Penjabat Bupati Sikka, Adrianus Parera dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, S.SI, Apt, M.H, M.M
MAUMERE : WARTA-NUSANTARA.COM–Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, S.SI, Apt, M.H, M.M mengatakan, mencermati data penanganan stunting di Kabupaten Sikka dapat disimpulkan bahwa tren prevalensi stunting dari tahun ke tahun terjadi penurunan. Namun jika dibandingkan dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Zero stunting maka prevalensi stunting di kabupaten Sikka masih berada di atas target RPJMD. Oleh karena itu, butuh kerjasama semua pihak untuk melakukan upaya penanganan stunting.
Menurut Petrus Herlemus, Grafik diatas menunjukan bahwa balita dengan berat badan kurangberada dibawah garis merah ( underweight) mengalami penurunan pada tahun 2024 namun dari jumlah yang ada tergolong tinggi yang butuh intervensi fokus intervensi dengan PMT lokalbaru dilakukan pada tahun 2024 pada 13 kelurahan dan 2 desa. Sedangkan masih 158 desa yang masih belum dilakukan PMT.
Kadis Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus mengungkapkan Ada tiga Intervensi spesifik antara lain :
- Intervensi Prioritas yakni intervensi yang diidentifikasi dapat memberikan dampak terbesar bagi penurunan prevelensi stunting.
- Intervensi yang terkait dengan masalah gizi dan kesehatan lain.
- Intervensi sesusi kondisi khusus, yakni intervensi yang diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus pada akhirnya menetapkan Tujuh Rekomendasi sebagai berikut :
Pertama, Pendataan sasaran remaja institusi dan non institusi melibatkan Stakeholder ditingkat desa/kelurahan.
Kedua, Pemberian TTD bagi remaja dan Wus wajib dilakukan melalui koordinasi , kolaborasi dengan pihak sekolah, dan untuk remaja non institusi dapat berkolaborasi dengan pihak Gereja, Mesjid dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat untuk membantu remaja non institusi mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Ketiga, Mengoptimalkan pergerakan masyarakat oleh lintas sektor terkait ditingkat desa sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan terpadu di Posyandu, kelas ibu hamil, lokasi PMT dll.
Keempat, Mengintegrasikan layanan primer sesuai cluster untuk peningkatan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat melalui pendampingan, motivasi, dan dukungan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Kelima, Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi e-PPGBM.
Keenam, Rapat koordinasi dengan Camat, Lurah/Kepala Desa untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan intervensi stunting ditingkat kecamatan, desa dan kelurahan.
Ketujuh,Melakukan Colling keliling untuk mengingatkan orangtua balita hadir di lokasi PMT dengan membawa anak yang akan mendapatkan PMT sesuai kelompok masalah gizi. *** (ICHA-Jurnalis Warta Nusantara Biro Sikka