Indonesia Peringkat 3 Buang Bahan Pangan
KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM– “Bahan pangan yang terbuang menjadi satu ancaman terhadap pencapaian keberhasilan kekuatan pangan. Indonesia tempati peringkat tiga buang bahan pangan. Ini harus menjadi kesadaran dan perhatian bersama”. Demikian dikemukakan Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo,M.Sc, Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Pernyataan tersebut disampaikan dalam menyajikan materi pada kuliah umum yang digelar oleh Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, Rabu 19 November 2025.

Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang mengisi masa semester ganjil tahun ajaran 2025/2026 dengan menggelar kuliah umum bertema, Teknologi Pengolahan untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Rabu 19 November 2025. Kuliah umum yang digelar di Auditorium Santo Paulus Gedung Rektorat UNWIRA di kampus Penfui Kupang yang diikuti oleh seluruh civitas akademika Program Studi Teknologi Pangan FST UNWIRA dan berbagai kalangan yang diundang menghadiri forum ilmiah tersebut baik offline maupun online itu seperti para guru dan siswa SMA/SMK se-Provinsi NTT, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Program Studi Gizi POLTEKKES KEMENKES Kupang, Teknik Rekayasa Pangan Politani Kupang, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dan berbagai kalangan lain dari berbagai kabupaten dalam provinsi NTT mauoun dari luar provinsi NTT. Kuliah umum yang digelar tersebut menghadirkan dua narasumber yakni: Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo,M.Sc, Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Dr. Ir. Ayub U. I., Meko,M.Si, dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Pelaksanaan Kuliah Umum tersebut juga menjadi bagian dari kerja sama antara Program Studi Teknologi Pangan FST UNWIRA Kupang dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Dekan Fakultas sains dan Teknologi Universitas Katolik Widya Mandira, Bruder Anggelinus Nadut,SVD,S.Si.M.Si yang diwakili oleh Wakil Dekan, Lodowik Landi Pote,S.Si.M.Sc, dalam sambutan membuka kegiatan kuliah umum tersebut mengemukakan bahwa masyarakat telah sangat tangguh menghasilkan atau memproduksi bahan pangan melalui kerja keras. Namun persoalan yang juga melanda masyarakat adalah bahan pangan yang dihasilkan cepat rusak sehingga mutu menurun, sulit merebut pasar dan juga sulit menjangkau pasar yang luas. Oleh karena itu, tema umum yang diangkat oleh Program Studi reknologi Pangan FST UNWIRA dan dengan menghadirkan dua narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya serta relevan dengan tema yang diangkat, patut menjadi upaya solutif bersama guna mengatasi permasalahan di kalangan masyarakat NTT.
Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo,M.Sc dari Pusat Studi Pamngan dan Gizi, Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, tampil sebagai pemateri pertama dengan mengangkat judul materi: ‘Teknologi Pengolahan untuk Mendukung Pangan melalui Pengurangan Pangan Terbuang’, menyoroti satu aspek yang tidak disadari oleh kebanyakan orang yaitu minimnya kemampuan teknologi pengolahan menyebabkan bahan pangan yang rusak dan terbuang sebagai suatu sumbangan limbah/sampah yang besar di Indonesia 115 sampai 184 Kg per kapita per tahun, yang jika dikorelasikan dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 ( 285 juta jiwa), maka banyaknya bahan pangan terbuang adalah 32,8 juta sampai 52,4 juta ton/tahun . Dengan angka yang besar ini, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dalam hal banyaknya pangan terbuang sebagai sampah. Sekurang-kurangnya ada tiga factor penyebab yakni cara penanganan oleh masyarakat, kurangnya kemampuan teknologi pengolahan dan dukungan infrastruktur yang kurang. Dari total bahan pangan terbuang tiap tahun di atas, hasil pangan hortikultura menempati peringkat pertama yakni 62,8%. Para petani telah berupaya menanam, memelihara hingga panen akan tetapi penanganan dan pengolahan pasca panen yang menjadi problem.
