LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM-Pastor Paroki Santu Arnoldus Janssen Waikomo (SAJW), Dekenat Lembata, Pater Yosep Ola Sabhe, SVD mengatakan, walaupun kalian adalah kelompok kecil peserta Kursus Persiapan Perkawinan Katolik yakni hanya sebanyak 6 (enam) pasangan namun merupakan pasangan yang punya kualitas hidup bersama karena berpengalaman dalam kehidupan keluarga selama ini. “Jadilah Keluarga Katolik yang Militan yang mampu mengarungi bahtera kehidupan di Laut Lepas”.

Pastor Paroki SAJW, Yosep Ola Sabhe, SVD yang baru saja merayakan pesta perak Imamat mengatakan hal itu dalam sambutanan ketika membuka secara resmi Kursus Persiapan Perkawinan Katolik Gelombang ll, Minggu, 13/11/2022 di Gereja Paroki SAJW, Dekenat Lembata. Hadir dalam acara pembukaan,selain Pastor Paroki SAJW, Yosep Ola Sabhe juga Ketua DPP SAJW, Wenseslaus Muga Wutun, Wakil Ketua ll, Karolus Kia Burin, Ketua Panitia Pelaksana KPP, Yansen Raring. Hadir pula sejumlah Narasumber, Siprianus Suya, Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Lembata, Mien Diaz dan Pankrasius Wutun.
Menurut Pater Yos, kursus nikah ini bukan hal biasa dan lumrah dilakukan tiap tahun. Tapi hal ini sangat penting sebagai persyaratan dalam membangun dan mempersiapkan sebuah keluarga baru, keluarga katolik yang militan ditengah dunia yang semakin menantang. Kalian harus mempu mengaruni bahtera kehidupan meski di laut lepas sekalipun yang tenu saja tak luput dari amukan gelombang dan arus deras. Ibarat seorang nahkoda kapal, harus mampu mengarungi laut lepas. Tapi jangan andalkan kekuatan sendiri, jangan lupa berdoa karena Tuhan adalah Nahkoda Utama Bahtera kehidupan itu.

” Kalian sudah bersatu dalam ikatan keluarga katolik. Satu tambah satu sama dengan satu. Artinya, kalian tidak akan teriris tetapi tetap satu dan tak terpisahkan. Karena cinta yang telah dibangun itu cinta yang tulus bukan cinta setengah-setengah. Mencintai pasangan apa adanya, ada kelebihan dan kekurangan yang sudah terseleksi dalam waktu yang lama”, ungkap Pater Yosep Ola Sabhe.
Ketua DPP SAJ Waikomo, Kekenat Lembata, Wens Muga Wutun dalam sambutan mengatakan membangun kehidupan keluarga dijaman ini memang sungguh berat. Gereja melihat kenyataan adanya krisis moral, dan adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), tentu menjadi tantangan bagi keluarga baru. Namun demikian, alasan pasangan bersepakat melangsungkan pernikahan adalah karena dasar saling mencintai satu sama lain. Alasan lainnya untuk menikah karena kedua pasangan ingin mencari kebahagiaan, Tidak mungkin orang mau nikah karena mau cari susah.
Oleh karena itu, menurut Wens Muga Wutun, ada beberapa Tips yang mesti dilakukan oleh pasangan agar tetap merajut cinta yang utuh dan abadi. Pertama, pasangan harus sering menggunakan kata-kata cinta dan saling menyapa penuh kasih. Kedua, Menyiapkan waktu kerkualitas untuk saling komunikasi dan mendengarkan. Karena kadang masing-masing sibuk dengan kerja, nonton TV, main HP akhirnya tak ada komunikasi antar pasangan.
Ketiga, saling memberi hadiah misalnya di hari ulang tahun. Keempat, saling memberi sentuhan dan perhatian, misalnya yang sederhana perbaiki kerak baju yang belum pas dan kelima, saling melayani. Antar pasangan harus saling menolong, bekerjasama menyelesaikan pekerjaan. Suami jangan anggap istri sebagai pembantu, tapi penolong dalam kesulitan.
Wens Muga Wutun juga memberikan Tips 7 Hakekat Perkawinan yang sehat yakni, 1.Jujur, 2. Salung percaya, 3. Menikmati kebersamaan, 4.Pasangan adalah Priorits Utama, 5. Segera menyelesaikan argumen atau masalah keluarga, 6. Ucapan terima kasih, 7. Minta maaf. Jika tujuh tips ini dijalankan dengan baik dan penuh kesadaran, pasti rukun dan bahagia pasti terwujud.
Ketua Panitia Pelaksana Kursus Persiapan Perkawinan (KPP), Vincent Raring menjelaskan bahwa Kursus Persiapan Perkawinan gelombang ll ini hanya sebanyak 6 pasangan dilaksanakan oleh Seksi Pastoral Keluarga sekaligus sebagai panitia pelaksana. KPP ini dibuka hari ini Minggu, 13 November 2022 dan sampai selesai pada hari Selasa, 15 November 2022 di Paroki SAJW, Dekenat Lembata.
Vincent Raring menjelaskan latar belakang diselenggarakan KPP ini bahwa Keluarga adalah basis terkecil dari Gereja Universal. Keluarga yang baik dan harmonis akan sangat membantu terciptanya tatanan hidup yang baik di masyarakat maupun dalam hidup menggereja. Dalam keluarga Katolik yang baik dan harmonis itu akan tertanam nilai-nilai sesensial kehidupan.
Untuk membangun suatu keluarga, jelas Vincent Raring, perlu dilakukan persiapan-persiapan sebelum memasuki jenjan perkawinan dan hidup rumah tangga. Persiapan menjalang perkawinan itu sangat penting karena keadaan keluarga yang baik adalah faktor mutlak untuk tercapainya kesejahteraan (keselamtan) bagi orang perorang, masyarakat umum maupun Gereja (Getsium Etspes,47). Karena itu, KPP ini harus diikuti pasangan suami-isteri Katolik termasuk di Paroki SAJ Waikomo ini. (WN-01)