Misteri Kematian Regina di RSUD Lewoleba: Kenapa Klarifikasi Ditunda? Ada Apa?. Namun RSUD Lewoleba Klarifikasi Kasus Kematian Pasien : Sudah Sesuai SO




LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM–Siprianus Tua Betekeneng, kakak dari Regina Wetan (31), mempertanyakan kejanggalan dalam kasus kematian adiknya setelah menjalani operasi caesar di RSUD Lewoleba. Ia menyoroti sikap pihak rumah sakit yang menunda klarifikasi hingga Senin (10/3/2025), padahal keluarga ingin segera mengetahui penyebab pasti meninggalnya Regina.



“Kejanggalan semakin kuat karena pihak yang bertanggung jawab menunda penjelasan dalam waktu cukup lama. Ada apaan tuh? Tinggal dijelaskan, cairan apa yang disuntikkan, untuk keluhan sakit apa, siapa perawat yang menyuntik, dan siapa dokter yang memberi resepnya,” ujar Sipri saat dikonfirmasi via WhatsApp, Sabtu (8/3/2025).


Sebelumnya, adik korban, JB (19), mengungkapkan bahwa pascaoperasi, kondisi Regina baik dan masih sempat berbicara dengan keluarga. Namun, setelah menerima suntikan cairan dari petugas medis, ia tiba-tiba mengalami mual hebat sebelum akhirnya meninggal dunia. Keluarga pun mempertanyakan jenis cairan yang diberikan dan apakah prosedurnya sudah sesuai standar medis.



Sipri Betekeneng juga menilai sikap rumah sakit yang menunda penjelasan justru semakin menimbulkan tanda tanya. “Kenapa harus menunda sampai hari Senin? Ada apa sebenarnya? Apakah sutradaranya masih mengatur skenario untuk para pemerannya?”
Sementara itu, Ketua Komisi Ombudsman NTT, Darius Beda Daton, yang dikonfirmasi terpusah terkait kasus ini menyatakan telah menerima penjelasan dari Direktur RSUD Lewoleba, dr. Yosep Paun yang mengatakan pihak rumah sakit masih menyusun kronologi kejadian dan telah menjadwalkan Rapat Medis Profesional (RMP) dan akan menhelaskannya pada hari Senin.


Kasus ini ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warganet yang mendesak pemerintah daerah turun tangan. “Jika benar korban menolak obat itu sebelum disuntik, ini bisa masuk kategori malpraktik atau bahkan lebih dari itu,” tulis salah satu komentar netizen yang mendapat banyak respons.
Sipri menegaskan bahwa kasus ini harus ditangani serius dan transparan. “Sebelum injeksi, harus ada penjelasan ke pasien dan keluarga, termasuk potensi alergi atau efek sampingnya. Beberapa kasus kematian ibu pasca injeksi obat sudah pernah terjadi. Ini tidak boleh dianggap remeh,” tegasnya.



Keluarga korban masih menanti klarifikasi resmi dari RSUD Lewoleba, sementara publik terus bertanya: apakah ada yang sedang mengatur narasi sebelum fakta sebenarnya terungkap?
RSUD Lewoleba Klarifikasi Kasus Kematian Pasien : Sudah Sesuai SOP
Direktur RSUD Lewoleba, drg. Yoseph Freinademets Paun memberikan penjelasan terkait insiden kematian pasien atas nama Regina Wetan yang terjadi pada pasien di rumah sakit tersebut. Penjelasan ini disampaikan dalam pertemuan dengan media pada Senin (10/05/2025) di ruang kerjanya.
Saat memberikan penjelasan drg. Yoseph Freinademets Paun didampingi oleh Kepala Tata Usaha (KTU) RSUD Lewoleba, Kabid pelayanan, Dokter David Chandra sebagai dokter penanggung jawab dengan dokter penyakit dalam dr. Bagus serta dokter anastesi.
drg. Yoseph melaporkan kronologi serta langkah yang diambil dalam menidaklanjuti permasalahan pemberitaan di media massa atau media online terkait meninggalnya pasien atas nama Regina Wetan untuk diketahui bersama.
“Sebelum kami menyampaikan pembahasan ini terlebih dahulu Kami dari pihak rumah sakit dan juga Pemerintah Daerah menyampaikan turut berbelasungkawa yang mendalam atas meninggalnya Ibu Regina Wetan pada tanggal 5 Maret 2025 yang lalu,” Ucap drg. Yoseph

