• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Jumat, Oktober 3, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Laskar Pelangi Bareh Solok Lerek-Lembata (Eulogi Vinsensius Ola Koban)

by WartaNusantara
September 9, 2025
in Uncategorized
0
Laskar Pelangi Bareh Solok Lerek-Lembata (Eulogi Vinsensius Ola Koban)
0
SHARES
314
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

RelatedPosts

Pemuda Waikomo Lembata Dukung Program Inklusi Peduli Orang Muda

Pemuda Waikomo Lembata Dukung Program Inklusi Peduli Orang Muda

Lembata Sambut PPPK Tahap II : Momentum Penguatan Pelayanan Publik

Lembata Sambut PPPK Tahap II : Momentum Penguatan Pelayanan Publik

Load More

Laskar Pelangi Bareh Solok Lerek-Lembata (Eulogi Vinsensius Ola Koban)

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM-FEATURE :– Laskar Pelangi tidak saja di Belitung. Di tahun 1977, ada juga Laskar Pelangi di Lerek hal mana ingin saya kisahkan. Tentu efeknya tidak sebesar kisah Andre Hirata. Tetapi meski kecil, kisah itu bermakna untuk diceritakan, meski tidak sesengit kisah Ikal, Lintang, Mahar, Harun, A Kiong, Bonek, termasuk Sahara dan Flo.

Laskar pelangi dari Lerek terdiri dari lima anak kampung: Wisen, Himo, Obe, Petu, dan Ose. Sang pemimpin adalah Wisen (Vinenius Ola Koban). Kelimanya anak SD yang baru kelas 3 di SDK Lerek. Jelajah kelimanya pun tidak jauh dari kampung yang ada di lembah nan indah, berhadapan dengan gunung Ile Mauraja. Kalaupun sedikit jauh, maka itu hanya sebatas bukit yang mengelilingi kampung itu

Kisah-kisah petualang tentu jaduh dari ide-ide fantastik. Yang dilakukan adalah berusaha mencari jalan baru ketika berpetulang di bukit. Jalan yang biasa dianggap tidak menantang. Kelimanya membuka jalan baru. Siapa yang akan membuka jalan? Wisen siap. Ia berada terdepan. Ia membiarkan punggungnya melayang di atas padang savana. Dengan itu terbukalah jalan.

Keberanian Wisen itu memukau. Tanpa perlu mengetahui puisi Antonio Machado, penyair Spanyol El camino se hace al andar (jalan dibuat saat berjalan), ia sudah praktikkan. “Jika tidak ada jalan, jalan sajah toh, nanti ketika berulang-ulang akan terbentuklah jalan. Jadi jalan terbuat saat orang berjalan”, maka hal itu diwujudkan oleh Wisen.

Semangat waktu kecil ini ternyata tidak usai di masa kecil. Ia jadi inspirasi. Himon pernah melanglangbuana ke Jakarta hingga menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Atmajaja. Himon kemudian kembali ke kampung jadi PNS. Petu, melanjutkan pendidikan di Makassar dan kini menjadi Kepala Sekolah di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur. Ose, mestinya bisa melanglang jauh melampau siapapun. Saat di SD ia sudah pintar menggambar mesin jet tahun 1913, ciptaan insinyur Prancis, Rene Lorin. Gambarnya identik. Terbayang, kalau ia tidak meninggal usia muda, mungkin Ose sudah pergi jauh gunakan mesin jet yang adalah sebuah jenis mesin pembakaran dalam menghirup udara yang sering digunakan dalam pesawat. Sayangnya Ose meninggal di kelas 2 SMA.

Wisen dan Obe punya melanglang sedikit lebih jauh. Obe pernah ke tanah Amerika Selatan, kemudian Eropa dan kini di Jakarta. Wisen, sang pemimpin pernah, kuliah dan kemudian ke Amerika Serikat, meski tidak terlalu lama. Ia membuat putusan yang berani ketika situasi Jakarta akibat kerusuhan 97 sangat melumpuhkan. Sekembalinya dari AS, ia bekerja sebagai pegawai dan akhirnya merintis usaha sendiri. Ia mau tunjukkan bahwa anak kampung bisa kemana saja mengikuti angan seperti ditunjukkan menaklukan bukit di Lakaraya, Ile Lepeng, Hobol, dan deretan bukit seputar Lerek.

