WARTA-NUSANTARA.COM-Komunitas Basis Gerejani adalah lokus dan fokus karya pastoral gereja keuskupan Larantuka. Demikian penegasan yang disampaikan Yang Mulia Bapa Uskup Larantuka Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr., dalam pertemuan bersama Dewan Pastoral Paroki, Tokoh-tokoh umat, Para ketua lingkungan dan KBG, Kelompok Kategorial dan serikat gerejani serta komunitas susteran dan frateran se Paroki St. Fransiskus Asisi Lamahora.
Berbagai program dan kegiatan pastoral terkait layanan sakramen, pemberdayaan kehidupan sosial dan ekonomi umat, penguatan agen pastoral harus menempatkan KBG sebagai lokus dan fokusnya. Karena itu kepengurusan di KBG tidak boleh dipandang enteng.
Pengurus KBG harus mau bekerja dengan sukarela dan penuh pengorbanan. Harus dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan umatnya, peka untuk mengetahui permasalahan dan secara bersama mencari solusi dengan cara berdoa bersama, membaca Kita Suci, merenungkan dan berbagi pengalaman iman  secara bersama. Para Pengurus, mulai dari KBG sampai ke Paroki juga dituntut untuk dapat melaksanakan tugas-tugas administratif, karena pengelolaan administrasi yang baik merupakan dasar untuk mendapatkan data statistik umat yang akurat, sehingga menjadi input dalam pengambilan kebijakan pastoral di tingkat keuskupan.
Selanjutnya dalam rangka mempersiapkan generasi baru yang unggul, Bapa Uskup mendorong upaya penanggulangan stunting, dengan mengingatkan bahwa stunting bukanlah masalah sejak kelahiran. Saja tetapi jauh sebelum itu. Sejak seorang gadis remaja mempersiapkan diri untuk menikah dan sejak sembilan bulan janin berada dalam kandungan ibunya. Kebutuhan janin tidak hanya dengan asupan gizi yang baik, tetapi suasana nyaman dan bahagia dalam rumah tangga merupakan syarat penting yang diperlukan untuk pertumbuhan janin.
Karena itu tidak diharapkan misalnya pada saat kehamilan, sang Bapa harus merantau atau berada jauh dari rumah. Menyinggung Lewoleba sebagai ibu kota Kabupaten, Bapa Uskup bahkan melihat Kota Lewoleba sebagai pintu masuk pertumbuhan dan perubahan. Karena itu dituntut kemampuan untuk beradaptasi, mengevaluasi cara kerja dan pelayanan secara terus menerus, serta membaharui gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan yang  tidak produktif sehingga jangan sampai pada titik tertentu kita merasa tidak berdaya terhadap pertumbuhan dan perubahan itu. Untuk itu pula Bapa Uskup mendorong Paroki-Paroki dalam Kota Lewoleba agar saling bekerja sama, berbagi informasi dalam mencermati permasalahan umat serta mencari jalan keluar atasnya.
Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 3 Oktober 2022 di Aula Paroki Lamahora itu merupakan rangkaian kegiatan kunjungan yang wajib dilakukan Uskup setiap tiga tahun sekali. Artinya Uskup wajib mengunjungi dan bertemu dengan umat untuk mendengarkan umat dan sebaliknya untuk memberikan arahan, nasihat serta peneguhan terhadap umat. Selanjutnya setiap lima tahun Uskup harus mengunjungi Sri Paus di Roma untuk melaporkan kehidupan umat dan gereja lokal yang dipimpinnya. Kunjungan ini disebut Ad Limina.
Pertemuan yang berlangsung hangat dan mengesankan ini dihadiri juga oleh Deken Lembata, Romo Sinyo Da Gomez, Sekjen Keuskupan Romo Ancis Kwaelaga, Komisi Keluarga Romo Ben Belawa, Komisi Sosial, Romo Thobias Kerans dan Ketua Yapenduklem Bapa Petrus Toda Atawolo. ***
(Wilhelmus Leuweheq)