Oleh : Domingos P. Q. Gusmao, Mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupangf
WARTA-NUSANTARA.COM-Setapak perjalan manusia ada dan berada dalam ruang dan waktu. Kita bergerak mengisi dan mengosonkannya dalam ruang dan waktu. Seberdampingan hidup di dalam ruang dan waktu, kita sampai saat ini belum menemukan definisi yang pasti tentang ruang dan waktu itu sendiri. Sekian banyak para ahli memberi definisi dan pandangan mereka tersendiri terhadap ruang dan waktu. Dengan kumpupulan definsi-definisi tersebut boleh menjawab hakikat dari ruang dan waktu. Kita bisa berpikir bahwa ruang dan waktu adalah sesuatu yang dapat diadakan dan diputar balikan. Misalkan hari esok saya akan mengikuti ujian mulai jam 8 tempatnya di ruang kelas 6. Disini memperlihatkan ruang dan waktu disepakati bersama oleh guru dan murid. Lalu proses ujian berkontinuitas atau berkelanjutan sampai pada waktu ditentukannya. Tetapi ruang dan waktu itu dapat diganti atau disesuaikan dengan keadaan guru maksudnya jam dan tempatnya. Kemudian dari contoh ini menggambarkan kepada kita bahwa keberadaan kita memiliki data yang jelas situasi dan kondisi mampu ditelusuri kapan terjadinya semua ini.
Tetapi ruang dan waktu yang dimaksudkan disini adalah ada dan keberadaan sesuatu diluar dari kemampuan pengamatan manusia seperti bumi, kematian, alam dll. Kemungkinan bagi para kaum ilmuan untuk mengkaji secara ilmiah tentang kosmos, kematian dan alam berkaitan ruang dan waktu. Namun hal ini belum tentu bahwa ruang dan waktu dapat ditemukan data atau lokasi serta tempatnya. Ruang dan waktu tampak tidak terbatas dalam jangkauangnya, secara tidak berbatas ia dapat terbagi. Karena ruang dan waktu mengenai data-data kapan adanya dan tiadanya bumi adalah sesuatu yang mustahil untuk diketahui oleh manusia. Aristoteles melihat bahwa ruang dan waktu selalu berkaitan dengan keberadaan manusia sebab tanpa akal kita tidak dapat menerima kosep waktu dan ruang. Jadi disini Aristoteles menekankan bahwa manusia sebagai pelaku utama dalam mengkonsep atau mendefinisikan ruang dan waktu. Karena hanya manusia yang dapat melihat, mengalami atau merasa, mencium, mendengar dan mampu menkonsultasi dengan situasi dan keadaan. Ruang dan waktu merupakan abstraksi atas alam yang dapat di indera oleh manusia.
RIWAYAT ARISTOTELES
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada masa mudanya ia hidup di istana raja Makedonia di kota Pella dan dapat diandaikan pula bahwa ia mewarisi minatnya yang khusus untuk ilmu pengetahuan empiris dari ayahnya. Ketika memasuki usia 17 atau 18 tahun Aristoteles dikirim ke Athena, untuk mengenyam pendidikan di Akademia Plato. Ia tinggal di sana sampai Plato meninggal (tahun 348/347 SM); sekitar 20 tahun lamanya. Pada waktu ia berada dalam Akademia, Aristoteles menerbitkan beberapa karya. Ia juga mengajar anggotaanggota Akademia yang lebih muda, rupanya tentang mata pelajaran logika dan retorika. Sesudah kematian Plato, Speusippos (kemenakan Plato) diangkat menjadi kepala Akademia. Pada saat itu, Aristoteles bersama Xenokrates (murid Plato) meninggalkan Athena. Mungkin keduanya tidak setuju dengan pandangan Speusippos yang memiliki tendensi untuk menyetarakan filsafat dengan matematika. Mereka bertolak ke Assos, di pesisir Asia Kecil, di mana Hermeias berkuasa. Hermeias adalah alumnus Akademia Plato. Dia pernah meminta kepada Plato untuk mengirimkan dua murid Akademia, Erastos dan Koriskos, untuk membuka sekolah di sana. Aristoteles dan kawannya mulai mengajar di sana. Aristoteles menikah dengan Pythias, kemenakan dan anak angkat Hermeias. Pada tahun 345 SM, Hermeias ditangkap dan dibunuh oleh tentara Parsi. Peristiwa pembunuhan itu membuat Aristoteles dan kawankawannya melarikan diri dari Assos. Ia berangkat ke Mytilene, di pulau Lesbos yang terletak tidak jauh dari Assos. Rupanya dia diundang oleh Theophrastos, murid dan sahabatnya sendiri yang berasal dari pulau itu. Di Assos dan Mytilene Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dan zoologi, yang data-datanya dikumpulkan dalam buku Historia Animalium.
