Merawat Sumber Kesegaran Rohani
Oleh : Pater Steph Tupeng Witin, SVD
WARTA-NUSANTARA.COM– Ada sebuah tulisan yang terpampang pada pelataran depan Basilika Santo Yohanes Lateran. ”Sacsosanta Lateranensis ecclesia omnium urbis et orbis ecclesiarum mater et caput”, Gereja Lateran yang maha kudus, ibu dan kepala seluruh gereja di kota (Roma) dan dunia.
Lukisan ini menunjukkan keunikan, keagungan dan keunggulan bangunan Gereja Basilik Lateran ini dibandingkan gereja lainnya.
Selama ini mayoritas umat Katolik menganggap bahwa Basilika Santo Petrus di Vatikan dimana Paus tinggal menjadi pusat perhatian dan dianggap sebagai pusat Gereja Katolik.
Yang tidak banyak diketahui adalah bahwa Gereja Santo Yohanes Lateran, dimana takhta atau Katedra Paus sebagai Uskup Roma berada, tetap melambangkan otoritas tertinggi di Gereja Katolik Roma. Gereja Lateran lebih tinggi kedudukannya daripada Basilika Santo Petrus.
Paus Benediktus XVI dalam sebuah homili pesta Basilik Lateran (2008), mengatakan, “Allah menghendaki untuk membangun Bait Allah rohani di dunia, yaitu sebuah komunitas yang menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).
Namun, perayaan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya bangunan fisik tempat komunitas berkumpul untuk melambungkan puji-pujian kepada Allah.
Oleh karena itu, setiap komunitas berkewajiban untuk merawat dengan seksama bangunan suci miliknya, yang merupakan warisan historis religius yang berharga. Untuk itu, marilah kita mohon dengan perantaraan Maria yang kudus, agar ia menolong kita menjadi, seperti dirinya, “rumah Allah,” Bait Suci kasih-Nya yang hidup.”
Selain mengingatkan komunitas umat Kristiani sebagai “Bait Suci,” Paus Benediktus menekankan pentingnya merawat, memelihara dan menjaga gereja maupun tempat suci lainya dalam tradisi Katolik dengan setia.
Pemeliharaan dan perawatan gereja dan tempat kudus lainnya merupakan bukti penghormatan kita terhadap tempat diam Allah di dunia dan semua orang kudus dalam gereja yang menjadi jalan kita menuju Allah.
Nabi Yehezkiel di masa pembuangan Babel mengalami sebuah penglihatan bahwa dirinya dibawa oleh malaikat Tuhan untuk melihat Bait Suci.
Dalam penglihatan itu, sebuah sungai keluar dari Bait Suci, tempat dimana Tuhan hadir, memberikan kehidupan bagi semuanya karena sentuhan aliran airnya. Bermula dari aliran air kecil, sungai itu kemudian mengairi gurun, memurnikan laut, dan menyuburkan pohon-pohon sehingga dapat berbuah setiap bulan.
Penglihatan Yehezkiel ini memperlihatkan kuasa dari Bait Suci, tempat Allah berdiam. Kehadiran Ilahi di Bait Suci merupakan sumber dari mana kasih karunia Allah terus berkembang dan terus mengalir kepada seluruh dunia dan menyentuh segenap makhluk ciptaan.
Bait Suci bukanlah sekadar bangunan hampa. Allah yang hadir di dalamnya membuat bangunan itu berperan sebagai sumber pembaruan bagi segenap ciptaan, khususnya diri manusia.
Basilik Lateran dan gereja-gereja Katolik di seluruh dunia yang menjadi tempat Yang-Ilahi hadir, dapat membawa kesegaran rohani, kesembuhan jiwa, dan berkat yang melimpah (Purnomo, 2025).
Penginjil Yohanes menceritakan kisah Yesus membersihkan Bait Allah dengan semangat berapi-api sebagai nabi. Yesus melakukan ini karena melihat penyalahgunaan fungsi Bait Suci.
Kelompok elite agama Yahudi ats nama kerakusan dan keserakahan ekonomi telah mengubah rumah kudus untuk berdoa itu menjadi pasar hewan kurban dan jual beli mata uang. Yesus sebagai orang Yahudi, pasti tahu bahwa Bait Allah adalah tempat paling sakral karena kehadiran Ilahi.
Tindakan Yesus ini juga sebagai langkah spiritual untuk membuka gerbang kebenaran yang lebih dalam yaitu bahwa Bait Suci yang sejati adalah tubuh-Nya sendiri setelah Ia melalui jalan salib, kematian dan kebangkitan.
Ia adalah kediaman Ilahi yang baru dan kekal. Bait Suci di Yerusalem dibakar dan dihancurkan oleh pasukan Romawi pada 70 M. Namun, Yesus Kristus yang bangkit telah menjadi “Bait Suci” abadi yang dibangun dengan kuasa Roh Kudus dan menjadi tujuan ziarah hidup bagi semua pengikut-Nya (Bdk. Purnomo, 2025).
Inspirasi Pesta Baliki Lateran dan Tindakan Yesus memurnikan Bait Suci mendorong kita untuk menghormati, memelihara, dan membarui bangunan gereja dan tempat-tempat suci kita.
Sebab, seperti Basilik Lateran, bangunan gereja sejatinya adalah simbol persatuan umat Katolik yang mampu membangkitkan rasa persaudaraan, melahirkan dukungan satu sama lain, dan menjadi sumber pembaruan iman dan penyembuhan rohani kita.
Meskipun kekuatan dan kekokohan gereja terletak dalam kualitas hidup setiap anggotanya, bangunan gereja juga tidak boleh diabaikan karena di situlah memancar kekuatan Ilahi yang menyegarkan jiwa dan roh anggota gereja . ***






