Oleh : Lukas Onek Narek
Gereja Berubah Rupa, Berwajah “Buldoser” ?
MAUMERE : WARTA-NUSANTARA.COM–Kasus penggusuran 120 rumah warga Nangahale yang dilakukan sendiri oleh PT Kristus Raja Maumere (Krisrama), Keuskupan Maumere, Selasa 22 Januari 2025 yang dipimpin langsung pastor, Rm. Yan Varocha, Pr, karena dianggap menyerobot Hak Guna Usaha (HGU) keuskupan, drastis wajah gereja lokal berubah dari IMAN, HARAP dan KASIH bagi umat, menjadi gereja berwajah GARANG, berwajah “Buldoser”.
Sungguh gereja yang seharusnya menggambarkan kasih, cinta, kelemah-lembutan, kesejukan, penuh pengampunan, persaudaraan dan kekeluargaan, lenyap berganti postur radikalis, garang – menakutkan.
Sesungguhnya, gereja lokal Keusupan Maumere harus menyadari dirinya sebagai TUBUH MISTIK KRISTUS sendiri. Dengan demikian dia akan menemukan solusi terbijal dari konflik kepentingan dengan umat Allah-nya sendiri. Belajar pada Yesus sendiri, ketika murid-murid-Nya meminta kepada Yesus, ” ….Surulah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan kampung-kampung di sekitar ini.”
Tetapi, apa jawab Yesus : “Kamu harus memberi mereka makan”, Mrk. 6.36.
Artinya, ketika gereja lokal keuskupan Maumere menghadapi konflik kepentingan lahan dan pemukiman di Nangahale, seharusnya gereja bersikap seperti Yesus, kamu harus memberi mereka makan, kamu harus memberi mereka tumpangan.
Menariknya juga, Injil minggu kemarin, mengurai tentang visi -misi Yesus, sekaligus menjadi visi misi penting gereja dan kita semua. “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta; untuk membebaskan orang-orang yang tertindas untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Untuk memindahkan mereka, mengapa gereja lokal keuskupan Maumere tidak membangun koordinasi dengan pemerintah dan elemen masyarakat lainnya, termasuk LSM untuk melakukan translok ke lokasi baru dalam kerja sama dengan pemerintah dan para pihak.
Gereja yang ayomi, mengapa mesti turun tangan langsung di bawah pimpinan Pastor, Romo…. melakukan eksekusi pembongkaran dan penggusuran paksa rumah warga.
Kalau penggusuran paksa itu karena perintah hukum negara, hukum positif maka bukan gereja yang harus turun tangan langsung. Eksekutor hukum positif adalah lembaga Kejaksaa atas perintah Keputusan Pengadilan. Kenapa gereja mesti merampas otorita eksekusi kejaksaan sebagai eksekutor atas perintah undang-undang…?
Pada posisi ini, gereja lokal keuskupan Maumere sedang mencederai dirinya sendiri. Gereja bukan eksekutor keputusan hukum Pengadilan tetapi gereja eksekutor FIRMAN TUHAN.
“Pergilah, jadikalah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama BAPA, PUTERA dan ROH KUDUS”.
Bukan karena pengaruh gereja lokal yang dipimpin projo…? Dan nyatanya kaum klerus projo yang tidak memiliki Kaul Kemurnian (hati dan raga), Kaul Ketaatan pada Firman Tuhan (Yesus panutan, pelayan total) dan Kaul Kemiskinan (belpeluang memperkayah diri) dan lupa bersolider dengan umat kegembalaannya. Sekiranya, asumsi ini benar adanya, artinya para klerus projo benar-benar telah terjebak dan menjebakan diri di parit, got menjijikan aliran SEKULARISME.
Kemana lagi umat Allah akan menyandarkan iman, harap dan kasih-Nya…???
😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Solusi praktis saya adalah, gereja lokal keuskupan Maumere harus segera bermetanoia. Harus ada pertobatan masal secara struktural gereja. Kembalilah ke jalan kebenaran dan hidup, di jalan kehendak Firman Tuhan.
“Sekalipun aku berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku memiliki karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai KASIH, sedikitpun tidak ada faedanya bagiku.
Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegakan diri dan tidak sombong. Ia tidak.melakukan yang tidak sopan dan.tidak MENCARI KEUNTUNGAN diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan, nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu lenyap.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu Iman, Pengharapan dan kasih; dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH”, 1Kor. 13 :1-13. Selamat merenung dan bermetanoia, Tuhan pasti berkati…🙏🏻🙏🏻 🙏🏻❤️❤️❤️👏👏👏🤲🤲🤲 Oetalu Kupang, 28 Januari 2025
=LUKAS ONEK NAREK=