Semangat Hari Pahlawan di Dapur MBG: PIC Lembata Sentil Kebijakan Proteksi Ayam, Wabup Nasir Ajak Sinergi Lokal
LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM– Peluncuran Dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) Longser SPPG 02 Nubatukan yang bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November, menjadi momentum refleksi sekaligus ajang diskusi strategis antara pengelola program dan Pemerintah Daerah Lembata.

Vianey K. Burin, Penanggungjawab Yayasan Garuda Bakti Flores di Lembata sekaligus Person in Charge (PIC) Area Lembata, mengungkapkan kebanggaan istimewa atas peluncuran perdana ini.

Vian Burin menjelaskan, persiapan operasional dapur kedua MBG di Lembata ini memakan waktu kurang lebih 6 hingga 7 bulan. Ia merasa bangga karena launching ini bertepatan dengan Hari Pahlawan.

”Semangat perjuangan dan rela berkorban dari para pahlawan yang gugur di medan juang menjadi inspirasi bagi semua tim MBG untuk terus berjuang menyukseskan program prioritas pemerintah,” ungkap Vian Burin.
Ia menegaskan bahwa tujuan utama program ini adalah mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat lokal.

”Kita bermitra dengan para supplier, petani, nelayan, peternak untuk mereka mensupport dapur ini,” jelasnya, menyoroti peran MBG sebagai stimulus ekonomi akar rumput.
Saat ini, Dapur MBG Longser melayani 1.205 penerima dari: TK Dominika 49 anak, SDI I Waikomo 347 siswa, SDI II Waikomo 268 siswa, SMAN II Nubatukan 481 siswa dan Posyandu 60 orang.
Dalam kesempatan tersebut, Vian Burin secara tegas menyinggung kebijakanPemda Lembata terkait proteksi ayam beku dari luar daerah.
Sebagai program strategis nasional yang mengedepankan standar gizi tinggi dari Badan Gizi Nasional (BGN), ia khawatir kebijakan pembatasan pasokan ayam beku akan mengganggu kualitas dan higienitas makanan MBG.
”Jika kita memblokir ayam dari luar, sementara kita di sini belum siap secara kualitas, kuantitas, dan higienitasnya, saya tidak mau ambil resiko! Yang disiapkan dapur MBG ini adalah untuk anak-anak sehat, bukan untuk anak-anak kenyang,” ujar Vian Burin menandaskan.
Sebagai praktisi hukum, ia berpendapat bahwa surat pembatasan impor daging ayam beku untuk melindungi pengusaha lokal hanyalah sebuah kebijakan, bukan aturan hukum yang melarang, kecuali dalam kasus hama atau wabah.
Ia berharap kepada Wakil Bupati H. Muhamad Nasir berkomunikasi dengan Bupati agar dapat membuka kran khusus atau kebijakan pengecualian bagi Dapur MBG untuk impor ayam berstandar BGN, terutama jika pasokan lokal belum mampu memenuhi kriteria ketat tersebut.
PIC Lembata ini juga mengingatkan bahwa dalam waktu dekat, dapur MBG lain di Waikilik, Tujuh Maret, dan beberapa kecamatan akan segera beroperasi. Jika masalah pasokan bahan baku yakni ayam, buah, dan sayur tidak segera diatasi, kesulitan logistik akan membayangi.
Vian Burin menawarkan solusi dengan mengaitkan Dapur MBG dengan program Nelayan Tani Ternak (NTT) Pemda saat ini. Menurutnya, program NTT tidak membutuhkan dana besar, tetapi cukup menggerakkan petani, nelayan, dan peternak lokal karena uangnya ada di dapur MBG.
Terhadap masukannini, Wakil Bupati Lembata, H. Muhamad Nasir yang hadir saat itu, menyambut baik kritik dan masukan dari pengelola MBG. Namun demikian, ia menekankan bahwa kehadiran Pemda adalah bentuk dukungan penuh terhadap program nasional ini, yang sejalan dengan Misi Kedua Pemda dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Terkait problematika pasokan dan produksi bahan baku lokal, Wabup Nasir mengakui bahwa hal tersebut adalah problematika sosial yang belum tuntas di Lembata. Namun, ia menjelaskan bahwa kebijakan Pemda saat ini adalah strategi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat secara keseluruhan dan melindungi pengusaha ayam lokal agar tetap berkembang.
Lantas Wabup Nasir menyentil terkait etos berbudaya dan pendidikan. ”Tidak sebatas kualitas pendidikan saja, kualitas berbudaya itu juga satu hal yang paling penting! Kita berpendidikan berkualitas, berbudaya juga berkualitas, mari kita jaga kearifan lokal, kita bangun daerah ini!” pesannya, menekankan pentingnya pendekatan budaya Lamaholot dalam menyikapi perbedaan.
Wabup Nasir mengajak seluruh pengusaha dapur MBG untuk membangun hubungan yang lebih baik dan bersinergi dengan petani dan peternak lokal. ”Kalaupun ada hal-hal yang kurang terkait dengan mutu, terkait dengan kualitas dan segalanya, mari kita duduk, kita bicara bersama,” tegas Wabup.
Wabup Nasir menegaskan, penekanan utama adalah bagaimana uang dari pemerintah pusat (program MBG) dapat terserap oleh masyarakat Lembata, menggerakkan ekonomi lokal, dan akhirnya mewujudkan visi Lembata Maju, Lestari, dan Berdaya Saing. (prokompimkablembata)








