Theresia Krowin: Srikandi Lamaholot
LARANTUKA : WARTA-NUSANTARA.COM–Dalam sorot mata Theresia Krowin, ada cahaya keberanian yang tak terpadamkan, memancar dari jiwa seorang srikandi tangguh yang dilahirkan dari rahim Lamaholot. Ia berdiri kokoh, seperti karang yang tak tergoyahkan oleh badai, menatap masa depan politik dengan pandangan yang tajam dan lurus. Baginya, kekuasaan bukanlah sekadar kursi empuk, melainkan amanah yang harus dipertanggungjawabkan, dan jabatan bukanlah trofi kemenangan, melainkan beban moral yang harus diemban dengan kesucian hati.
Theresia Krowin, Wakil Sekretaris DPD Partai Gerindra NTT, menolak segala bentuk kepemimpinan yang bertopeng, pemimpin yang menyembunyikan niat licik di balik senyum manis. Ia berdiri lantang menentang mereka yang miskin akan moral, yang dengan licik menyusup ke dalam pusaran kekuasaan.
Baginya, tak ada tempat bagi mereka yang mencuri amanah rakyat, mereka yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi. Dalam pandangannya, pemimpin sejati haruslah takut akan Tuhan, haruslah tunduk kepada moral yang luhur dan hati nurani yang bersih. Sebagai “ata Diken Lamaholot “.
Sebagai kader Partai Gerindra, Theresia Krowin menegaskan bahwa jalan panjang yang ia tempuh dalam karir politiknya adalah jalan yang dipilih bukan hanya dengan akal, tetapi dengan hati. Bagi Theresia, loyalitas kepada partai bukanlah sekadar janji yang diucapkan dalam rapat, melainkan ikatan yang tertanam dalam sanubari. Loyalitas itu tumbuh dari keyakinan bahwa perjuangan politik adalah tentang kepentingan banyak orang, tentang kemakmuran Nusa Tenggara Timur, dan tentang nasib perempuan yang sering kali terpinggirkan di tanah Lamaholot.
Ia tak segan mengingatkan bahwa kader Partai Gerindra harus meneladani ketakutan akan Tuhan sebagai fondasi moral. Bagi Theresia, keimanan adalah pondasi dari setiap tindakan, setiap kebijakan, dan setiap keputusan politik. Dalam nafasnya, ia percaya bahwa politik tanpa moralitas adalah politik tanpa arah, dan kekuasaan tanpa keimanan hanyalah kehampaan yang memabukkan.
Sebagai seorang srikandi Lamaholot, Theresia Krowin memahami bahwa setiap jabatan dan tanggung jawab yang diemban adalah amanah. Jalan panjang yang ia tempuh dalam politik adalah sebuah pengabdian, bukan panggung untuk mencari pengakuan. Ia bertekad untuk selalu tunduk pada perintah partai, namun dengan kesadaran penuh bahwa setiap keputusan haruslah sejalan dengan nurani dan kepentingan rakyat.
Dengan tegas, ia menolak kompromi dengan korupsi dan segala bentuk kemerosotan moral. Theresia percaya, kepemimpinan yang sejati hanya akan terwujud ketika pemimpin berdiri teguh di atas prinsip, tak tergoyahkan oleh godaan kekuasaan, dan berjuang dengan ketakutan akan Tuhan sebagai pemandu langkahnya.
Dalam setiap kata yang keluar dari bibirnya, dalam setiap getaran suaranya, Theresia Krowin membawa pesan yang jelas: ia adalah penjaga moralitas politik, srikandi yang menolak topeng palsu, dan pemimpin yang takkan pernah mundur dari jalan pengabdian. *** (Tarwan Stanislaus)