LABUAN BAJO : WARTA-NUSANTARA.COM- Geliat industri Agrowisata Kopi semakin banyak digemari oleh masyarakat, salah satunya oleh masyarakat di Desa Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Berada di ketinggian 1.100 – 1.300 di atas permukaan laut, Colol merupakan daerah penghasil kopi arabika terbaik di Pulau Flores, Indonesia.
Di daerah ini, kopi spesial Juria dan Yellow Catura jenis Arabika tumbuh subur. Hampir 80 persen masyarakat Desa Colol merupakan petani kopi dengan rata-rata 50 persen penduduknya menghasilkan kopi dengan kualitas terbaik.
Mendukung keberlangsungan pekerjaan petani kopi serta dalam upaya meningkatkan ekonomi para petani kopi, pada tahun 2018 dibentuklah Bumdes Poco Nembu Desa Colol.
Rudol Supardi, Ketua Bumdes Poco Nembu menjelaskan, meskipun para petani mampu menghasilkan kopi dengan kulitas kopi yang terbaik, namun harga jual kopi sangat dirasakan tidak sepadan.
Kehadiran para rentenir yang membeli kopi langsung dari para petani kopi dengan harga yang murah sungguh tidak memberikan peningkatan nilai ekonomi yang baik bagi para petani kopi. Rudol berharap dengan dibentuknya Bumdes Poco Nembu, mampu mengatasi kondisi yang sangat memperihatinkan ini.
“Yang paling pertama itu Colol merupakan pusat kopi, tapi hanya dinikmati oleh masyarakat colol sendiri, kita ingin Kopi Colol bisa dinikmati masyarakat luas. Selain itu, sistem ijon atau rentenir yang berlangsung selama ini tidak memberikan keadilan buat kami.” ucap Rudol, Sabtu (22/05) seperti disebutkan dalam siaran pers BPOLBF, Senin (24/05)
Dalam prosesnya mengolah biji kopi, Rudol menyampaikan, biji kopi dalam bentuk Green Bean yang diambil dari para petani kopi kemudian diolah menggunakan mesin seadanya. Hinggah kemudian selanjutnya diolah dengan menggunakan mesin penggorengan hasil bantuan dari Kementrian Desa.
“Selama ini (penggorengan) masih pakai manual. Dengan mesin penggorengan bantuan dari Kemendes ini, untuk menghasilkan bubuk kopi, proses penggorengan selama satu jam untuk 10 kilogram. Satu hari mampu mencapai 30 kilogram bubuk kopi medium dark yang siap dikemas,” lanjut Rudol
Selanjutnya dalam tahapan pengemasan, Bumdes Poco Nembu mendapatkan bantuan mesin kemasan dari Bank NTT. Bantuan mesin ini setelah Bumdes Poco Nembu sendiri merupakan salah satu binaan Bank NTT cabang Borong, kabupaten Manggarai Timur.
“Untuk mesin kemasan merupakan bantuan dari Bank NTT. Ini karena ide awal untuk membentuk sebuah tempat produksi kopi sachet merupakan hasil komunikasi dengan pihak Bank NTT yang dari awal selalu memperhatikan bumdes kami. Sementara untuk satu kali produksi, mesin ini mampu menghasilkan 83 bungkus kopi sachet yakni kopi Poco Nembu,” tuturnya
Terkait pemasaran, Rudol menyampaikan hasil kemasan kopi sachet berupa kemasan ukuran 25 gram dan 250 gram ini nantinya akan dilakukan dalam bentuk grosiran. Untuk target jangka panjang, Bumdes Poco Nembo berharap mampu menjangkau hotel dan restaurant yang ada di Pulau Flores.
Ia juga berharap hasil produksi kopi yang dipasarkan dalam bentuk kemasan mampu mengatasi masalah ekonomi para petani kopi.
“Harapannya para petani terlepas dari ijon yang menjerat para petani kopi. Kopi dari masyarakat kami terima, proses dan jual. Sehingga harga tidak ditentukan oleh cukong lagi. Kalau masuk dalam kemasan kopi dalam satu kilo itu kan harganya 20 ribu. Sementara kalau dalam bentuk liter, harga beli kita di petani itu 7 ribu rupiah sementara ijon belinya cuma 4 ribu, mana buat masyarakatnya, ditambah kalau ijon setahun tidak dibayar harganya itu naik berkali lipat,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bank NTT Cabang Borong Nurchalis Tahir menjelaskan, dukungan yang diberikan kepada Bumdes Poco Nembo merupakan salah satu bentuk kehadiran Bank NTT dalam mengakomodir potensi yang ada pada sebuah desa serta ikut membantu mengembangkan potensi tersebut agar mampu memberikan manfaat bagi masyarakat.
