OLEH : MARIO SUNHAKI
Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupang
Pendahuluan
WARTA-NUSANTARA.COM-Dewasa ini seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan komunikasi yang pesat, manusia menjadi semakin dimudahkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara cepat tanpa bersusah payah. Namun tanpa disadari kemajuan di bidang teknologi dan informasi yang kian meningkat serta berbagai keberhasilan yang dicapai membuat manusia mulai mengagungkan teknologi di atas segalanya sehingga mulai meragukan serta mempertanyakan keberadaan Tuhan. Dengan kemajuan yang ada pula memicu para ilmuan serta cendikiawan untuk meneliti saat awal dan saat akhir kosmos bahkan ingin meneliti kebenaran Tuhan dengan sains. Dikarenakan oleh beberapa keberhasilan di bidang sains itu manusia semakin meragukan keberadaan Tuhan. Maka di sini akan dipaparkan eksistensi Tuhan dalam kaitannya dengan kosmos. Apakah Tuhan sungguh ada dan berperan dalam penciptaan kosmos?
Konsep-Konsep tentang Tuhan
- Arti kata Tuhan Menurut KBBI
Tuhan: Sesuatu yang diyakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, Mahapencipta dan lain sebagainya. Juga sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan.[1]
- Konsep Tuhan menurut Para Filsuf
Pendekatan yang dilakukan Anselmus adalah untuk mendefinisikan Tuhan sebagai “tidak ada yang lebih besar daripada-Nya untuk bisa direnungkan”. Filsuf panteis Baruch Spinoza membawa gagasan tersebut lebih ekstrem: “Melalui Tuhan aku memahami sesuatu yang mutlak tak terbatas, yaitu, suatu zat yang mengandung atribut-atribut tak terbatas, masing-masing menyiratkan esensi yang kekal dan tidak terbatas”. Bagi Spinoza, seluruh alam semesta terbuat dari satu zat, yaitu Tuhan, atau padanannya, yaitu alam.[2]
Paham Kreasionisme Kresionisme juga disebut teori penciptaan. Pada prinsipnya kreasionisme mengajarkan bahwa kosmos tidak berkembang atau berevolusi dengan dayanya yang natural, tetapi
[1] KBBI daring, Tuhan, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia, diakses pada 26 Juni 2022
[2] https://id.wikipedia.org/Tuhan/Wikipedia bahasa Indonesia/ensiklopedia bebas/diakses pada 26 Juni 2022
membutuhkan pengaruh ekstrinsik(Yang-Transenden) yaitu penciptaan dari tiada(ex nihilo sui et subiecti).
Anton Bakker (1995:376) mencatat ada beberapa bentuk kreasionisme
- Kreasionisme radikal.
Kreasionisme ini menoak segala bentuk evolusi. Seluruh kosmos, termasuk seluruh macam substansi dan manusia diciptakan langsung oleh Tuhan. Ex nihilo sui et subiecti, dalam keadaan tetap dan mantap tanpa evolusi. Paling-paling terdapat mutasi-mutasi aksidental, di dalam batas-batas jenis-jenis yang telah ditetapkan. Secara khusus diciptakan-Nya manusia sebagai puncak karya-Nya.
- Kreasionisme lunak
Pada prinsipnya kreasionisme lunak menerima perkembangan kosmos, tetapi tidak tanpa suatu pengaruh langsung dari pihak Tuhan.[1]
[1] Joko Siswanto, Orientasi Kosmologi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 55
Paham Kreasionisme menunjukan adanya kerja atau karya Tuhan dalam penciptaan kosmos sebab paham ini melihat bahwa segala yang ada termasuk terbentuknya kosmos pasti melalui suatu sebab dan bukan hanya merupakan suatau kebetulan ataupun evolusi saja melainkan karena suatu keputusan. Paham ini sekaligus mengkritik beberapa kekurangan yang ada dalam teori evolusi karya Darwin yang secara tidak langsung menyatakan bahwa manusia dan makhluk hidup berevolusi karena seleksi alam dari kera menuju kepada manusia. Tetapi Darwin tidak mampu menunjukan sebab segalanya menjadi ada termasuk evolusi itu sendiri juga tidak mampu menunukan bagaimana seleksi alam yang terjadi dari kera menjadi manusia.
