Ket Foto : Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung dan Para Imam
LARANTUKA : WARTA-NUSANTARA.COM- Uskup Keuskupan Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, PR mengatakan, “Hidupku Bukan Untuk Diriku” (Gal 2 : 21). Imamat ini adalah Anugerah dari Tuhan kepada saya untuk memuliakan Tuhan dan melayani sesama umat manusia. Ungkapan ini menegaskan kembali Moto Imamatnya ketika ditahbiskan menjadi Imam Tuhan pada pada 29 Juni 1982-29 Juni 2022 (40 Tahun) Imamat dan 18 Tahun menjadi Uskup. Sedangkan moto Tahbisan menjadi Uskup adalah. ” Aku ini Hambah Tuhan (Luk. 1: 38) dan Semoga Mereka Semua Bersatu, Supaya Dunia Percaya Yoh. 17: 21)
Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung mengungkapkan makna moto tahbisannya itu baik dalam Kotbah Perayaan Ekaristi Syukur 40 menjadi Imam dan sekaligus 18 Tahun menjadi Uskup maupun dalam sambutan resepsi syukuran di Gereja Paroki Katedral Katedral Reinha Rosari Larantuka, Flores Timur.
Syukur Pacawindu Imamat dan 18 Tahun Uskup Larantuka, dirayakan dalam sebuah Perayaan Ekaristi yang dipimpin Mgr Fransiskus Kopong Kung didampingi sejumlah Imam Selebran. Hadir puluhan imam, suster, bruder dan frater serta utusan umat dari seluruh Dekenat, Keuskupan Larantuka. Tampak Penjabat Bupati Flotim, Doris Rihi dan Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa. Dari Lembata hadir pula Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero, Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali. Bahkan mantan Bupati Lembata, Thomas Ola, dan mantan Sekda Lembata, Petrus Toda Atawolo juga hadir dalam perayaan syukur tersebut.
Dalam kotbahnya, Mgr. Frans Kopong Kung mengangatakan, hari ini kita merayakan syukur 40 tahun Imamat dan 18 tahun sebagai uskup Larantuka. Namun hari ini pula kita merayakan Pesta Santu Petrus dan Santu Paulus, dua Rasul hebat soko guru Gereja. Santu Petrus adalah Pemimpin Gereja, Pemegang Kunci Kerajaan Surga dan teladan hidup sebagai seorang gembala umat yang baik.
“Banyak tantangan, apapun dia hadapi dengan semangat iman yang kokoh hingga akhir hayatnya ketika disalibkan dengan kepala kebawah. Sedangkan St. Paulus juga seoarng pemimpin dan rasul yang hebat dan mewartakan Yesus dan Injil serta menobatkan banyak orang. Bahkan ia rela mati dipenggal kepalanya demi gereja dan pewartaan iman. Kepemimpinan dua tokoh ini mesti diteladani oleh kita sekalian dari pengalaman hidup dan pengabdiannya penuh pengorbanan,”ungkap Mgr. Frans.
Uskup Frans Kopong Kung mengungkapkan, hari ini kita merayakan 40 tahun Imamat saya sebagai Imam dan 18 tahun sebagai Uskup. Ia melukiskan makna moto tahbisan Imamat , “Hidupku Bukan Untuk Diriku”, mengingatkan saya, bahwa Imamat ini diterima dari Tuhan dan harus dijalani untuk memuliakan Tuhan dan melayani sesama manusia. Sebab, tidak ada seorangpun hidup hanya untuk dirinya sendiri. Tetapi kita hidup atau mati juga untuk Tuhan dan sesama manusia.
“Imamat ini anugerah Tuhan yang harus dijalani memuliakan Tuhan dan melayani sesama manusia. Seorang Imam tidak bisa urus dirinya sendiri. Imamat ini bukan milik pribadi Imam, tapi milik seluruh umat. Karena itu, seorang Imam harus melayani umat dengan tulus penuh kasih dan pengorbanan. Kita bersyukur hari ini karena Imamat diberikan Tuhan untuk melayani umat. Karena kita ditahbiskan untuk menjadi pelayan umat Allah”, Ungkap Uskup Frans.
Pada momentum syukur ini, ungkap Mgr Frans, apakah saya telah menjalani Imamat untuk Tuhan dan Umat Allah? Namun saya sadar bahwa masih banyak kekurangan, kelemahan dalam karya pelayanan. Saya belum mencapai garis akhir karya pelayanan. Saya belum berhasil dan mengalahkan ego sendiri dalam berbagai bentuk. Merasa diri penting, hebat dan sukses dalam hidup. Tuhan kadang mengingatkan saya, ketika kita merasa sukses, bangga. Tuhan juga sadarkan kita dari sisi kekurangan dan kelemahan kita untuk ingat dan sadar bahwa hidup kita bukan untuk diri sendiri. Bukan sukses hanya sukses yang diraih, tapi yang terpenting sejauhmana kesetiaan dan pengorbanan kita persebahkan bagi Tuhan dan sesama.
Dalam Sambutan resepsi syukur, Uskup Frans mengatakan kepada panitia, bahwa syukur ini tidak harus pesta. Cukup kita bersyukur dan berdoa. Tapi ada yang protes. Saya katakan, kita saat ini terbebani karena kondisi Covid-19 hampir tiga tahun ini belum pulih. Ternyata, panitia urus diam-diam. Saya bilang bikin yang sederhana saja. Tapi, panitia sampaikan bahwa umat yang atur secara spontan untuk acara syukur ini. Meski demikian, saya patut menyampaikan terima kasih untuk semua, baik panitia dan maupun umat. Teristimewa ucapan terima kasih untuk Penjabat Bupati Flotim dan Penjabat Bupati Lembata, Sekda Flotim dan Sekda Lembata. Pimpinan dan Anggota DPRD kedua kabupaten serta anggota TNI dan Polri yang telah berperan semi sukses acara ini.
Bahkan diakhir sambutan< Uskup Frans meminta Penjabat Bupati Flotim Doris Rihi, dan Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa untuk meluangkan waktu bertemu dan berbincang-bincang di Bukit Doa Fatima di San Dominggo Larantuka. “Saya mohon bapak Penjabat Bupati Flotim dan bapak Penjabat Bupati Lembata untuk meluangkan waktu kita bertemu sore ini di Bukit Doa Fatima untuk bincang-bincang dan bicara dari hati ke hati”, ungkap Uskup Larantuka. *** (WN-Karolus Kia Burin)