“Pertama misi kita pelopor penggerak ekonomi rakyat, menggali sumber potensi daerah untuk dikembangkan sebesar – besarnya untuk kepentingan rakyat. Di Colol ini komoditi andalan adalah kopi sehingga dengan konsep desa binaan kita ini cocok untuk destinasi agrowisata di Manggarai Timur sehingga yang lebih pas itu melalui bumdes karena merupakan badan usaha yang dalam kegiatannya ada di bawah naungan payung hukum yang jelas,” terang Nurchalis
Selain memberikan bantuan mesin kemasan, pihaknya juga turut membantu dalam mewujudkan hak kekayaan bagi kemasan Kopi Poco Nembo untuk secara resmi diakui. Selain itu berbagai kegiatan pendampingan dan pelatihan pun turut diberikan sebagai upaya menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.
Ia juga berharap, sebagai desa binaan, Bumdes Poco Nembo mampu bergerak maju menghasilkan produk – produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran. Ia juga berharap sejak Kopi Poco Nembo memiliki QR Code untuk dipasarkan secara online, kendala pemasaran serta akses jaringan yang kurang mampu diatasi secara bersama oleh semua pihak.
“Kegiatannya ada manfaat untuk masyarakat desa. Target kita desa binaan kita bisa lebih maju kedepannya dan mempunyai produk – produk unggulan yang bisa bersaing. Kita harapkan pemerintah bisa ikut terlibat dengan membuka akses pasar sehinggah kedepannya bukan hanya dalam bentuk kemasan tapi yang lebih besar. Kita support dari sisi pendanaan yang jelas mereka sudah melalui verifikasi khususnya pengadaan mesin ini juga. Mungkin nanti kita juga akan buka akses pasar, khususnya pasar online,” jelasnya
Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi Desa, Kementerian Desa wilayah kerja Kabupaten Manggarai Timur Ramli Ajar mengungkapkan, untuk mewujudkan keberlangsungan keberadaan produk Kopi Poco Nembo Colol tentu dibutuhkan kerjasama semua pihak. Salah satu tantangan besar adalah rendahnya sumber daya manusia. Untuk itu kehadiran pemerintah pusat melalui kementrian desa tidak hanya melalui pemberian bantuan mesin pengorengan namun juga kepada pendampingan dalam memberikan pelatihan dan peningkatan kualitas anggota Bumdes Poco Nembo Colol.
“Tantangan selama pendampingan adalah kekurangan sumber daya manusianya. Sumber daya alam banyak tapi SDM nya kurang. Dari kami bagaimana mendorong peningkatan kapasitas sdm nya untuk mengelola potensi desa melalui bumdes. Selain itu banyak intervensi pemdes dalam bumdes. Sementara seharusnya bumdes badan tersendiri. Maka sekarang untuk Poco Nembo ini kami mulai meningkatkan kapasitas sehinggah mereka tau manajemen bumdes itu sendiri sehingga tidak ada intervensi pihak lainnya,” ujar Ramli Ajar
Direktur Industri dan Kelembagaan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, Neysa Amelia menegaskan bahwa pihaknya sangat senang dan mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Bumdes Poco Nembo Colol ini yang mencoba menyentuh bagian hulu dan mengalirkannya ke hilir dalam industri pariwisata.
“Industri pariwisata adalah industri yang berada di hilir. Kita bisa juga mengembangkan bagian hulunya misalnya komoditas kopi yang kita harapkan bisa masuk ke industri hilir seperti pariwisata. Saya sangat senang sekali bahwa sudah ada Bumdes yang fokus untuk pengemasan kopi dan itu sesuai arahan Pak Gubernur dan Dirut BPOLBF ibu Shana Fatina. Kita bisa memasok kopi-kopi dari Colol untuk pariwisata misalnya di hotel dan restaurant sehingga tidak hanya memasok pasar- pasar domestik tetapi pasar-pasar yang sudah ada sebelumnya,” papar Naysa Amelia.
Naysa Amelia menambahkan pihaknya ingin mengembangkan produk-produk unggulan di masing-masing kabupaten yang dalam wilayah kerjanya di 11 Kabupaten agar komoditas-komoditas unggulan ini bisa menjadi produk unggulan pariwisata. Entah itu berbentuk souvenir, karya ekonomi kreatif khusus, ataupun kuliner seperti kopi, dan itu nantinya bisa membantu memasok hilirnya pariwisata. (WN-Syarif ab)