Terhadap kejadian kematian ini, direktur RSUD Lewoleba ini mengatakan sedang melakukan audit medis internal melalui RMP (Reviuw Maternal Perinatalogi) yang memang sudah dijadwalkan selepas kejadian tanggal 5 itu untuk dijadwalkan pada hari Senin ini dan itu sudah dilakukan tadi mulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 2 siang.
“Hasil dari RMP ini besok akan kami serahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata untuk selanjutnya berproses lebih lanjut untuk audit eksternal yang biasanya Dinas Kesehatan bersurat kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk meminta bantuan tenaga ahli untuk melakukan audit eksternal,” Terang drg. Yoseph
Lanjutnya, secara lisan hasil dari RMP ini secara implisit atau secara garis besar sudah kami sampaikan kepada bapak bupati dan Pak wakil bupati yang selanjutnya untuk kami membuat laporan tertulis dan melakukan klarifikasi atas pemberitaan di media.
Direktur RSUD Lewoleba ini menyampaikan Kronologi tindakan yang dilakukan kepada Pasien Regina Wetan.
“Bahwa pasien memang selama dirawat di ruangan dari tanggal 3 sampai tanggal 4 Maret, kemudian pada tanggal 5 Maret 2025 dari hasil USG yang dilakukan oleh dokter DPJP didapatkan denyut jantung janin melambat kemudian karena hal tersebut maka diputuskan segera dilakukan operasi Seksio Cesarea (SC) segera atas indikasi jantung janin yang melambat tersebut, Operasi SC tersebut berjalan dengan baik, setelah operasi pasien dipindahkan ke ruang kebidanan pukul 15.30 Wita, kondisi pasien baik,” Jelas drg. Yoseph
Lanjutnya, bahwa laporan dari dinas sore ke dinas malam bahwa pasien dalam kondisi baik, kemudian pada pukul 21 lewat 15 menit bidan ke ruangan dan keadaan pasien sadar penuh dengan keluhan seperti biasanya nyeri di perut bekas luka operasi.
Menurut direktur Rumah Sakit ini bahwa sebelum dilakukan suntik Bidan komunikasikan atau berbicara kepada pasien bahwa pasien akan diberikan obat anti perdarahan.
“Sebelumnya bidan sudah melakukan double check terhadap obat yang dimaksud kemudian bidan menyuntikkan obat anti perdarahan dalam hal ini Traneksamat Acid 5cc pada saat menyuntikkan obat masuk kurang lebih 2 cc dari 5 cc yang sebenarnya, pasien mengeluh mual dan perut terasa tidak enak, bidan menghentikan suntik obat tersebut,” Kata drg. Yoseph
Lanjutnya, Atas kejadian tersebut bidan melakukan sesuai SOP dengan pasien di posisikan kepala miring kiri dan diberikan oksigen 5 liter per menit keadaan umum pasien tampak lemah tekanan darah kurang lebih 80/50 mm hg nadi 128 kali per menit teraba lemah bidan langsung lapor ke dokter jaga, kemudian dokter jaga sampai ke ruangan keadaan pasien dengan penurunan kesadaran nadi tidak teraba kemudian langsung dilakukan RJP lalu menghubungi DPJB atau dokter penanggung jawab dalam hal ini dokter obgyn dan juga Dokter anestesi Lalu tiba di ruangan segera melakukan tindakan intubasi untuk penyelamatan dan ini semua dilakukan tindakan sesuai standar prosedur atau sop yang berlaku kemudian RJP yang dimaksud masih tetap dilakukan pasien dinyatakan meninggal dunia pada pukul 22.58 Wita.
drg. Yoseph mengatakan bahwa penyebab kematian itu dicurigai adanya emboli paru dan juga kardiomipati pasca melahirkan.
Pewarta : Sabatani