ADVERTISEMENT
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Jumat, Juli 25, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Uncategorized

KOTBAH MINGGU BIASA XXVI/C : “Hai Manusia Allah, Jauhilah Semuanya Itu”

by WartaNusantara
September 24, 2022
in Uncategorized
0
Kotbah Minggu Biasa XVI/C : HANYA SATU SAJA YANG PERLU
0
SHARES
65
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Germanus S. Atawuwur

Am. 6:1a.4-7; 1 Tim.6:11-16; Luk.16:19-31

WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hemat saya, bacaan-bacaan suci hari ini, masih memiliki kesinambungan utuh dari bacaan-bacaan suci seminggu yang lalu. Seminggu yang lalu saya berkotbah bahwa harta duniawi yang kita punyai bersifat fana, namun ia bisa menjadi batu penjuru untuk menuju keselamatan tetapi sebaliknya, harta itu pula dapat saja menjadi batu sandungan menuju keselamatan. Harta itu bisa jadi batu penjuru bila harta itu memiliki nilai altruis. Harta itu bernilai social. Harta duniawi itu adalah kepemilikan kita secara pribadi, tetapi dia harus berdampak secara social, menolong orang miskin, membantu orang susah yang benar-benar membutuhkannya. Harta tidak boleh mengkerangkeng kita di dalam sifat kikir dan pelit. Harta juga tidak boleh membuat orang menjadi serakah. Tetapi sebaliknya, di dalam hartamu, terdapat rezeki bagi sesamamu. Seseorang itu, – entahkah siapa – tanpa nama juga punya hak atas hartamu asalkan kau rela member-sedekakan untuk sesamamu yang berkekurangan.

Sejalan dengan kotbah saya minggu lalu, hari ini bacaan-bacaan suci masih menegaskan hal yang sama, soal harta kekayaan dan sikap peduli bersesama dengan mengangkat dua sosok kontradiktif. Seorang kaya vs seorang miskin, hidup di dunia kini dan dunia nanti. Kontras keduanya dilukiskan dengan tajam. Si kaya berpakaian halus dan berjubah ungu, si miskin berbalutkan borok bau. Si kaya berpesta-pora dengan sesama hartawan, si miskin bersama anjing-anjing yang ‘berpesta’ dengan luka-lukanya. Si kaya-terbekati berada di dalam rumah, si najis-terkutuk tergeletak di gerbang orang kaya itu. Gerbang mustinya menjadi peluang dan kesempatan, untuk berbagi dan mengundang sesama masuk rumah. Akan tetapi, keduanya terpaku pada tempatnya. Tidak satupun kata tegur-sapa apalagi uluran tangan. Hanya ada kerinduan si miskin akan remah yang jatuh dari meja si kaya. Kerinduan yang tak terkabulkan!

Saudara, kontradiksi , – pertentangan – dua sosok ini, tidak saja pada kepemilikan harta benda versus ketiadaan apapun, tetapi, cerita ini juga punya “kejutan”: si miskin di beri nama, si kaya tidak. Si miskin hanya punya nama, meski tidak punya apa-apa. Lazarus berarti “Allah menolong”, pratanda akhir hidupnya yang bahagia. Sebagaimana dilukiskan Lukas:” Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.”  Tetapi sebaliknya, si kaya tidak punya nama meski ia punya segalanya. Itu pratanda nasib akhirnya yang hampa, bahkan setetes airpun tidak akan ia punya!

RelatedPosts

Bantuan Pakaian Bagi Korban Erupsi Lewotobi Disalurkan di Flores Timur

Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores Surati Gubernur NTT Melki Laka Lena

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Load More

Kontradiksi ini jelas memberi pesan kehidupan yang tidak boleh dilupakan. Pesan kemanusiaan itu, hendak melawan gaya hidup segelintir orang kaya sebagaimana dilukiskan nabi Amos dalam bacaan I:”  bagaimana perilaku sebahagiaan orang kaya yang menikmati kekayaannya. Dikatakan bahwa orang kaya itu:tempat tidur dari gading duduk berjuntai di ranjang, makanannya anak-anak domba dan lembu, berpesta dengan nyanyian dan anggur, memakai parfum dari minyak yang paling baik dan yang meminum air dari bokor. Namun dalam kemeriahan pesta pora yang mereka pertunjukkan terdapat dosa yang begitu besar: ketidakadilan, kemerosotan moral dan praktek keagamaan yang palsu yang mereka lakukan hanya demi untuk mendapatkan harta.

Berangkat dari bacaan I, Paulus pun lembut berpesan kepada  Timotius, bahwa engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.  Nasehat Paulus untuk mengingatkan Timotius agar jangan berlaku seperti segelintir orang kaya Israel di zaman nabi Amos.  Orang kaya itu. Mereka bersukacita atas harta dan pesta pora  yang mereka punyai, namun sayang, harta kekayaan itu didapatkan dengan cara haram, yakni menipu, memeras, mencekik dan mencurangi orang-orang lemah dan miskin.

