Kotbah Minggu Palem, 10/3/2022
WARTA_NUSANTARA.COM-Bapak,ibu, saudara, saudari yang terkasih,bila beberapa tahun silam kita tersandera di dalam pandemi corona virus, dengan menutup gereja-gereja, maka hari ini sudah sedikit lebih baik. Mulai ada kesibukan-kesibukan di gereja. Suasana perayaan kian hari kian terasa, akhirnya menghantar kita kepada peristiwa hari ini. Kita mengenangkan Hari Raya Yesus memasuki kota Yerusalem dan disambut sebagai Raja.
Nyanyian dan sorak sorai tidaklah cukup bagi orang Yahudi untuk mengelukan Yesus Sang Raja. Pakaian ikut dibentang-hampar sepanjang jalan, sambil memegang ranting-ranting dedaunan palma mereka menyanyikan Hosana Putra Daud Terpujilah Engkau yang Datang Atas Nama Tuhan. Orang Yahudi bersukacita, mereka bertempik sorak karena Sang Raja yang ditunggu-tunggu sejak nenek moyangnya, akhirnya hari ini tiba.
Namun rupanya mereka baru sadar bahwa Sang Raja yang baru saja disambut di gerbang Yerusalem adalah Yesus Kristus Anak Daud. Bagi orang Yahudi, Dia bukanlah raja yang ditunggu-tunggu. Karena itu, sikap mereka berubah drastis. Nyanyian Hosana Putra Daud, berubah seketika dengan teriakan-teriakan kejam menakutkan:” Salibkan, salibkan Dia. Bunuhlah, Bunulah Dia!”
Pertanyaan bagi kita, apakah Yesus itu benar-benar Raja? Pertanyaan ini adalah ulangan dari pertanyaan Pilatus saat dihukum mati. Ketika Yesus dihukum mati, Pilatus pernah bertanya kepada Yesus:” Benarka, Engkau Raja Orang Yahudi?” Jawab Yesus, “Engkau sendiri mengatakannya.” Dalam ilmu bahasa Indonesia, pertanyaan ini masuk dalam kategori pertanyaan retoris. Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, karena sebetulnya, penanya sudah mengetahui jawabannya. Maka Yesus menjawab sedikit sinis:” Engkau sendiri mengatakannya.” Tetapi karena jawaban Yesus seperti inilah, membuat Dia ditampar oleh algoju sambil berujar:” Beginikah Kau menjawab kepada Imam Besar?”
Pertanyaan Pilatus kepada Yesus, diulang lagi dengan nada olok-olokan oleh prajurit-prajurit yang menyalib Yesus. Di bawah kaki salib Yesus, prajurit mengolok-olok Yesus, dengan berkata :” Jika Engkau Raja orang Yahudi, selamatkanlah diriMu sendiri!”
Pengakuan ke-Raja-an Yesus, kemudian dipatrikan dalam tulisan di atas kayu salib:” Inilah Raja Orang Yahudi!” Apakah tulisan ini adalah olok-olokan juga? Atau, apakah tulisan ini bersifat sinis, atau jangan-jangan tulisan ini adalah juga model pengakuan iman. Rupanya, kebanyakan orang menafsirkan tulisan ini sebagai “pengakuan iman” Pilatus kepada Yesus Sang Raja. Tatkala dulu dia ragu-ragu mengakui Yesus sebagai raja, pada akhirnya membuatnya dia harus bertanya sendiri:” Benarkah Engkau Raja Orang Yahudi?” Jawaban Yesus:” Engkau sendiri yang mengatakannya,” membuat keragu-raguannya perlahan sirna. Pada akhirnya muncul pengakuannya bahwa Yesus itu adalah Raja dengan menuliskan kata-kata di atas salib Yesus:” Inilah Raja Orang Yahudi.” Melihat tulisan itu, banyak orang melakukan protes terhadap Pilatus. Tetapi ia tetap berpegang teguh pada prinsipnya:” Apa yang tertulis tetap tertulis.” Kata-katanya ini, apakah mau menunjukkan bahwa Pilatus memegang prinsipnya, Pilatus benar-benar konsisten, atau malah ia juga justru mengimani Yesus sebagai Raja Orang Yahudi tatkala ia berhadap-hadapan dengan Yesus dan mempertanyakan identitas Yesus yang sesungguhnya?