Tentang Wisen, ada hal lain yang lebih menarik. Kecerdasannya begitu mengakar. Ia seorang pembaca setia dan punya kemampuan menganalisis penulis atau siapapun pemikir nasional. Sebuah keberuntungan karena setiap kali bertemu, ia mengulang tulisan Obe di media dengan análisis yang tajam.

Tentang semangat petualang dan keberanian Wisen telah membuat keempat anggota tim secara aklamasi mengangkatnya menjadi pemimpin. Sebuah pengakuan tulus. Ia tidak diangkat karena KKN alias distir oleh bapanya agar anaknya jadi orang. Tidak. Ini sebuah pengakuan atas keberanian dan kegigihannya. Sebuah pengakuan karena hampir setiap sore setelah pulang dari sekolah, ia berkeliling ke rumah anggota tim untuk mengajaknya berpetualang.

Tetapi di masa itu ada pertanyaan usil, mengapa Wisen sang ketua hampir tidak terlalu betah di rumah? Mengapa sang pemimpin itu jaya di padang dan lembah tetapi di kelas ketika mulai menyinggung pelajaran, ia kelihatan tidak fokus? Itu pertanyaan kecil yang hadir tanpa perlu diungkapkan. Lebih lagi sebagai anggota yang sudah mengakui Wisen sebagai pemimpin, yang perlu dilakukan adalah taat mengikuti kata-kata dari Russel M. Nelson: Obedience brings success; exact obedience brings miracles (Kepatuhan mendatangkan kesuksesan; kepatuhan yang sungguh-sungguh mendatangkan mukjizat). Dalam hidup ketika ada ketaatan, maka ia membawa tidask saja kepada kesuksesan tetapi banyak mukjizat terjadi dan memang terjadi.

Tetapi apakah ketaatan pada Wisen benar-benar didukung oleh kekuatan atau sekadar kamuflase? Pertanyaan ini muncul agak terlambat. Ia baru muncul setelah terjadi insiden yang membuat semua anggota tim sadar. Kisahnya, sebegitu taatnya tim, sampai ada pengakuan akan ‘kekebalan’ Wisen. Ia dapat menaklukkan siapapun anak seusianya. Tetapi apa yang terjadi? Suatu saat, Wisen harus berhadapan dengan Tinus yang di atas kerja, tim mengakui bakal ditaklukkan dengan mudah. Tetapi dalam duel itu bahkan sebelum serius disandingkan, Wisen sudah menangis. Ia ternyata rapuh. Anggota tim pun sadar bawha Wisen seorang manusia yang punya keberanian tetapi ia tidak bisa dianggap punya kekuatan sakti.

Inilah titik balik. Setelah mengakui kelemahannya, Wisen pun dibawa pergi oleh abannya ke Maumere. Di sana ia lanjutkan pendidikan SD, SMP, SMA. Sesungguhnya waktu berangkat dari kampung, semua orang sanksi apakah ia bisa beradaptasi dalam pelajaran. Tetapi sungguh ‘surprise’, Wisen perlahan menyesuaikan diri dan bisa menjadi juara kelas. Semuia yang ada di kampung menjadi heran. Ternyata sang pemimpin hanya membungkus protesnya kepada orang dewasa dengan petualang. Yang ia bungkus hanyalah kerapuhan dan protes seorang anak kecil melihat hal yang tidak bisa dipahami seusianya.

Hari Minggu 31/8/2025. Sebuah pertemuan yang tertunda setelah suatu malam tidak sempat mewujudkannya dan harus pulang. Kali ini kami beradu mata dan saling tatap. Dalam kesulitan tidur dan ketidakmampuan membalikkan badan, ia masih tunjukkan kelasnya dengan ingatan yang lebih tajam dari kami yang dianggap sehat. Kami lalu bercerita tentang kisah Laskar Pelanginya kita saat masih kelas 3 SD dan dari rekamannya yang cerah kami ingatkan satu-satu pengalaman.

Ingatan Wisen begitu kuat hingga mengangkat hal yang sudah terlupakan. Ia ingatkan akan pengalaman bernyanyi di bukit di antara terasering tanaman ubi jalar. Di situ anak SD itu nyanyikan lagu “Bareh Solok” (yang karena kurang literasi, kami sebut sebagai Barek Solo). Lagu ini ciptaan Nuskan Sjarif dan dipopulerkan oleh Elly Kasim ini, merujuk pada komoditas beras yang berasal dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yang terkenal dengan cita rasa dan kualitasnya yang khas.

