SOLOR TIMUR : WARTA-NUSANTARA.COM-Masyarakat Desa Bubuatagamu, Kecamatan Solor selatan, Kabupaten Flores Timur, masih sangat menjaga kental dengan tradisi yang diwariskan nenek moyang dan para leluhur. Tradisi itu diwariskan secara turun temurun hingga kini menjadi tradisi buadaya yang menarik.
Salah satu tradisi masyarakat Desa Bubuatagamu, memiliki warisan turun temurun yaitu Tewa Nale. Tewa Nale merupakan tradisi menangkap atau mengambil Nale (Nyale, bahasa Indonesianya), sejenis cacing laut.
Tradisi ini berlangsung pada bulan Maret setiap tahun.
Kepala Desa Bubuatagamu, Benediktus Basa Jawan, menjelaskan, Tradisi ini sudah tua. Menurut cerita yang beredar, Tewa Nale sudah dimulai pada tahun 500 masehi. Memang belum ada penelitian yang menjelaskan sejak kapan tradisi ini dimulai.
” Adapun juga peralatan untuk mengambil nale diantaranya seniru (alat untuk mengambil nale), sebenale (kalau nale sudah penuh di temeni maka akan ditampung di sebenale), kuum (penerang) dan kedeli (alas sebenale)”, ungkap Kades Bubuatagamu, Benediktus Basa Jawan.
Saat mengambil nale, orang meneriakkan duli gere-duli gere-duli gere, sebagai yel kebahagiaan akan datangnya nale.
Pantauan Media ini, warga dari berbagai umur dengan peralatan Sniru (nyiru) dan alat penerangan (senter kepala) memadati perairan pada lokasi Ka’bah,Wato Wutun ,Ketebu dan Wato Wayan untuk menangkap Nale yang biasa dinamakan Ikan Raja itu.
Kades Bubuatagamu,Benediktus Basa Jawan yang dikonfirmasi di sela-sela penangkapan Nalle itu ,mengutarakan malam ini merupakan malam kedua warganya menangkap Nale.
Jenis ikan Nale ini munculnya setahun sekali. Dan berbiasa bagi warga dikampung ini untuk beramai-ramai melakukan penangkapan.Munculnya jenis ikan ini pun berkaitan dengan kisah sejarah Tuno Belo Rekan Renu (Opulake siapkan wai Lala untuk Opu Bine).”urainya sembari menyorongkan nyirunya ke arah menggeliatnya Nale .
Walau terus dihantam gelombang khasnya diperairan wilayah selatan,namun warga dengan riang dan penuh sukacita menikmati kehadiran Bale itu **(WN-PP-01).**