Saudara-saudaraku, Lukas menggambarkan secara baru untuk maksud sebagai peringatan bagi segelintir orang kaya yang harta kekayaannya dikumpulkan dengan cara haram, tetapi kemudian  harta itu sendiri membelenggunya di dalam kepongahan dan ketidakpedulian. Lukiskan dua figur dalam injil itu menggambarkan orang kaya yang telah mati rasa. Rasa empatynya sudah jauh tenggelam dalam sikap individualistis.   Ia telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia Allah. Inilah alasan  terdalam, mengapa orang kaya itu hanya dilukiskan secara anonim, – tanpa nama -. Karena nama menunjukkan identitas. Karena nama mengekspresikan tabiat. Karena nama menggambarkan jati  diri seseorang. Ketiadaan nama, maka anda bukan siapa-siapa alias no body.

Karena dia hanyalah no body maka walaupun meninggal dan dikuburkan secara terhormat, namun kehormatan yang diberikan manusia di akhir hajatnya, tiadalah setara dengan kehormatan yang Tuhan berikan kepada Lazarus, si miskin itu. Tuhan memperhitungkannya dalam barisan keselamatan. Karena Tuhan menolongnya tatkala ia mati meregang nyawa. Tuhan tidak ingin “memperlakukan” jasad busuk yang mungkin saja tiada dikuburkan. Tuhan terlebih dahulu menyingkirkan cibiran dan tutup hidung serta makian terhadap  jasad si miskin itu. Maka Tuhan memuliakan dia tatkala dia meninggal. Jasad Lazarus  dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Tuhan memuliakan Lazarus dengan cara malaekat-malaekat membawanya ke pangkuan Abraham.

Saudara-saudaraku…Lazarus naik ke pangkuan Abraham, sedangkan si kaya turun ke dalam kuburan. Sekarang, jurang antar-keduanya sudah amat lebar dan tak lagi dapat dijembatani. Nasib akhir keduanya sudah definitif: Lazarus menjadi tamu terhormat dalam jamuan abadi, sedangkan si kaya menderita di alam maut.

Kenyataan tragis yang dialami orang kaya tanpa nama itu membuatnya sadar. Mata hatinya sekarang baru terbuka tatkala melihat Lazarus. Sebab, selagi ia masih hidup, mata hatinyanya tertutup untuk membantu. Setelah wafat, matanya terbuka untuk meminta tolong. Tetapi, ia hanya menyapa Abraham, karena  baginya, Lazarus tetap saja si miskin dan suruhan. Karena itu ia berteriak minta tolong:” Bapa Abraham, kasihanilah aku!” Namun jawaban Abraham sungguh menyayat hati:” di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.  Jawaban Abraham hendak menegaskan kepada si kaya bahwa Lazarus yang setiap saat berbaring di depan gerbangmu, sejatinya adalah “keluhan, rintihan dan teriakan tanpa suara, memohon bantuan dan uluran tanganmu.

Namun ternyata pintu hatinya telah tertutup rapat. Sementara itu, kisah ini  memberikan pelajaran humanisme kepada kita bahwa hanya di dunia ini ada peluang dan kesempatan untuk membantu sesama. Di dunia inilah ada kesempatan untuk membuka pintu hati bagi sesama yang menderita. Di dunia inilah ada peluang untuk membuka gerbang rumahmu untuk berbagi dengan mereka yang papa. Lalai membuka pintu Jawaban Abraham hendak menegaskan kepada si kaya bahwa Lazarus yang setiap saat berbaring di depan gerbangmu, sejatinya adalah “keluhan, rintihan dan teriakan tanpa suara, memohon bantuan dan uluran tanganmu. Namun ternyata pintu hatinya telah tertutup rapat. Sementara itu, kisah ini  memberikan pelajaran humanisme kepada kita bahwa hanya di dunia ini ada peluang dan kesempatan untuk membantu sesama. Di dunia inilah ada kesempatan untuk membuka pintu hati bagi sesama yang menderita. Di dunia inilah ada peluang untuk membuka gerbang rumahmu untuk berbagi dengan mereka yang papa. Lalai membuka pintu dan menjembatani jarak kini dan di sini, pasti akan melebarkan jarak kita dengan perjamuan abadi nanti. Amin!!

Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Bantuan Pakaian Bagi Korban Erupsi Lewotobi Disalurkan di Flores Timur
Uncategorized

Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores Surati Gubernur NTT Melki Laka Lena

Aliansi Terlibat Bersama Korban Geothermal Flores Surati Gubernur NTT Melki Laka Lena ENDE : WARTA-NUSANTARA.COM--  Aliansi terlibat Bersama Korban Geothermal...

Read more
Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Suara Untuk Aksi Iklim Berkeadilan : Diskusi Publik Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia

Suara Untuk Aksi Iklim Berkeadilan : Diskusi Publik Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia

Ayo Membaca di Lapak Pinggir Jalan Dukung Program Literasi Lembata

Ayo Membaca di Lapak Pinggir Jalan Dukung Program Literasi Lembata

GEMPANA Dukung Kejari Madina Usut Tuntas Dugaan Korupsi Program Smart Village

GEMPANA Dukung Kejari Madina Usut Tuntas Dugaan Korupsi Program Smart Village

Gubernur NTT Hadiri Perayaan HUT Bhayangkara ke-79 : Janji Suci Polri Ciptakan Aman, Damai dan Sejahtera

Gubernur NTT Hadiri Perayaan HUT Bhayangkara ke-79 : Janji Suci Polri Ciptakan Aman, Damai dan Sejahtera

Load More
Next Post
Oase Kehidupan Sabtu, 31 Juli 2021

Oase Kehidupan Minggu, 25 September 2022

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In