Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa,ibu, saudara-saudariku yang terkasih,
Minggu Biasa V kemarin kita saya mengulas dalam kotbah tentang Yeremia dipanggil dan diutus sebagai nabi. Hari ini kita berbicara tentang panggilan Yesaya sebagai nabi dan Yesus memanggil murid-murid menjadi penjala manusia. Karena dua bacaan ini berkisah tentang panggilan maka kita merasakan minggu biasa kelima ini sebagai minggu panggilan. Karena itulah maka saya terdorong untuk berkotbah tentang panggilan.
Yesaya adalah salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama. Dari bibirnya, keluarlah nubuat-nubuat tentang kelahiran Yesus. Nabi Yesaya menulis sendiri tentang pengalaman panggilannya. “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya! Lalu kataku: “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir. Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni. ” Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? ” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”
Menarik benar panggilan Yesaya. Ia dapat berbicara langsung dengan malaekat bahkan dengan Tuhan sendiri. Ia melihat bagaimana para serafim bernyanyi memuji Allah. “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!”
Yesaya tahu dia manusia berdosa. Dosa yang dibuat melalui kata-katanya yang keluar dari bibirnya sendiri. Tetapi lingkungan pun demikian. Dia sadar betul itu, karena itu dengan jujur dia katakan itu di hadapan serafim, utusan Tuhan sendiri. Begitu serafim dengar pengakuannya, kherafim pun melakukan hal ini:” “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni. ” Bara yang diambil dari sepit dan disentuhkan pada mulut Yesaya sebagai tanda bahwa mulut Yesaya sudah dikuduskan. Dosa-dosanya sudah diampuni.
Di hadapan seluruh kekudusan Allah, Yesaya langsung menyadari ketidaksempurnaan dan kenajisannya sendiri, khususnya dalam kaitan dengan tutur katanya. Bahwa kata-katanya bisa saja pernah merobek hati. Bahwa kata-katanya bisa meruntuhkan dan mematikan. Allah kemudian membersihkan mulut dan hatinya dan menjadikannya layak untuk tetap berada di hadapan-Nya selaku hamba dan nabi dari Yang Mahakudu
Bapa, ibu, saudara-saudariku yang terkasih,
hal tentang panggilan, dialami juga oleh Simon Petrus bersama kedua temannya Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Panggilan mereka unik. Diawali dengan Yesus naik ke perahu Simon Petrus lalu menyuruh Petrus untuk bertolak lebih dalam. Awalnya Petrus ragu-ragu karena itu ia berkata:” Telah semalam-malamaan kami menangkap ikan tetapi tidak mendapat, tetapi karena Tuan menghendakinya maka kami akan menebarkannya juga. Dan yang terjadi, mujizat benar-benar nyata bagi dirinya. Ikan yang dijala sedemikian banyaknya. Ia tak sanggup sendiri untuk mengurus ikan-ikan itu. Maka ia meminta bantuan dari teman-temannya. Terhadap kenyataan ini, ia tersungkur di hadapan Yesus sambil berkata:” Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa. “
Yesus tidak meninggalkan Simon Petrus dan kedua temannya. Yesus malahan berkata kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia .” Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam, bukan sekedar ajakan biasa-biasa saja. Bertolaklah lebih dalam berarti harus meninggalkan stabilitas loci, tempat yang nyaman. Bertolaklah lebih dalam berarti mengubah kebiasaan-kebiasaan lama. Bertolaklah lebih dalam juga berarti berani keluar dari kemapanan diri untuk melakukan sesuatu yang baru dan lain, Bertolaklah lebih dalam, dapat pula bermakna meninggalkan manusia lama penuh noda dosa. Bertolaklah lebih dalam adalah juga ajakan untuk menjadi manusia baru. Manusia yang terpanggil untuk diutus.
Dalam konteks inilah maka terjadilah panggilan dan perutusan itu. Nabi Yesaya dipanggil dan diutus Tuhan. Maka dia harus meninggalkan kebiasaan lamanya. Demikian pun Simon Petrus, dia diminta menjadi penjala manusia, dan karena itu, dia tinggalkan segala sesuatu tanpa syarat, lalu langsung mengikuti Yesus. Kesamaan dari kedua tokoh ini adalah, mereka menyadari diri sebagai manusia rapuh-lemah. Sebagai manusia yang berdosa. Karena itu dengan jujur dan berani mereka akui kemanusiaan lama mereka. Yesaya kemudian mengakui:” Aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.” Sementara itu rekasi Petrus adalah tersungkur di depan Yesus sambil berkata:” Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa. “
Baik Yesaya maupun Simon Petrus adalah manusia yang rendah hati. Mereka jujur mengatakan yang sebenarnya kepada yang Mahakudus. Mereka menyadari dirinya sebagai manusia berdosa karena itu dengan mengakui kesalahan dan dosa-dosa mereka, mereka hendak mendapatkan pengampunan dan kekudusan dari yang Mahakudus. Mereka terlebih dahulu menjadikan dirinya kudus, baru kemudian mereka menguduskan orang lain dalam tugas perutusan mereka sebagai nabi dan sebagai penjala manusia. Baik Yesaya dan Petrus diutus kepada orang-orang seperti digambarkan Paulus dalam bacaan II:“ yang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu.”
Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Kita semua terpanggil untuk menjadi nabi dan penjala manusia. Maka yang terlebih dahulu dilakukan oleh kita semua adalah menguduskan diri dalam kekudusan Allah melalui penerimaan sakramen kerahiman Allah dan sakramen-sakreman lainnya. Kita menguduskan diri dalam keheningan doa kepada yang Mahakudus. Maka kita pun telah siap untuk bertolak lebih dalam.
Bertolah lebih dalam, sama dengan kita pergi mencari dan menyelamatkan yang miskin papa, yang sakit dan tanpa hunian. Tetapi juga kita diutus untuk pergi kepada kelompok manusia penipu, pemerkosa, pecundang, pemabuk dan lainnya. Ini ada panggilan penting dan mendesak. Maka bagi kita, jangan menunda. Jangan tunggu. Sudah saatnya, sekarang ini dan di sini. Lakukanlah dengan kepercayaan yang tinggi bahwa Tuhan serta kita hingga selamanya. Karena itu, mari kita semua tanpa kecuali, bertolaklah ke tempat yang lebih dalam. ***








