Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Ul. 18:15-20; 1 Kor. 7:32-35; Mrk. 1:21-28
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih..
WARTA-NUSANTARA.COM–Apakah kita memiliki orang-orang atau tokoh-tokoh tertentu yang kita kagumi? Tentu saja ada. Misalnya, banyak orang mengagumi Bung Karno. Dia tidak saja dikagumi sebagai proklamator tetapi juga karena sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang terkenal. Beliau juga dikagumi oleh karena dia seorang orator ulung. Sebagai oratur ulung, dia digelari sebagai singa podium. Kata-katanya menghipnotis setiap telinga yang mendengarnya. Semangat orang berkobar-kobar oleh karena retorikanya yang sungguh memukau. Pilihan diksi pidatonya, membuat orang terkesima lalu berdecak kagum memuji-mujinya .


Sosok Soekarno memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Indonesia dan memberikan banyak teladan bagi bangsa. Banyak tenaga, pemikiran, bahkan jiwa dipertaruhkan oleh Soekarno untuk Indonesia, mulai dari melawan penjajahan sampai membangun bangsa ini menjadi seperti sekarang. Ia sungguh founding father yang tidak mungkin dilupakan oleh anak-anak bangsa ini dan terkenang jasa-jasanya sepanjang masa.


Saudara-saudara, sebagaimana cukup banyak orang mengidolakan sebagai tokoh pendiri bangsa ini, demikian pun yang kita dengar dalam bacaan injil hari ini. Banyak orang yang mendengar pengajaran Yesus terkesima dan berdecak kagum.


Diceritakan oleh Markus bahwa Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya tiba di Kapernaum, suatu tempat tinggal di tepi danau Galilea. Sesudah hari Sabat mulai, Tuhan Yesus segera masuk ke rumah ibadat dan mulai mengajar. Orang-orang di rumah ibadat itu takjub mendengar pangajaran-Nya.
Namun, di tengah pengajarannya, muncullah seseorang yang telah dikuasai oleh iblis. Dengan keras dia berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.”
Mengapa orang banyak itu takjub dengan pengajaran Yesus? Mereka menjadi takjub karena Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Ahli-ahli Taurat biasanya mengutip pandangan rabi-rabi tertentu pada saat mengajar tetapi Yesus mengajar dengan otoritas-Nya sendiri, dan firman yang disampaikan-Nya memiliki kuasa untuk mengubah hati dan kehidupan orang-orang lain.
Rasa takjub mereka semakin mendalam ketika menyaksikan bahwa roh jahatpun taat pada perkataan-Nya. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat tersebut ada seorang yang kerasukan roh jahat. Atas kendali roh jahat yang ada di dalamnya orang itu berteriak: “Apa urusanmu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah”. Tetapi Tuhan Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Yesus memperlihatkan kuasa dan wibawa-Nya pada saat Ia mengatakan kepada roh jahat itu apa yang harus ia lakukan, dan roh jahat itupun taat kepada-Nya.
Orang banyak yang mendengar pengajaran dan perkataan Tuhan Yesus yang penuh kuasa itu, mulai memperbincangkannya serta menyampaikannya kepada orang-orang lain. Oleh karena itu, kabar tentang Tuhan Yesus dengan cepat tersebar ke segala penjuru di seluruh Galilea.
Mengapa pengajaran Yesus begitu menakjubkan banyak orang? Karena kata-kata-Nya berasal dari kata-kata Bapa-Nya sendiri. Bahwa firman yang keluar dari mulut Yesus adalah Firman Allah sendiri yang ditaruh di dalam mulut Yesus, sebagaimana dikatakan dalam bacaan I: ” Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu,sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya,dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.”
Saudara-saudara, kita sekalian, oleh karena sakramen permandian, kita semua dapat mengambil bagian sebagai nabi. Kenabian kita adalah partisipasi dari kenabian Yesus. Maka dari itu kita harus menyadari diri bahwa kita adalah penyambung lidah Tuhan. Kita adalah corong Allah. Maka kita pun memiliki kewajiban untuk menjadi nabi guna mewartakan firman Tuhan. Kita punya kewajiban mengajarkan firman Allah. Ketika kita mengajarkan firman Tuhan, kita yakin bahwa Firman Tuhan memiliki kuasa untuk : menerangi (Mzm. 119:105) dan menumbuhkan (Mzm. 1:1-3). Firman Tuhan yang kita wartakan diyakini dapat memberi hikmat dan menuntun seseorang kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus (2 Tim. 3:15), serta firman itu bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
Karena itu maka kita harus mengatakan hanya sesuai dengan apa yang dikatakan Allah sendiri melalui firman-Nya. Firman-Nya itu telah dibukukan dalam Kitab Suci yang daripadanya menjadi sumber pewartaan kita. Maka dari itu, kita tidak boleh menambahkan dan tidak boleh mengurangi menurut versi kita. Apalagi, mengatakan apa yang tidak pernah dikatakan Allah. Apabila kita mengatakan sesuatu yang tidak dikatakan Allah kepada kita, apabila mengatakan sesuatu perkataan di luar yang ada di dalam Kitab Suci, maka hukumannya adalah maut. Kita akan mati sebagaimana dikatakan dalam bacaan I. “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.”
Jadi, yang harus ditonjolkan adalah kata-kata yang bersumber dari firman Tuhan, bukan kata-kata kita sendiri. Melalui kata-kataNya sendiri Allah harusnya semakin lebih besar dan kita wajib semakin lebih kecil.

Saudara-saudaraku, sebagaimana Yesus, tatkala Dia sedang mengajar, Ia diganggu dan diteriaki oleh orang yang kerasukan setan. Demikianpun, dalam pewartaan kita, tentu kita akan atau pernah mengalami kesulitan, tantangan bahkan ancaman. Nah, ketika kita mengalami itu semua, apakah kita tetap teguh dalam tugas pewartaan kita? Atau apakah dengan semuanya itu kita kemudian melepaskan tanggungjawab itu?