Final ETMC XXXIII Kota Kupang: Persebata Lembata Melawan Mitos




LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM--Ribuan supporter Persebata Lembata yang dikoordinir Lomblen Mania dipastikan akan memadati Stadion Oepoi, Kota Kupang, Senin (24/3/2025) petang. Ini merupakan final kedua Persebata setelah yang pertama saat menjadi tuan rumah El Tari Memorial Cup (ETMC) XXXI. Komitmen Persebata Lembata Harus menjadi Juara Harga Mati, “Perang” Lawan Mitos Bintang Timur Atambua”
Trio pelatih Persebata Lembata untuk Liga 4 Seri NTT ETMC kali ini, Hasan Haju (Kepala) dan dua asistennya, Wilhelmus Senegal Waleng dan Erminus Duli alias Mino sudah membuktikan diri sukses membaca anak asuhnya melaju ke babak final tanpa sekalipun kalah. Ketiganya baru bersatu hati dalam ETMC kali ini.
Maklum, saat diminta menukangi Persebata Lembata 2022 silam menggantikan mantan pemain timnas asal Persebaya Surabaya, Maura Haly Betekeneng yang mengundurkan diri gegara beda pandangan dengan pengurus ASKAB PSSI Lembata dibawah kepemimpinan Linus Beseng, Hasan Haju mulanya ragu-ragu. Namun setelah melihat potensi pemain lokal yang dimiliki Persebata, Hasan memutuskan untuk terjun langsung ke lapangan. Dan, langkahnya cukup gemilang. Hasan membawa Persebata hingga ke babak final, namun dihentikan Perse Ende melalui drama adu pinalti.

