Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Kis. 1:15-17.20-26; 1 Yoh. 4:11-16; Yoh. 17:11b-19

WARTA-NUSANTARA.COM–Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, kita memasuki Minggu Paskah VII. Pada hari ini kita mendengar dalam bacaan I, ajakan Rasul Petrus kepada semua orang yang hadir untuk berdoa kepada Tuhan, agar Tuhan berkenan memilih salah satu dari Yustus atau Mathias untuk menggantikan Yudas Iskariot. Pemilihan salah satu dari mereka bukan sekedar untuk menggantikan Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus sebagai penggenapan kembali kolegium 12 rasul sebagai pemimpin umat perdana melainkan juga haruslah dimaknai sebagai pemulihan persekutuan umat yang terluka oleh karena pengkhianatan itu.


Untuk memilih satu dari dua orang tersebut tidaklah mudah. Harus membutuhkan komunikasi yang intens dengan Tuhan dari hati yang tulus ikhlas. Menyadari betapa pentingnya komunikasi dengan Tuhan, maka mereka semua berdoa dan berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.”
Mereka semua percaya, bahwa Tuhan mengenal dengan baik setiap orang. Dia mengenal mereka yang berkumpul saat itu satu demi satu. Tuhan jugalah yang mengenal dengan sangat baik kedua calon pengganti Yudas: Yustus dan Matias. Selesai berdoa mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu. Terpilihnya Matias sebagai pengganti Yudas menunjukkan bahwa secara ilahi Roh Kudus senantiasa membaharui gereja, sebagai persekutuan umat Allah yang sedang berziarah menuju Yerusalem Baru. (Ecclesia Semper Reformanda).
Pemimpin Gereja Perdana inilah bersama dengan orang-orang yang telah percaya kepada Kristus, kemudian secara khusus didoakan oleh Yesus dalam injil hari ini. Yesus mendoakan mereka semua kepada Bapa-Nya:“Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran.”
Yesus tidak saja berdoa untuk keduabelas murid-Nya saja, tetapi Dia juga mendoakan semua orang yang sudah percaya kepada-Nya oleh karena pemberitaanNya selama Dia di dunia ini. Karena itu Yesus berdoa:“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.”
Saudara-saudaraku yang terkasih, sebagaimana isi doa Petrus bersama semua orang yang mendoakan agar Tuhan berkenan memilih pengganti Yudas menurut kehendak Tuhan sendiri, maka demikian pun isi doa Yesus kepada Bapa-Nya untuk kedua belas murid-Nya dan juga orang-orang yang percaya kepada-Nya oleh karena pemberitaan Kristus sendiri. Baik Yesus maupun Petrus dan semua orang berdoa dengan hati kepada Tuhan.
Bahwa Tuhan sungguh mengenal hati semua orang. Bahwa Tuhan mengenal dengan baik hati Yustus dan Mathias. Namun Karena itu maka Allah berkenan memilih dan menunjuk Matias melalui undian. Itulah otoritas tunggal Allah. Tidak bisa diprotes, apalagi digugat. Petrus dan semua orang itu percaya akan doa mereka,” Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini.” Bahwa Tuhan mengenal dengan begitu baik dan dalam hati Matias. Karena itu pilihan Tuhan tidak pernah salah.
Pertanyaannya, mengapa Petrus dan semua orang yang berdoa untuk mendapatkan pengganti Yudas Iskariot harus berdoa bahwa Tuhan mengenal hati semua orang? Karena di dalam Alkitab, hati dipandang sebagai tempat kebebasan dan pengambilan keputusan. Hati melambangkan integritas dan persatuan, tetapi juga keterlibatan emosi, keinginan, mimpi Dan di atas segalanya, hati adalah tempat terdalam perjumpaan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian, kebijaksanaan hati merupakan kebajikan yang memungkinkan manusia mengintegrasikan keseluruhan serta bagian-bagiannya, keputusan-keputusan dan konsekuensi-konsekuensinya, kemuliaan dan kerentanan, masa lalu dan masa depan, individualitas dan keanggotaan manusia dalam satu komunitas yang lebih besar. Dalam artian inilah Tuhan memilih Matias, Matias dipilih karena dia memiliki kebijaksanaan hati. Dia membiarkan dirinya ditemukan oleh mereka yang mencarinya dan dilihat oleh mereka yang mencintainya.
Kebijaksanaan hati mengantisipasi mereka yang menginginkannya dan mencari mereka yang pantas mendapatkannya (lih. Keb. 6:12-16). Ia menemani mereka yang mau menerima nasihat (lih. Ams. 13:10), mereka yang diberkahi dengan ketaatan dan hati yang mendengarkan (lih. 1 Raj. 3:9).
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini juga Gereja Katolik Universal merayakan Hari Minggu Komunikasi Sedunia yang ke-58. Temanya adalah:” Kecerdasan Artifisial dan Kebijaksanaan Hati: Menuju Komunikasi yang Sungguh Manusiawi. Berkenaan dengan ini maka Paus Fransiskus berpesan:” Di atas segalanya, hati adalah tempat terdalam perjumpaan kita dengan Tuhan.”Kebijaksanaan Hati memampukan kita dalam melihat hubungan, situasi, peristiwa-peristiwa, dan mengungkapkan makna sebenarnya. Tanpa kebijaksanaan ini, hidup menjadi hambar. Bahwa kita semua dipanggil untuk tumbuh bersama, dalam kemanusiaan dan sebagai manusia. Kita ditantang untuk membuat lompatan kualitatif menuju arah yang kompleks, multietnik, pluralistik, multireligius dan masyarakat yang multikultural.
Berkenaan dengan Minggu Komunikasi Sedunia ini saya mengajak kita semua untuk berkomunikasi dengan hati, sebagaimana yang dicontohkan oleh Petrus dan rekan-rekannya dan juga yang dicontohkan oleh Yesus sendiri dalam doa-Nya kepada Bapa-Nya untuk persatuan kita semua. Kita berkomunikasi dengan hati karena hati adalah pusat integritas hidup kita. Bila kita berkomunikasi dengan hati maka terciptalah komunikasi yang manusiawi. Komunikasi yang saling menghargai dan menghormati. Komunikasi yang menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Maka dengan itu, komunikasi yang mengandung firnah dan cemoohan, komunikasi yang menyerang pribadi – komunkasi yang berisi berita-berita bohong dan hoax, bukan berasal dari kebijaksanaan hati. Komunikasi yang berasal dari kebijaksanaan hati adalah cermin hati yang berintgritas, dan itu pasti Tuhan mengetahuinya.