WARTA-NUSANTARA.COM-Oase Kehidupan, Rabu: 24 November 2021|Peringatan S. Andreas Dung Lac| Hari Guru Nasional ke-76|Dan 5: 1-6.13-14.16-17.23-28|MT.Dan 3:62-67|Luk 21:12-19|Menjadi guru berhikmat |BERHIKMAT artinya memiliki kebijaksanaan bersumber dari Roh Tuhan sendiri! Hati guru berhikmat penuh Roh Tuhan! Ia mampu mengerti makna dari setiap peristiwa.
Ilmu yang ia ajarkan bukan hanya teori tetapi praksis hidup penuh makna menggetarkan hati para murid-Nya, contoh hidup yang mampu mengurai kekusutan dan kesombongan dalam diri para muridnya! Penglihatan raja Belsyazar tentang jari-jari menulis pada dinding mengingatkan kita akan jari-jari tangan seorang guru berhikmat. Jika ia menulis sesuatu pada papan tulis maka tulisannya itu mesti mencerahkan hati dan pikiran anak didiknya, membongkar kesombongan dan mengurai kekusutan dalam pikiran dan hati anak didiknya! Bayangkan, betapa dasyatnya spiritualitas guru berhikmat!
Ketika raja membaca tulisan pada dinding kapur itu wajahnya menjadi pucat dan pikirannya menggelisahkan dia; sendir-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan! Kurang lebih itu pengalaman yang mesti ada dalam diri anak didik ketika seorang guru berhikmat sedang mengajar! Dalam arti ini mengajar berarti membangun sikap tobat dalam diri anak didiknya!! Jika banyak anak didik belum bertobat berarti gugu kita belum berhikmat; tidak rendah hati, sangat materialistis dengan spiritualitas yang kosong. Spiritualitas dari para dewa sama dengan spiritualitas kosong.
Tidak ada kebijaksanaan yang mengalir dari harta benda yang tidak memiliki roh! Jadilah guru berhikmat dengan spiritualitas yang mengalir dari roh Tuhan sendiri seperti dalam diri Daniel yang rendah hati dan tidak materialis! (Dan 5: 1-6.13-14.16-17.23-28) Apakah saya seorang guru berhikmat, rendah hati dan tidak materialis? Guru berhikmat tidak lupa memuji dan bersyukur pada Tuhan, sumber hikmat dan kekayaan spiritual seorang guru!
Memuji dan bersyukur kepada Tuhan mesti seimbang dengan inisiatip untuk terlibat dalam kehidupan menggereja menjadi penggerak di komunitas-komunitas Basis Gerejani, menjadi pengurus Stasi dan paroki, menjadi orangtua pendoa dalam keluarga dan teladan bagi anak didik! Sangat memalukan anak didik melihat gurunya malas berdoa, malas ke gereja! (MT.Dan 3:62-67) Apakah saya guru berhikmat dengan spirit memuji dan bersyukur kepada Tuhan juga siap melayani dengan sepenuh hati?
Berdasarkan sakramen baptis, seorang guru katolik menjadi saksi Kristus, Guru Agung kita! Roh-Nya memberi kata-kata hikmat! Tanpa roh Kristus kita memiliki spiritualitas para dewa, berhamba pada anggur, perak dan emas, sangat materialis dengan spiritualitas kosong, sombong, malas dan membahayakan generasi muda kita!!! (Luk 21:12-19) Apakah saya guru berhikmat dengan semangat pengabdian yang mengalir dari Roh Kristus sendiri? Sejauhmana saya menjadi guru berhikmat? Selamat hari guru!
(RD Antonius Prakum Keraf)*