RUTENG : WARTA-NUSANTARA.COM-Jefrin Haryanto, Konsultan dan Praktisi Psikologi pada Yayasan Mariamoe Peduli menanggapi kasus tawuran pelajar di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai. Menurut Jefri, aksi tawuran para remaja, pasti terkait dengan gagalnya para remaja tersebut menyelesaikan tugas perkembangan dalam fase pencarian jati diri. Dalam fase perkembangan, kelompok anak remaja ini sedang berada dalam kebutuhan perkembangan eksploratif dengan kecerdasan emosi yang menggebu-gebu.
Kondisi remaja yang labil, lanjut Jefrin, membuat mereka menyukai tantangan. Dalam periode ini peran orang tua atau orang dewasa lain sangat dibutuhkan untuk membantu menyalurkan kebutuhan tersebut pada kanal yang positif.
“Pola pengasuhan orang tua yang permisif menjadi penyumbang utama dari perilaku bermasalah para remaja ini. Dalam bahasa yang lebih vulgar saya menyampaikan bahwa anak-anak ini butuh perhatian, untuk tidak mengatakan bahwa mereka tidak mendapat perhatian yang memadai,” kata Jefrin
Sekarang anda bisa tanya secara random kepada orang tua, apakah mereka mengenal dengan baik anaknya? Siapa teman anaknya? Apa aktivitasnya diluar? Apa isu yang jadi tema diskusi anaknya? Bagaimana pola komunikasi dalam peer groupnya? Bagaimana aktivitas media sosial anaknya?
Dalam kasus tawuran di Ruteng, patut diduga bahwa kekerasan, agresivitas, adalah tema-tema yang sudah akrab dalam menu obrolan mereka tiap hari.
“Dalam istilah saya ada “ego’ yang butuh diberi makan tapi dengan cara yang salah. Kebutuhan diakui, kebutuhan akan peran, kebutuhan untuk dipuji, kebutuhan untuk ditepuk tangani adalah kebutuhan yang sedang mereka butuhkan hari ini. Mereka sedang butuh panggung pada pementasan drama yang salah, ungkap Jefrin Haryanto.
Menurut Jefrin Haryanto, Pihak sekolah, orang tua bahkan Pemerintah Daerah harus melihat situasi ini sebagai gambaran situasi Psikologi sosial anak-anak remaja kita. Maka meski didesain satu pola rekayasa psikologi sosial, agar bisa dirumuskan langkah antisipatif, langka penyelesaian dan langkah tindak lanjut agar ini tidak berulang atau menjadi tutorial bagi kelompok remaja lain di kota ini untuk melakukan hal yang sama.
Dari sisi kebijakan pemkab sebenarnya sedang diberitahu tentang kondisi psikologi sosial remaja di kota ini. Segera hal ini bisa dibaca, dikaji, dan dirancang aktivitas-aktivitas yang tujuannya menyiapkan kanal-kanal bagi kebutuhan ruang ekpresi bagi remaja-remaja kita. ((WN-01)