Eksistensi Tuhan Dalam Tinjauan Filsafat
Secara garis besar terdapat tiga argumentasi atau pembuktian logis tentang keberadaan tuhan, yakni:
- Argumen Ontologis
Argumen ini dipelopori oleh plato dan al farabi. Plato berkata bahwa terdapat ide tertinggi yang diberi nama ide kebaikan atau The Absolute Good; Yang Mutlak Baik. Sementara al Farabi berkata bahwa hanya ada satu yang Wajib Ada. Selain wajib ada ini, pastilah mustahil ada
Kecuali, Wajib Ada memberikan keberadaan kepada Mustahil Ada. Sehingga yang Mustahil Ada menjadi Mungkin Ada karena diberikan keberadaan oleh yang Wajib Ada. Keberadaan yang Mungkin Ada bergantung pada yang Wajib Ada. Jika yang Wajib Ada mencabut keberadaan pada yang Mungkin Ada, maka yang Mungkin Ada menjadi Mustahil Ada. Kesimpulannya, tidak ada Yang Ada kecuali Yang Ada itu sendiri. Wajib ada yang dimaksud di sini disebut sebagai Tuhan.
- Argumen Kosmologis
Argumen ini dipelopori oleh Aristoteles. Ia menyatakan bahwa setiap yang bergerak pasti digerakkan oleh penggerak. Penggerak tersebut juga digerakkan oleh penggerak lainnya. Begitu seterusnya hingga berujung pada Penggerak Pertama yang tidak digerakkan. Karena jika Penggerak Pertama tidak ada, maka tidak ada pula yang menggerakkan gerak. Dan jika Penggerak Pertama juga digerakkan, maka ia tidak dapat dikatakan Penggerak Pertama. Gerak adalah berpindahnya titik potensi menuju titik aktual yang dipengaruhi oleh faktor eksternal. Titik potensi berupa materi yang terus bergerak. Sementara titik aktual berupa bentuk yang kekal. Tidak ada bentuk yang belum teraktual. Sebagaimana tidak ada materi yang tidak berpotensi. Potensi menuju aktual seperti materi menuju bentuk. Penggerak Pertama tidak boleh bergerak. Karena
jika Penggerak Pertama bergerak, maka ia adalah potensi yang tentunya materi. Penggerak Pertama yang tidak digerakkan dan tidak bergerak inilah yang disebut sebagai Tuhan.
- Argumen Moral
Argumen ini dipelopori oleh Immanuel Kant. Ia menyatakan bahwa sejak lahir manusia dibekali oleh perangkat bawaan yang bernama moral untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perintah moral mengharuskan manusia melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Melakukan yang baik tinggalkan yang buruk merupakan perintah moral bukanlah perintah agama. Manusia melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk bukan untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman. Karena hadiah dan hukuman sangatlah bersifat materi, sementara yang bersifat materi membutuhkan pengalaman inderawi. Buktinya, terkadang manusia melakukan yang baik tetapi diperlakukan buruk oleh orang lain. Terkadang pula manusia melakukan yang buruk tetapi tidak diganjar oleh hukuman yang setimpal.[1]
[1] Hartono Tasir Irwanto, “Eksistensi Tuhan dalam Tinjauan Filsafat “ (https://Kompasiana.com/Eksistensi Tuhan dalam Tinjauan Filsafat/diakses pada 27 Juni 2022, 23:11)
KESIMPULAN
Dengan demikian pengetahuan tentang Tuhan sudah sejak dini dimiliki oleh manusia. Masyarakat manusia diberbagai tempat mengenal adanya kekuatan-kekuatan supranatural, orang melanesia menyebutnya mana, orang Jepang menyebutnya kami, orang India menyebutnya hari, orang Indian Amerika menyebutnya wakan,orenda dan maniti. dan dalam bahasa Indonesia disebut tuah[1]. Selain itu banyak filsuf juga menyadari adanya kuasa tertinggi yang tidak dapat diinderai dan juga merupakan sebab awal(causa prima) dari segala sesuatu itulah yang disebut Tuhan. Kita juga dapat melihat eksistensi Tuhan yang sungguh ada dan berperan sebagai yang menciptakan kosmos melalui paham kreasionisme. Pada intinya eksistensi Tuhan dalam paham kreasionisme lebih dilihat sebagai pencipta segala sesuatu.
[1] Harun Nasution, Filsafat Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 197), Hal. 28