Saat ETMC XXXI Lembata, Hasan Haju berhadapan dengan Wilhelmus Senegal Waleng yang mendampingi kepala tim pelatih, Geril Hayon, menukangi Platina FC. Anak-anak Lembata yang tidak direkrut Persebata, digalang Wilem Senegal untuk memperkuat Platina FC. Kedua tim sempat bentrok di babak penyisihan grup, yang dimenangkan Persebata Lembata dengan skor tipis 2-1.
Kini, tim pelatih sudah satu hati, satu tekad dan satu arah perjuangan merengkuh trofi ETMC untuk pertama kalinya. Pada beberapa pertandingan selama ETMC 2025 Kota Kupang, Hasan malah duduk santai di banch, Wilem atau Mino yang ditugaskan memberi instruksi dari bibir garis lapangan. Ini menunjukkan kekompakan tim pelatih. Apalagi, Ketua ASKAB PSSI Lembata, Agustinus D. Making, ST beserta jajaran pengurusnya sudah menyerahkan sepenuh-penuhnya urusan irama, ritme, taktik dan strategi permainan Persebata Lembata kepada tim pelatih.
Maka, putra Lamahala, Adonara, Kabupaten Flores Timur ini punya tanggung jawab yang tidak ringan, bersama Wilem Waleng dan Mino. Salain membalas kekalahan meyakitkan dari Bintang Timur FC, Atambua, saat ditekuk 0-2 di babak knock out delapan besar ETMC XXXII Rote Ndao, juga memenuhi hasrat puluhan ribu pendukung Laskar Sembur Paus di tanah Lembata yang menantikan trofi ETMC pertama kalinya. Pun, ribuan pasukan Lomblen Mania yang dipastikan akan membirukan tribun Stadion Oepoi, Kota Kupang, petang ini.
Persebata Lembata punya wing back kiri kanan yang handal, Atom dan Asten. Keduanya dalam kondisi bugar dan siap membantu lapangan tengah yang diisi Ade Pa Sulaona, Pichan Wuwur dan Rusli Making, ataupun bertahan membantu Denys Making dan Pace Juan sebagai defender. Terkadang, Asten dan Atom bisa juga melambung kedepan membantu Adam Aby, Ary Making dan Ramdan Hamzi di lini serang.
Formasi lain yang bisa juga jadi pilihan adalah mendorong Pace Juan membantu lini tengah sebagai gelandang bertahan, dan posisinya digantikan oleh pemain muda berbakat, Hendro Bataona. Hasan punya banyak pilihan menghadapi BTA kali ini. Ceszar Making, bisa jadi akan dimasukkan pada babak kedua, jika Persebata mengalami kebuntuan menghadapi lini tengah dan lini pertahanan BTA yang dihuni pemain dengan postur yang lebih tinggi.
Bintang Timur Atambua kemungkinan besar akan mengandalkan counter atack cepat dengan memanfaatkan skill dan kecepatan berlari pemain depannya yang dikoordinir Crespo Hale. Ini sudah terbukti ampuh saat menaklukkan Putra Hurek dkk dari Perseftim Flores Timur, saat laga semifinal.
Tim pelatih Persebata Lembata harus benar-benar jeli mengevaluasi permainan BTA untuk menemukan celah agar bisa dieksploitasi untuk mencuri gol cepat. Jika tidak bisa mencuri gol di menit-menit awal babak pertama, mental bertanding Laskar Sembur Paus sudah terbukti mampu come back pada sisa waktu yang krusial sekalipun.
Kemenangan atas Perse Ende di babak semifinal adalah buktinya. Namun patut diingat bahwa BTA tidak ingin mengulangi kekeliruan Perse Ende yang menarik keluar striker haus golnya, Adi Atep di ujung waktu karena merasa sudah mengunci kemenangan 1-0 atas Persebata Lembata.
Ketiadaan Adi Atep membuat lini tengah Persebata lebih leluasa bergerak maju. Dan, masuknya Cezsar Making di menit ke-90, berhasil memanfaatkan 5 menit tambahan waktu untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1, sekaligus memaksa extra time 2X15 menit. Dan, di ujung waktu babak kedua extra time, kaki kiri Ceszar mengubur mimpi Perse Ende untuk memboyong trofi ETMC kembali ke kabupaten Pancasila.
Lupakan kemenangan ajaib atas Perse Ende. Karena lawan yang dihadapi ini satu-satunya tim dari daratan Pulau Timor yang melaju ke semifinal hingga final. Dua tim sedarah BTA, Persab Belu dan PSM Malaka, sudah dipulangkan Persebata. Bukan tidak mungkin, laskar kedua tim perbatasan itu akan balik mendukung klub milik Wakil Walikota Kupang, Serena Cosgrova Francis. Begitu pula pasukan PSKK Kota Kupang mungkin saja mendukung tim yang diasuh orang kedua Kota Kupang ini.
Inilah tantangan bagi Persebata Lembata. Apalagi, belum sekalipun Persebata unggul atas BTA dari tiga kali bentrok. Pertama, saat ETMC Malaka, Persebata sempat berlatih di markas BTA, dan jelas terlihat anak-anak perbatasan dilatih dengan sistem dan kurikulum yang memadai. Mereka tidak hanya dilatih skill dan taktik, tapi juga dibentuk mental yang baja di tengah lapangan.
Namun gawang BTA bukan tidak bisa dibobol. Buktinya, BTA dibobol 6 gol sepanjang turnamen ETMC XXXIII Kota Kupang ini, sedangkan Persebata baru kebobolan 3 gol. Lini serang kedua tim juga sama-sama produktih, dengan sukses menjebloskan 13 gol ke gawang lawan masing-masing sepanjang turnamen.

Wakil Bupati Lembata, Haji Muhammad Nasir Laode sempat menyambangi markas Persebata Lembata, dan menyampaikan pesan penting agar pemain, tim pelatih dan oficial Persebata Lembata menghormati lawan, patuh pada wasit yang memimpin pertandingan dan jaga sportivitas. Tunjukkan kepada NTT, Indonesia dan dunia, bahwa Lembata adalah markas para pemain berbakat yang tidak menghalalkan segala cara kotor untuk meraih trofi kejuaraan.
Semoga tim pelatih tidak terjebak pada ego klub untuk memaksa pemain asal klub di laga terakhir ini. Mari berpikir tenang Persebata Lembata. Ya, Persebata harga mati. Lembata adalah harga diri. Yakinlah, tidak ada yang tidak mungkin jika diridhoi Yang Kuasa dan leluhur Lewotana-Leuawuq. Semoga mitos tak pernah menang dari BTA bisa dikuburkan di stadion Oepoi, Kota Kupang, petang hingga malam nanti. *** (Ulasan Fredy Wahon, Pemimpin Redaksi Aksinews.id/WN-01)