RUTENG : WARTA-NUSANTARA.COM-Peristiwa pelantikan Pimpinan Pratama Eselon 2 lingkup Pemkab Manggarai mendapat respon beragam dari publik. Kami berkesempatan meminta tanggapan Jefrin Haryanto, seorang warga masyarakat Langke Rembong dan Founder Yayasan Mariamoe Peduli. Kepada Media melalui sambungan telepon Jefrin menggungkapkan harapannya terkait peristiwa pelantikan Eselon 2 hari ini di Ruteng.
Jefrin berpendapat, bahwa peristiwa hari ini adalah salah satu hal yang paling dinanti publik. Publik ingin melihat skuat dari pemerintahan baru ini. Kawan-kawan di birokrasipun menunggu kepastian, sehingga mereka tidak kerja dalam kegamangan.
“ Saya kira, ini salah satu momentum yang ditunggu publik dari sebuah pemerintahan baru. Publik ingin segera melihat bagaimana agenda yang dijanjikan H2N dieksekusi oleh tim yang mumpuni di level operasional. Resikonya tentu adalah apakah nama-nama yang muncul hari ini, memenuhi harapan publik atau justru menimbulkan keraguan baru. Di sisi kawan-kawan birokrasi tentu sangat berdampak pada kepastian “nasib” mereka. Setidaknya mereka akan tahu posisi mereka ada dimana dan harus melakukan apa tanpa dibayang-bayangi kecemasan,” ungkap Jefrin.
Jefrin menyambung bahwa, respon terhadap apa yang dilakukan hari ini (pelantikan-Red) pasti akan disertai dengan harapan yang tinggi dari publik. H2N adalah pemimpin yang terpilih dengan legitimasi yang sangat tinggi, dan itu menggambarkan betapa besarnya kepercayaan dan ekspektasi publik terhadap mereka.
“Ekpektasi yang tinggi terhadap Bupati dan Wakil Bupati Hery-Heri, membuat publik tentu berharap banyak pada duet kepemimpinan ini. Sekian bulan berlalu, selama itu juga publik menunggu gebrakan duet kepemimpinan H2N ini. Ini yang paling dominan menjadi kegelisahaan publik dalam beberapa bulan sejak beliau berdua dilantik. Publik sangat ‘bernapsu” melihat kerja-kerja luar biasa dari Hery-Heri, sesegera mungkin. Celetukan mulai terasa dalam 3 bulan terakhir. Perjalanan Pemerintahan terkesan datar saja dan cenderung tenang tanpa dinamika berarti. Belum ada “wouw effect”.
Ada hal yang dilupakan publik, bahwa Pemerintahan ini dimulai dengan situasi yang “tidak baik-baik saja”. Ada pandemi yang menghantam membabi buta, ada sekian banyak jabatan Eselon 2 yang kosong (praktis semuanya), ada kerja-kerja dan perencanaan dari Pemerintahan sebelumnya yang butuh disingkronkan, ada irama yang harus disesuaikan, ada format yang harus dicari bentuknya, dan macam-macam hambatan yang membuat Hery-Heri tidak bisa langsung “gas”, ujar Jefrin.
Ditanya apa harapan terhadap pimpinan yang dilantik hari ini, Jefrin lebih melihat bahwa mereka yang dilantik harus kerja cepat, dan langsung mengikuti tempo dan irama Bupati dan Wakil Bupati.
“Sebagai masyarakat tentu kita berharap akan ada budaya kerja yang baru. Jemput bola, responsive, out of the box, bisa bekerja multi tasking, berorientasi hasil, ada mindset perubahan di dalam benaknya. Perlu diingat PD itu adalah representase perwajahan Bupati dan wakil Bupati, jangan sampai mereka mencederainya atau bahkan membuatnya “bopeng”. Tagline perubahaan itu harus kongkret dan terlihat dalam budaya kerja dan pelayanan bagi kebutuhan publik, dan jangan sekedar jadi tagline, tandas mantan dosen STKIP ini.
Lebih lanjut Jefrin mengingatkan agar dalam waktu kurang dari 3 tahun Pemerintahan Hery-Heri, harus bisa kerja efektif, berbasis prioritas dan tentu dalam tempo tinggi.
“Hal yang harus disadari bahwa waktu kerja efektif Hery-Heri kurang dari 3 tahun. Maka penting memberi stressing pada unit kerja yang menjadi isu besar publik dan tentu janji kampanye. Meski diurut kembali dan lihat prioritas serta buat analisa efektivitasnya. Ini penting agar kerja fokus, dan jangan sampai semua hal mau dikerjakan, tapi malah tidak akan ada yang tuntas. Pemerintah harus realistis supaya tidak disandera oleh janjinya sendiri. Saya kira isu infrastruktur masih jadi wilayah yang perlu diseriusi, terlebih pada peningkatan akses dan kualitas kerjanya. Pendidikan harus punya cita rasa yang khas, yang memperlihatkan sentuhan lokalnya, dan tata kelolah yang sehat. Sekolah harus dimerdekakan dari “ rasa takut” berinovasi. Layanan kesehatan harus berbasis pada pelayanan prima. Kualitas dokumen perencananaan pembangunan yang dihasilkan Badan Perencanaan Daerah harus terukur dan menerjemahkan Visi Misi Bupati secara rigit. Desa-desa perlu diarahkan rencana pembangunannya supaya tidak jalan sendiri-sendiri, pungkas Haryanto.
Menutup dialog kami, Jefrin berharap, skuat baru ini bisa lari lebih kencang.
“ Semoga mulai minggu ini larinya bisa lebih kencang, sambil menunggu terisinya beberapa unit kerja yang masih kosong,’ pungkas Jefrin. (*/WN-01)