Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes. 7:10-14; Rm. 1:1-7; Mat. 1:18-24
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, bacaan-bacaan minggu adven IV sedang menunjuk kepada seorang perempuan muda. Bacaan pertama berisi tentang Seorang Perempuan Muda, mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki sudah disampaikan oleh nabi Yesaya sekitar 700 tahun sebelum Yesus dilahirkan.
Nubuat ini, kemudian terpenuhi dalam perjanjian baru, dalam injil sebagaimana kita dengar:” Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.” Maria dikandung secara adikodrati oleh Roh Kudus menurut rencana dan kehendak Allah, membuat Yusuf suaminya yang semula tidak tahu itu, hendak melepaskannya dengan diam-diam.
Namun datanglah malakeat Tuhan kepadanya, katanya: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Untuk semakin meyakinkan Yusuf, malaekat itu pun berkata:”Hal itu terjadi – Maria tunanganmu itu haru mengandung secara ajaib – supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki 2 , dan mereka akan menamakan Dia Imanuel w ” –yang berarti: Allah menyertai kita.”
Yusuf taat penuh pada kata-kata malaekat. Karena itu, sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat x Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki.” Nubuat Yesaya yang mendapat pemenuhannya dalam diri Maria tujuh abad kemudian, sejatinya menggambarkan rencana Allah yang begitu perlahan tetapi pasti tentang rencana keselamatan manusia secara bahari.
Selama tujuh abad secara kronologis, kemudian Allah baru menyatakan pilihan-Nya, baru menyatakan perkenanan-Nya pada Maria. Pilihan Tuhan atas Maria sang perawan desa itu, adalah gambaran awal sekaligus sebagai rujukan akan peran para perempuan dalam rencana keselamatan bahari-paripurna Allah kepada manusia, sebagaimana yang ditulis oleh teolog Kristen Joan Chittister:”
Walaupun Yesus seorang Yahudi, yang mengetahui ajaran-ajaran Yahudi tentang perempuan, namun, Ia melintasi batas-batas yang telah ditetapkan oleh masyarakat pada zaman-Nya. Yesus membiarkan para perempuan mengikuti dia di luar rumah. Yesus brdiskusi soal teologi dengan perempuan, dan mencari persahabatan dengan mereka. Yesus memberitahu kaum peremuan – dan hanya kaum perempuan – bahwa ia adalah Mesias. Dan Yesus mengutus kaum perempuan untuk memberikan kesaksian tentang kebangkitan-Nya. Yesus mengutus perempuan kepada sebagai rasul kepada para rasul.”
Pewartaan tentang peran perempuan dalam rencana keselamatan Allah yang dimulai dari nubuat Yesaya tentang seorang perempuan muda, – anak dara – adalah bentuk pemuliaan serta pengilahian kepada kaum perempuan, pasca Hawa terjerumus jatuh ke dalam dosa. Jadi, Nubuat tentang perempuan muda itu adalah deklarasi feminis, sebagai sebuah pengakuan yang luar biasa mengagumkan terhadap peran perempuan dalam sejarah tata keselamatan manusia. Istilah “anak dara” (perawan) dalam (Mat 1:23) ini merupakan padanan yang tepat dari istilah Yunani _parthenos_ yang terdapat dalam versi Septuaginta di Yes 7:14. Kata anak dara dalam bahasa Ibrani (_almah_) yang dipakai oleh Yesaya menunjuk kepada seorang gadis yang sudah cukup umur untuk menikah dan dalam Perjanjian Lama tidak pernah dipakai untuk gadis yang tidak perawan lagi (bd. Kej 24:43; Kid 1:3; 6:8). Dengan demikian, Yesaya dalam Perjanjian Lama dan Matius serta Lukas dalam Perjanjian Baru sama-sama menyatakan bahwa ibu Yesus adalah seorang perawan (Yes 7:14). Yesus yang membawa keselamatan, di dalam diri-Nya Ia harus sepenuhnya adalah Manusia, tidak berdosa dan sepenuhnya adalah Ilahi (Ibr 7:25-26). Karena itu maka Lukas dengan tegas menyebut anak yang dilahirkan anak dara itu disebut Kudus, Anak Allah (Luk 1:35).
Kelahiran Yesus dari seorang perawan memenuhi ketiga syarat ini. Pertama, satu-satunya cara Yesus dapat lahir sebagai manusia ialah dengan lahir dari seorang wanita. Kedua, satu-satunya cara Ia dapat lahir tanpa dosa ialah dengan cara dikandung oleh Roh Kudus (Mat 1:20; bd. Ibr 4:15). Ketiga, satu-satunya cara Ia dapat sepenuhnya Ilahi adalah dengan Allah sendiri selaku Bapa-Nya. Karena itu Yesus Kristus dinyatakan kepada kita sebagai satu pribadi ilahi dengan dua tabiat — ilahi dan manusiawi tanpa dosa.
Yesus Sang Manusia tanpa noda dosa karena dilahirkan dari seorang perawan tersuci Maria. Maria adalah perawan dan tetap perawan hingga Yesus lahir (Mat 1:18,25). Maria mengandung secara ajaib oleh Roh Kudus dan bukan oleh seorang laki-laki! Putra sang perawan itu akan diberi nama “Imanuel”, yaitu “Allah menyertai kita” (Mat 1:23); Imanuel yang berarti Allah menyertai kita, hendak menegaskan kepada kita bahwa sejak Maria mengandung secara ajaib dari Roh Kudus, Allah telah menyertai seluruh manusia ciptaan-Nya melalui Buah Tubuh perawan Maria. Pada akhirnya, Yusuf, yang mula-mula hendak meninggalkan Maria secara diam-diam, “terbangun” dari rencana “keterbatasan” pengetahuannya itu, lalu kemudian mengambil Maria sebagai istrinya adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa manusia berdosa itu akan siap menerima penyertaan Allah dalam diri Putra-Nya yang Kudus. Maka tindakan Yusuf mengambil Maria menjadi istrinya – tetapi tidak bersetubuh dengan istrinya sampai Yesus lahir – hendak menunjukan pengakuan manusia rapuh-lemah terhadap ke-Mahakudus-an Allah. Bahwa kekudusan Allah tidak boleh sedikitpun ternodai oleh keterbatasan manusia, karena kekudusan Allah sendiri melampaui keterbatasan manusia.
Saudara-saudaraku, Ke-Mahakudus-an Allah itu akan terpersonifikasi dalam anak laki-laki yang diberi nama Yesus. Yesus adalah padanan Yunani untuk kata Ibrani _Yeshua_ (Yosua) yang artinya “Tuhan menyelamatkan”. Nama ini melukiskan tugas putra Maria ini pada masa yang akan datang. Yesus sebagai Juruselamat “akan menguduskan dan menyelamatkan umat-Nya , termasuk kita semua yang hadir dalam kesempatan ini”.
Karena itu maka kita yang hadir pada kesempatan ini dan mendengarkan firman Tuhan hari ini oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan bahwa:” kita yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.Kepada kita sekalian yang yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus. Kasih karunia menyertai kita dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Itulah hakekat sesungguhnya dari makna nama Imanuel. Allah beserta kita, hari ini hingga selama-lamanya…… Amin.***