilanjutkan dengan sambutan Pembantu Bupati, Drs. Stanis Atawolo melepas delegasi dengan menyerahkan dokumen kepada bapak Petrus Gute Betekeneng (salah satu Pencetus Statemen 7 Maret 1954), selanjutnya diserahkan kepada Ketua Delegasi, Drs. Stefanus Sengaji Betekeneng dengan pesan agar ke Jakarta dan bergabung dengan Sdr. Anton Enga Tifaona serta orang Lembata yang ada disana, dan tidak boleh pulang kalau tidak bawa otonomi.
Dengan demikian sejarah Perjuangan Rakyat Lembata 1999 ini berdiri diatas dasar budaya Wuno Pito, Tujuh Bintan Berumpun , disimbolkan dalam 7 Nuba (Tujuh Batu Sakral) yang mewakili 7 wilayah hukum adat dalam wilayah kepemerintahan disebut wilayah kecamatan yaitu Wilayah Hukum Adat/Kecamatan Lebatukan, Nubatukan, Ile Ape, , Buyasuri, Omesuri, Atadei dan Nagawutung.
Tujuh Batu Sakral ini, telah dilakukan secara ritual adat dari wilayah adat masing-masing dan diserahkan dibawah pohon beringin , samping timur depan rumah besar masyarakat Lembata yaitu Rumah Jabatan Bupati Lembata , sebagai simbol kekuatan Lera-Wulan Tanah-Ekan (Allah yang jauf tetapi dekat, imanen) bagi Masyarakat Lembata. Tempat ini wajib hukumnya menjadi tempat ritual sakral adat Lembata mengawali dan mengakhiri setiap kali hajatan-hajatan umum dan spesifik. Apakah para pemimpin Lembata masih ingat atau pura-pura lupa dengan simbol-simbol kekuatan adat , dalam memimpin daerah ini ??? (WN-01)