• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Selasa, September 16, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Lingkungan

Robertus Rewo, Petani Holtikultura Organik Dari Desa Kuanheum

by WartaNusantara
Maret 11, 2025
in Lingkungan
0
Robertus Rewo, Petani Holtikultura Organik Dari Desa Kuanheum
0
SHARES
72
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Lukas Onek Narek,SH.

WARTA-NUSANTARA.COM–“Kembali ke Sistem Pertanian Berwawasan Ramah Lingkungan dan Berbasis Organik, selamatkan bumi, selamatkan generasi anak-cucu. Dari desa Kuanheum – kecamatan Amabi Oefeto – kabupaten Kupang, kita terus belajar meransek dunia”

Perjalanan keliling kabupaten Kupang, dari kecamatan ke kecamatan, desa ke desa membawa banyak inspirasi bagi penulis. Kali ini, Sabtu 8 Maret 2025, setelah menyusuri desa Manusak, Raknamo, hingga desa Oesao… Saya tersangkut 2 jam lebih di desa Kuanheum. Hendak menemui kepala desa Kuanheum, tanpa sengaja bertemu satu pasangan suami-istri yang sedang merawat tanamannya. Pasangan yang berprofesi petani holtikultura itu adalah bapak Robertus Rewo (49) dan mama Ani Silalahi (45).

Saya lalu diajak masuk ke rumah mereka. Kita lalu saling kenalan. Ternyata bapa Robert berasal dari desa Saga – kecamatan Detusoko – kabupaten Ende dan mama (istrinya), Ani Silalai dari Batak Siantar. Saya sangat tertarik dan terinspirasi karena kiat mulia mereka membangun pertanian hortikultura berwawasan ramah lingkungan dan berbasis organik.

Pasangan ini sadar, kalau pertanian non organik (kimiahwi) sangat merusak tanah dan lingkungan, bahkan berdampak nyata pada kesehatan manusia.

RelatedPosts

Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang

Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang

Pipa Distribusi PDAM Wair Puan Sikka Rusak, Ribuan Pelanggan Krisis Air Minum Bersih 

Pipa Distribusi PDAM Wair Puan Sikka Rusak, Ribuan Pelanggan Krisis Air Minum Bersih 

Load More


“Kami sekeluarga ingin makan makanan yang sehat, alami hasil produksi sendiri dari alam. Kita tidak mau merusak tanah, alam sekitar, diri kami dan sesama, dengan produk pertanian kami yang mengandung banyak kimiahwi (non organik), ungkap Robert sapaan khasnya dengan tenang.


Produk hasil dari pupuk non organik, pestisida dan semacamnya akan membunuh kehidupan. Tanah akan menjadi padat, hilangnya unsur-unsur hara, biorganisme mati, kita dan anak cucu kita sakit-sakitan dan tidak cerdas. Generasi kita sangat berkualitas rendah. Kita mesti selamatkan, dia mengurai.

Pasangan muda berusia perkawinan 17 tahun ini sangat tekun bertani holtikutura sebagai satu-satunya sumber kehidupan yang menjadi sandaran dalam membangun prahara kehidupan rumah tangga mereka. Meskipun ada ternak 1 ekor babi yang sudah beranak 6 ekor menjadi antisipatif ketika gagal panen pertanian holtikultura yang sering mereka alami. Babi dapat dijual buat beli makan dan ongkos sekolahan 3 putra yang masih SMP, SD dan TK.

Pupuk Solf Super Organik Menjadi Pilihan

Baik pertanian hortikultura maupun peternakan terbatas, pasangan ini selalu bersandar pada alam,. Pupuk kandang, kompos, juga pupuk oraganik dari toko namanya Groganik sebagai pupuk dasar. Sementara dalam perjalanan, mereka mendapatkan pupuk Super Organik bermerk SOLF, produksi PT Momen Global International yang begitu multi fungsi. Sistem penggunaan pupuk Solf, cuman hanya tetes saja. Tiga tetes dapat dicampur atau berbanding 1 liter air. Jumlahnya disesuaikan dengan luas area.

Keunggulan pupuk Solf, kata bapa Robert : praktis penggunaannya, ekonomis, setelah campur air disemprotkan ke tanah tanaman, cepat sekali mengundang unsur-unsur hara tanah, biorganisme berkembang, sehingga tanah cepat tergembur meski tanah tidak dicangkul atau dibajak, sudah langsung mengandung imunitas atau penangkal hama, praktis dan ekonomis hanya dengan 3 tetes dicampur 1 liter air. Pemakaian awal sebagai langkah revitalisasi terhadap tanah apalagi sebelumnya menggunakan pupuk kimiah (urea,dll), 2 kali seminggu pemupukan dalam minggu pertama, selanjutnya 1 kali seminggu, lanjut 2 minggu sekali pemupukan hingga panen.

Musim panen berikutnya jarang diberi pemupukan karena tanah sudah sangat subur menggembur karena sudah berlimpah kehidupan biorganisme, unsur hara tanah. Begitulah kisah putra Flores yang menjadi petani hortikultura yang berwawasan ramah lingkungan dan berbasis organik.

Selayang Pandang Kehidupan Keluarga Robert

Robertus Rewu (49) Lahir di desa Saga – Detusoko- Ende. Tahun 1988, ketika berusia 12 tahun, Robert si kecil memilih keluar merantau ke Maumere. Dia bekerja di toko Kuda Mas, selama 4 bulan. Selanjutnya berpindah kerja ke Palue sebagai buruh kapal laut rute pelayaran Maumere-Singapur (pp) untuk bisinis barang rombengan. Bertahan kerja selama Lima Tahun.
Tahun 1993 berhenti.