Lagu ini awalnya dinyanyikan Ose yang dia dapatkan dari kakak (tantenya). Kami yang mendengar lagu itu pun terkesima. Yang diingat oleh tim Laskar Pelangi, bukannya Bareh Solok tetapi lebih akrab di telinga orang Lerek dari: “Barek Solo, pana lalu lala aka”. Kami lebih mudah sebut ‘Barek’ karena nama yang lebih sesuai dengan panggilan gadis di kampung bernama Barek atau yang dalam bahasa Lamaholot ‘Kebarek’.

Terkait Bareh Solok, itu sekadar sebuah wujud seni. Ose menjadi inspirator karena dia memang anggota tim dengan rasa seni yang mendalam. Tetapi yang kreatif sebenarnya Wisen. Dari lagu yang masih kedengaran asing: “Bareh Solok” (Beras dari Solok), ia bisa konversikan agar lebih dapat diterima telinga orang Lerek: Barek Solo, Barek Solo pana lalu lala aka (Barek Solo sedang berjalan datang menghampiri).

Tetapi apa arti lagu Bareh Solo original dan Barek Solo yang sudah disadur ke telinga orang Lerek? Bareh Solok adalah pujian dan sanjungan orang Solok terhadap beras (bareh) premium unggulan dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yang terkenal karena teksturnya yang pulen namun tidak lengket, rasanya yang khas dan manis, serta aroma wanginya yang harum setelah dimasak. Beras ini sangat cocok dengan masakan berkuah kental khas Minang, seperti gulai, karena nasinya akan berderai dan tercampur rata dengan bumbu tanpa menggumpal.

Ketika Bareh Solok diallihkan jadi Barek Solo, maka yang terginang, bagaimana gadis di lembah Lerek itu bernanyi melengking menyanjung saudaranya yang ingin berkelana jauh dari kampung. Sebuah doa agar selalu berani dan pantang menyerah dalam hidup. Seperti keberanian menaklukan bukit dan lembah, demikian juga dunia itu kecil ketika disertai keberanian. Tidak lupa. Yang ditampilkan bukan sekadar gagah-gagahan dari luar tetapi seperti beras Solok, perlu dijiwai oleh rasa yang khas, pulen, wangi ekspresi kualitas diri.

Apakah untaian ini sebuah kebetulan? Bisa saja ditafsir seperti itu. Tetapi ketika menengok dan kini melihat Wisen yang lagi terbaring, maka syukur atas sebuah kewangian masa kecil. Masa itu telah membuat Laskar Pelangi Bareh Solok menjadi sebuah hal yang hanya bisa disyukuri.

Robert Bala (Obe). Tim Laskar Pelangi Bareh Solok.

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Pemuda Waikomo Lembata Dukung Program Inklusi Peduli Orang Muda
Uncategorized

Pemuda Waikomo Lembata Dukung Program Inklusi Peduli Orang Muda

Pemuda Waikomo Lembata Dukung Program Inklusi Peduli Orang Muda LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM--  Program Inklusi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya...

Read more
Lembata Sambut PPPK Tahap II : Momentum Penguatan Pelayanan Publik

Lembata Sambut PPPK Tahap II : Momentum Penguatan Pelayanan Publik

Polda NTT Tindak Tegas Insiden Antar Pemuda di Alor

Polda NTT Tindak Tegas Insiden Antar Pemuda di Alor

Orang Gerindra Buat Beda, (Catatan Liburan di NTT 23/4 – 8/5 2022)

MBG – Makan Bikin Gawat (Darurat)

Lembata Siap Gelar Festival Lamaholot 2025 : Bupati Pacu Koordinasi Gaungkan Nama Daerah

Lembata Siap Gelar Festival Lamaholot 2025 : Bupati Pacu Koordinasi Gaungkan Nama Daerah

Yohanes De Rosari : “Anggaran Retret ASN Sudah Disetujui Banggar DPRD NTT”

Yohanes De Rosari : “Anggaran Retret ASN Sudah Disetujui Banggar DPRD NTT”

Load More
Next Post
Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang

Tiga Warga Nagekeo Tewas Diseret Banjir, Empat Orang Hilang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In