Yesus sebagai Raja Orang Yahudi, tidak saja dijadikan sebagai bahan olok-olokan oleh para algoju tetapi juga oleh penjahat yang disalibkan bersama Yesus. “Bukankah Engkau Kristus Raja? Selamatkanlah diri-Mu dan juga kami!” Tetapi penjahat yang lain, yang ada di sebelah Yesus berkata:” Yesus, ingatlah akan aku, bila nanti engkau datang sebagai Raja! Penjahat sadar bahwa Yesus yang ada di sebelahnya adalah Raja.
Yesus mendengar permohonan penjahat ini. Maka Yesus pun berkata kepadanya:” Aku berkata kepadamu, Sungguh; hari ini juga engkau aka nada bersama Aku di dalam Firdaus.”
Dialog pengampunan antara penjahat dan Yesus, adalah dialog terakhir Yesus sebelum Ia menyerahkan diri dan misi perutusan-Nya kepada Bapa-Nya:” Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mu, Ku-serahkan nyawa-Ku.”
Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Pasca jawaban Yesus terhadap pertanyaan Pilatus bahwa Dia adalah Raja, ternyata jawaban Yesus kemudian diulang-ulangi baik oleh para algoju secara sinis, tetapi kemudian diakui secara ikhlas iman oleh penjahat:” Yesus, ingatlah akan aku, bila nanti Engkau datang sebagai Raja.” Pengakuan penjahat adalah tamparan keras terhadap sikap ragu-ragu Pilatus terhadap Yesus yang telah menyatakan diri di depannya bahwa Dia adalah Raja! Pengakuan penjahat ini pula, hendak mengatakan kepada para algoju bahwa Yesus benar-benar Raja. Pengakuan penjahat ini pula hendak menegaskan apa yang ditulis oleh Pilatus di atas palang kayu salib:” Inilah Raja Orang Yahudi.”
Hari ini, sekarang ini, kini dan di sini, Anda dan saya mengenang kembali kisah dua ribu dua puluh dua tahun silam. Kita berpawai ria, sambil bernyanyi dengan lantang, “Hosana Putra Daud, Terpujilah Engkau yang Datang atas nama Tuhan.” Tidak cukup kita menyanyi, tetapi kita pun turut memegang daun palma di tangan, melambai-lambaikannya, sebagai symbol bahwa Yesus yang sedang diarak masuk gerbang Yerusalem, adalah Yesus Raja Damai. Itulah makna daun palma yang ada di tangan Anda dan saya. Simbol Damai.
Maka Yesus naik keledai muda, yang sedang disambut di gerbang Yerusalem bukanlah sebagai Raja politis. Bukan pula sebagai Raja duniawi. Ia memang Raja, Raja Damai. Raja Damai yang Rendah Hati. Kerendahan hati Sang Raja, ditunjukkan dengan menunggang seekor keledai. Keledai sebagai symbol kerendahan hati. Karena Yesus adalah Raja Damai yang rendah hati maka, Dia menerangkan kepada orang banyak tatkala Dia menghadapi pengadilan Sanhedrin:” Bila Kerajaan-Ku dari dunia ini, maka pengikut-pengikut-Ku, akan tampil membela Aku, Tetapi Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini!”
Yesus tidak ingin pertentangan. Yesus tidak ingin perkelahian bahkan peperangan antara pengikut-Nya dengan pengadilan Sanhedrin dan orang-orang Yahudi. Yesus tidak ingin ada pertumpahan darah massal yang mengotori kota suci Yerusalem. Yesus mau, hanya Darah-Nya sajalah yang ditumpahkan. Karena Darah yang ditumpahkan itu adalah Darah Keselamatan seluruh umat manusia.
Yesus masuk kota Yerusalem sebagai Raja yang lemah lembut dan rendah hati sedang berjalan masuk ke dalam hati kita masing-masing, ke dalam hati orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, bahwa Dia adalah Raja. Dialah Sang Raja berhati Hamba, “Aku datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani.” Raja berhati Hamba ditunjukan melalui Pembasuhan Kaki Para Murid-Nya.”