Upaya memperpanjang umur simpan bahan pangan, Prof Sri Raharjo memberikan 9 cara yakni: (1). Kualitas pengemasan produk dengan modifikasi atmosfer; (2) Meningkatkan kualitas prosedur perawatan dan penanganan; (3) mengidentifikasi dan menemukan titik-titik kelemahan pada sistem rantai dingin; (4) Pemantauan kelembaban; (5) pengemasan untuk tiap individu pakan, (6) Sticker pada kemasa yang memberikan informasi lengkap tterhadap sifat bahan pangan yang dikemas; (7) Menyertakan adsorben pada bantalan bahan pangan untuk menyerap air dan meminimalisir kelembaban; (8) menemukan varietas baru yang tahan simpan; (9) Menggunakan bahan antimikroba alamiah untuk mencegah pembusukan bahan pangan oleh bakteri.
Dr. Ir. Ayub U. I., Meko,M.Si sebagai pemateri kedua, dengan topic Teknologi Pengolahan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional, mengawali pemaparan materinya dengan mengemukakan bahwa pangan merupakan hak asasi manusia yang universal. Mengutip UU no 11 tahun 2009 dan UU no 8 tahun 2012 yang mengemukakan bahwa pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling utama, maka Dr. Ayub mengajak peserta kuliah umum untuk berjuang bersama mengatasi masalah di masyarakat yakni bahan pangan mudah rusak. Diuraikannya bahwa bahan pangan merupakan bahan-bahan hayati yang mudah rusak atau tidak tahan lama. Oleh karena itu, masyarakat yang diarahkan untuk menghasilkan atau produksi hasil pangan, harus berpikir dan diarahkan bertindak secara holistic. Misalnya, jika masyarakat diarahkan untuk menanam jagung maka kepada masyarakat juga harus dibekali pengetahuan tentang daya tahan jagung hasil panenan, apa yang merusak hasil panen jagung, bagaimana menangani agar jagung tidak cepat rusak, dan berbagai pengetahuan serta keterampilan lainnya. Jadi, bukan saja semangat untuk menanam lalu bangga dengan hasil panenan yang melimpah, tetapi kemudian menjadi putus asa karena hasil panenan rusak sebelum mencapai pasar. Terkait contoh panenan jagung ini,
Dr. Ayub mengemukakan satu upaya sederhana dan tradisional yang selalu dilakukannya yakni menggunakan abu dapur untuk mengawetkan biji jagung hibrida hasil panen dari kebunnya. Selain mengatasi kerusakan jagung, dikemukakan juga tentang cara pengolahan ikan untuk mengatasi kerusakan ikan dan memperpanjang daya tahan ikan melalui cara pengolahan menggunakan asap cair, sebagaimana yang selalu dilakukannya dan telah diproduksi.
Menanggapi salah satu peserta yang mempertanyakan tentang bagaimana upaya dan advikasi yang harus dilakukan semua pihak agar perjuangan para petani, nelayan dan peternak yang menghasilkan bahan pangan hayati dapat terhindar dari kerugian akibat rusaknya bahan pangan, maka baik Prof Sri Raharjo maupun Dr. Ayub senada mengemukakan bahwa dibutuhkan kolaborasi lintas sector. Jika pemerintah mengarahkan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas hasil pangan maka pemerintah juga patut mendukung melalui sarana pengolahan dan pengawetan, misalnya dengan membangun gudang-gudang penyimpanan yang dilengkapi dengan sarana-saran yang mengatur sirkulasi dan meminimalisir kelembaban, atau disesuaikan dengan sifat bahan pangan sehingga bahan pangan yang dihasilkan petani, nelayan dan peternak tidak mudah rusak. Dengan demikian, ketahanan pangan dapat tercapai, dukungan terhadap program makan bergizi dapat lancar dan berkualitas, dan masyarakat petani, nelayan peternak mencapai kesejahteraan yang bermartabat *** (Gerady Tukan)








