Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yer. 17:5-8; 1Kor. 15:12,16-20; Luk. 6:17,20-26.


WARTA-NUSANTARA.COM–Duc in Altum bertolaklah lebih dalam adalah peristiwa Yesus memroses Petrus menjadi penjala manusia. Maka minggu lalu saya mengatakan bahwa duc in altum adalah panggilan untuk sebuah tanggungjawab yang lebih besar, yakni menjadi penjala manusia, atau menjadi gembala domba-domba. Pasca menangkap ikan, Yesus memanggil Simon Pertus untuk menjadi penjala manusia.

Kita kemudian membayangkan bahwa sesudah Yesus memanggil Simon Petrus dan ndreas saudaranya, Ia memanggil murid-murid yang lain. Yesus bersama keduabelas murid-Nya turun dari sebuah bukit dan berhenti di sebuah tempat yang datar, karena di situ ada sejumlah besar orang.
Lukas menggambarkan bahwa mereka terdiri dari murid-murid Yesus dan orang banyak yang berasal dari berbagai wilayah. Ada yang berasal dariĀ seluruh Yudea, dari Yerusalem, dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Lukas tidak menyebutkan berapa persis jumlahnya. Dia hanya menyampaikannya secara kwalitatif dengan kata-kata, sejumlah besar orang. Pertanyaannya, mengapa mereka datang berkumpul di tempat datar itu? Karena mereka begitu rindu mendengarkan ajaran Yesus. Yesus pun mengajar orang-orang itu.
āBerbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.Ā Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan.Ā Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusiaorang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu,Ā dan mencela kamuĀ serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.Ā Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah,sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga.Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya,karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.Ā Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.Ā Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu.ā
Dalam injil Matius, teks ini dikenal sebagai bagian dariĀ Khotbah di Bukit, untuk menampilkan Yesus sebagai Musa Baru, yang menyampaikan Taurat Baru, menggantikan Taurat Ā Lama yang diberikan Tuhan kepada Musa di Gunung Sinai.
Sedangkan Versi Lukas jauh lebih singkat dan tidak disampaikan di bukit, tetapi di sebuah lapangan atau ātanah-datarā (ay. 17). Walaupun versi Lukas singkat saya tidak menyebutnya sebagai Sabda Bahagia sebagaimana lazimnya, tetapi saya menggunakan istilah Sabda Dialektis. Saya menyebutnya demikian karena Sabda Yesus itu tidak semata-mata berisi Sabda Bahagia, tetapi berisi ucapan-ucapan yang bersifat kutukan.
Nabi Yeremia mengatakan:āTerkutuklah orang yang mengandalkan manusia,yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asinyang tidak berpenduduk.ā
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.ā
Pertanyaannya adalah, mengapa Yesus mengajarkan ajaran yang bersifat dialektis? Apakah karena Yesus sedang mengajar dua kelompok yang berbeda?
Jika kita perhatikan baik-baik, Lukas juga menambah beberapaĀ Sabda Celaka, yang juga memakai ucapan langsung:Ā āCelakalah kamuā¦āĀ (ayat 24-26). Pola khas Lukas ini memberikanĀ pesan kepada para pendengar di kala itu, juga kepada kita yang membaca dan mendengarkan perikope ini bahwa Ā saya dan Anda, langsung dilibatkan, diundang dan ditantang oleh Yesus melalui Sabda Dialektis ini. Bahwa Tuhan menyapa dan mengecam kita secara langsung.
āBerbahagialahā orang miskin, lapar dan menangis. Apa maksud dari berbahagialah orang miskin? Adalah dia yang sedang mengosongkan dirinya secara terus-menerus dan membiarkan Allah berkarya dalam dirinya. Berbahagialah yang miskin adalah dia yang tidak mengandalkan kemampuan dirinya sendiri, melainkan mengandalkan intervensi Allah dalam hidupnya, Berbahagialah orang yang lapar, adalah dia yang terus-menerus ālaparā akan Sabda Allah.
Dan oleh karena itu mendorongnya untuk terus-menerus āmenyantapā Sabda Allah, karena baginya Sabda Allah adalah pelita bagi kaki dan terang bagi langkah.Ā Lebih jauh dari itu, sabda bahagia yang ditujukan kepada para pendengar dan para pengikut Yesus hendaknya “bersukacita” dan “bergembira” (Luk 6:23) bila karena kesetiaan kepada Kristus sehingga mereka dicela dan dicemooh.
Penganiayaan karena kebenaran adalah bukti bahwa orang percaya berada dalam persekutuan yang benar dengan Tuhan, sebab Yesus pun dianiaya dan dibenci oleh dunia.Ā Orang yang miskin adalah orang yang terbuka hatinya untuk menerima anugerah-anugerah Allah, yang hatinya bergantung sepenuhnya pada Allah dan mengharapkan campur tangan Allah di dalam hidupnya.
Sikap hati yang demikan akan menganggap apa yang dimilikinya sebagai berkat Allah untuk disalurkan kepada sesama yang lain. Orang-orang seperti inilah yang empunya kerajaan Allah, karena mereka terbuka hatinya dan bermurah hati.
Sebaliknya, sikap hati yang tidak mau berbagi kepada orang yang berkekurangan; sikap hati yang tidak peka dan tidak peduli kepada orang-orang yang kurang beruntung, yang miskin dan kelaparan orang ini terkategori sebagai orang yang terkutuk/orang yang celaka.
Saudara-saudaraku, Lukas menampilkan Yesus berdiri di āsuatu tempat yang datarā untuk mengajar, tidak seperti Matius menetapkan khotbah yang serupa di atas gunung. Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Karena bagi Lukas, tempat datar memiliki makna yang berbeda. Lukas menggunakan kata itu dengan mengutip beberapa nabi yang menggunakan kata ādatarā. Kata ādatarā merujuk pada tempat-tempat yang bernuansa negative seperti: mayat, aib, penyembahan berhala, penderitaan, kesengsaraan, kelaparan, pemusnahan, dan perkabungan (Ye. 9:22; 14:18; 30:4; Dan. 3:1; Yoel 1:10, 20; 2:22; 3:19; Hab. 3:17; Zak.12:11).
Dalam pengertian ādatarā menurut para nabi inilah, Lukas menampilkan ajaran Yesus yang bersifat dialektis tadi. Tafsirnya adalah bahwa di atas ātempat yang datar ituā Lukas menampilkan Yesus sebagai penyelamat dunia yang berperan untuk memperbarui tempat-tempat datar itu. Bahwa di tempat datar itu pula Kemuliaan Allah (keselamatan) akan dinyatakan oleh Yesus melalui Sabda Dialektis, yang berisi tentang Kerajaan Allah. (Yes.40:4, 18; Yeh.3:22, 23; 8:4).
Dengan menampilkan ajaran Yesus yang bertentangan itu, Lukas berharap agar para pendengar dan juga kita yang sedang berada ādi tempat datarā ini memilih Sabda Bahagia karena mengandung berkat. āDiberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada-NYA!ā