ETMC Ende 2025: Dari Kota Pancasila untuk Sepak Bola yang Sportif dan Bersaudara
“Kemenangan sejati adalah saat semua pulang sebagai sahabat,”
Oleh : Dr. Ir. Karolus Karni Lando, MBA
ENDE : WARTA-NUSANTARA.COM– Turnamen El Tari Memorial Cup (ETMC) 2025 resmi dibuka di Kota Ende, Kota Pancasila, tanah yang sarat nilai persatuan dan semangat kebangsaan. Bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur, ETMC bukan sekadar kompetisi sepak bola, tetapi wadah silaturahmi, persaudaraan, dan kebanggaan antar kabupaten di seluruh provinsi ini.
Pada pertandingan pembuka antara Perse Ende dan Citra Bakti Ngada (CBN) dengan skor akhir 1-2 untuk kemenangan CBN. Hasil ini memunculkan banyak tanggapan di berbagai media daring ada yang menilai CBN tampil lebih efektif, ada pula yang menyoroti permainan Perse yang belum maksimal, termasuk penalti yang gagal dieksekusi dan beberapa keputusan wasit yang menuai perdebatan.
Namun, di atas semua itu, masyarakat dan seluruh tim peserta diharapkan menjadikan ETMC kali ini ajang kebersamaan, bukan ajang perpecahan. Komentar-komentar di ruang publik hendaknya diarahkan untuk membangun semangat sportif, bukan untuk menyulut emosi atau memperuncing perbedaan.
Sportivitas Lebih Mulia dari pada Skor
Sepak bola memang penuh dinamika, namun kemenangan sejati bukan hanya di papan skor, melainkan dalam cara setiap pemain, pelatih, dan suporter menjunjung nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan saling menghormati. ETMC 2025 di Ende harus menjadi contoh terbaik penyelenggaraan turnamen yang aman, tertib, dan bermartabat
Hakim pertandingan dan wasit memiliki peran penting untuk menjaga keadilan dan integritas pertandingan. Profesionalisme mereka harus dihormati, namun juga menjadi sorotan untuk terus ditingkatkan. Keadilan dalam pertandingan adalah fondasi dari kepercayaan publik dan kehormatan turnamen ini.
Ende Sebagai Model Penyelenggara
Sebagai tuan rumah, Perse Ende diharapkan bukan hanya berjuang di lapangan, tetapi juga menjadi teladan dalam menjunjung nilai-nilai keharmonisan dan persaudaraan. Ende harus menunjukkan kepada seluruh NTT bahwa sepak bola bisa menjadi alat pemersatu bukan pemicu keributan, baik fisik maupun verbal.
Semangat Pancasila yang lahir di kota ini hendaknya mengalir ke setiap pemain dan penonton di stadion, agar setiap laga menjadi simbol kebersamaan, bukan pertikaian. Jika ETMC 2025 dapat berjalan lancar, tertib, dan sportif, maka Ende akan tercatat sebagai “master model” penyelenggaraan turnamen sepak bola daerah yang berbudaya, beretika, dan inspiratif.
Persahabatan adalah Juara Sesungguhnya
Pada akhirnya, siapa pun yang keluar sebagai juara, persahabatan dan persaudaraan antar kabupaten-lah yang menjadi kemenangan sejati. ETMC adalah panggung bagi anak-anak muda NTT untuk menunjukkan bakat, sportivitas, dan semangat kebersamaan bukan arena untuk saling menjatuhkan.
Mari kita jaga ETMC Ende 2025 dengan semangat fair play, kedewasaan, dan kasih persaudaraan agar dari Kota Pancasila inilah lahir pesan moral:
“Sepak bola boleh keras di lapangan, tapi hati kita tetap lembut dalam persaudaraan,”.