Robert terpaksa turun dari kapal karena larangan pemerintah terhadap import pakaian bekas dari Singapur karena takut penyebaran penyakit melalui pakaian bekas. Robert, sang petualang, turun kapal di pelabuahan kota Riau langsung bekerja di rumah makan Riau. Bertahan selama 1 tahun, tahun 1994 pilih menjadi tki ke Malaysia kerja di bangunan. Tahun 1998 pulang Medan menikah dengan gadis Batak Siantar, Ani Silalahi (28).

Awal percintaan, ketemu pada saat natalan bersama muda-mudi gereja katolik Penang Malaysia. Ibu Ani Silalai bekerja di perusahan Komputer Acer Penang Malasysia. Selesai kontrak kerja tahun 2008, berdua ambil keputusan untuk pulang menikah. Mereka berdua akhirnya menikah secara Protestan di gereja HKBP Siantar.

Selama di Siantar berdua bekerja menanam lombok sambil kerja buru bangunan 2008-2016. Tahun 2008 menikah. Berjalan waktu hingga tahun 2010 perkawinan mereka belum-belum juga mendapatkan karunia anak. Mereka menyadari kalau ini hukuman adat karena belum pulang kampung masuk rumah besar minta restu leluhur. Keputusan mereka ambil, dengan suka cita pulang kampung bakar lilin di kampung Saga, pada Maret 2008. Selama 1 bulan tinggal bersama keluarga di kampung Saga Ende Flores.

Pasang lilin menghasilkan buah hati

Setelah pulang dari bakar lilin di pusara leluhur dan masuk rumah besar (rumah adat) di Ende, bu Ani mulai timbul gejala hamil. DAN bulan April 2010, hasil pemeriksaan dokter menyatakan positif hamil. Januari 2011 lahir putra sulung, Wili Rahgi kini berusia 14 tahun, SMPN 1 Amabi Oefeto, putera kedua Waldo Rahgo (7) SDN Besleu, putera bungsu Wempi Rahgo (6) TK kelas B Paud Harapan Bangsa.

Setelah Wili berusia 6 tahun tepatnya tahun 2016 pindah domisili di desa Kuanheum kecamatan Amabi Oefeto – kabupaten Kupang karena dipanggil kaka sulung yg sudah PNS sekretasi desa Kuanheum, hingga sekarang.

Merajut hidup di Kuanheum

Awal hidup mereka di Kuanheum hingga 2 tahun berprofesi sebagai tukang kopra. Beli kelapa jemur, jual kopra dapat duit buat biaya hidup keluarga. Karena mendapat rezeki cukup dari penjualan kopra, menjadi modal untuk beli sebidang tanah berukuran kurang lebih 40 M x 30 M buat bangun rumah dan banting stir usaha ke pertanian hortikultura. Menariknya, sistem pertanian yang mereka kembangkan adalah pertanian berwawasan lingkungan yang berbasis organik.


Jenis tanaman : kacang panjang, ketimun, paria dan patola (gambas). Selain itu mengembangkan juga tanaman buah-buahan seperti : naga, belimbing madu, jambu kristal, jambu air jamaika, sawo, advokat, pepaya kalifornia, komapel (apel putsa) pisang baranga, ambon, dll.

Kiat Mulia

Robert dan Ani berniat mulia, akan terus mengembangkan pertanian berwawasan lingkungan yang berbasis organik. Menjadi sponsor untuk mengkampanyekan pertanian berwawasan ramah lingkungan yang berbasis organik, selamatkan bumi, selamatkan alam lingkungan, selamatkan diri kita dan anak cucu dari produk-produk pertanian yang berkualitas organik.

Semua stakeholder, termasuk pemerintah desa, kecamatan, pemerintahan kabupaten dan propinsi harus memberikan apresiasi dan dukungan riil bagi pasangan ini agar menjadi inspirasi bagi banyak orang. Dari Kuanheum perlahan meransek dunia. ***

Pondok Terang Oetalu Kupang, 9 Maret 2025

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang
Lingkungan

Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang

Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang NAGEKEO : WARTA-NUSANTARA.COM-- Mengacu data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)...

Read more
Pipa Distribusi PDAM Wair Puan Sikka Rusak, Ribuan Pelanggan Krisis Air Minum Bersih 

Pipa Distribusi PDAM Wair Puan Sikka Rusak, Ribuan Pelanggan Krisis Air Minum Bersih 

Wilhelmus Sugu Djawa : Tidak ada Protes Warga Terdampak Material Galian Proyek Pembangunan Jalan Nasional

Wilhelmus Sugu Djawa : Tidak ada Protes Warga Terdampak Material Galian Proyek Pembangunan Jalan Nasional

 Bupati Lembata Hibahkan Sumur Bor Untuk Masyarakat Desa Atakowa

 Bupati Lembata Hibahkan Sumur Bor Untuk Masyarakat Desa Atakowa

Krisis Air Bersih Desa Tanalein : “Warga Terpaksa Hidup dengan Air Kotor”

Krisis Air Bersih Desa Tanalein : “Warga Terpaksa Hidup dengan Air Kotor”

Wabup Lembata Nasir Tanam Tomat Bersama Petani di Desa Wowong

Wabup Lembata Nasir Tanam Tomat Bersama Petani di Desa Wowong

Load More
Next Post
Gubernur Melki : EBT Solusi Bagi Tantangan Energi di Masa Depan !!

Gubernur Melki : EBT Solusi Bagi Tantangan Energi di Masa Depan !!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In