Ruang
Aristoteles tetap mempertahankan konsep ruang berkaitan dengan apa yang kita ketahui yakni tempat. Ia mendefinisikan ruang sebagai suatu batas kesebelahan pada suatu batas kesebelahan pada suatu benda yang memuat isi. Jadi bagi ia Ruang itu berisi obyek-obyek bukan pengamatan atau pembayangan . Kalau kita membayangkan ruang, memang jelas bahwa hal itu dibayangkan dalam suatu ruang. Ruang bukan pengamatan atau pembayangan, melainkan syarat yang harus dipenuhi supaya pengamatan atau pembayangan menjadi mungkin. Syarat itu berbeda untuk setiap macam intensionalitas. Perspektif dari konstitusi obyek dalam pengamatan berbeda dengan perspektif dari hal yang dibayangkan. Kalau saya membaca ceritera mengenai orang yang bicara tentang ruang angka-angka, terdapat tiga perspektif: dari kamar di mana saya membaca buku, dari kamar orang yang bicara, dan dari ruang angka-angka. Rupanya bahwa semua intensi dan konstitusi mempunyai sifat perspektif. Orang yang memakai kaca mata prisma melihat hal bawah di atas dan hal atas di bawah, hal kiri di kanan dan hal kanan di kiri. Sesudah satu hari dia mulai merasa biasa dalam ruang baru itu dan kalau kaca mata dilepaskan, ruang biasa telah menjadi asing dan orang harus belajar bergerak dalam ruang itu. Ruang itu adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, memelihara kelangsungan kehidupannya. Rupanya manusia terutama membuat ruang dengan mata (perspektif visual), dengan gerak-gerik dan sikap badan, dan dengan perabaan. Ada selisih pendapat apakah ada ruang akustis. Kalau ruang ialah perspektif dan kalau perspektif ialah corak di muka latar belakang, memang bunyi juga diamati dengan latar belakang.
Waktu
Pendapat Aristoteles lebih agak kabur. Waktu itu memiliki dimensi kontinuitas –berkesinambungan selalu bergerak. Dimensi dasar eksistensi manusia bukan ruang melainkan waktu. Dalam fenomenologi waktu hampir sama dengan hal mengada. Tiga segi dari sudah, sekarang, dan nanti dipersatukan menjadi satu hal seperti dalam contoh tiga jendela yang di belakangnya ada orang yang lewat. Kalau dia di belakang jendela tengah, dia orang yang tadi di jendela pertama dan nanti di jendela ketiga. Setiap waktu ialah retensi dan protensi. Lukisan dari hal mengada sebagai waktu.
Alam dan Pengalaman Tingkah laku manusia yang tidak kelihatan sering diteliti dari sudut merasa, mengetahui, mengerti, dan bermotivasi. Ada segi lain yang jarang diperiksa yaitu segi mengalami. Mungkin hal itu terjadi karena ilmu jiwa masih dikuasai Descartes yang membagi manusia menjadi kesadaran dan badan sehingga segi yang tidak sadar tidak begitu menarik perhatian. Sedangkan Aristoteles waktu bersifat subjektiv, sebab tanpa akal, kita tidak mungkin menerima konsep waktu. Jadi manusia tidak boleh dipisahkan dengan akal kesadarannya terhadap waktu dan ruang. hidup dan mengalami menjelaskan perhubungan antara segi biologis dari manusia dan pengalaman, sedang istilah Indonesia yaitu “alam” dan “pengalaman” lebih menjelaskan perhubungan antara segi lingkungan dan pengalaman. Manusia ialah makhluk yang hidup dalam lingkungan. Dia berpengaruh terhadap dunia keliling dan dipengaruhi dunia itu. Baik sekali kalau hal itu diperbandingkan dengan hidup tumbuhan yang menarik air dan karbon dioksida dari lingkungan dan mengeluarkan oksigen. Pengalaman disebut segi vegetatif dari manusia, segi vital yang setingkat dengan hidup tumbuhan, karena hidup pengalaman ialah hidup yang tidak sadar. Kalau dalam mimpi kita menjadi hewan (mengetahui secara sensitif) dan dalam mengerti mencapai tingkat human, memang dalam mengkonstitusikan alam kita serupa tumbuhan. Waktu dari tumbuhan ialah waktu perubahan, tumbuh, proses. Waktu human (kesadaran) ialah waktu dari bayangan, dari momen, perubahan membeku, dan menjadi image. Pengalaman ialah prinsip vital dan vegetatif dan dapat diperbandingkan dengan air yang mengalir dalam sungai. Kesadaran (dunia) menciptakan benda-benda sedang mengalami berarti menerima pengaruh, mengasimilasikan ke dalam hidup, menderita semacam ad-aksi. Dalam pengalaman kita tidak membuat jarak. Hal “di luar” tidak direlatifkan menjadi matter of course tanpa soal atau kesulitan. Bayi mengalami lingkungannya dengan langsung dan belum mengetahuinya. Pengaruh dari benda-benda digabungkan dengan benda-benda itu yang dialami sebagai hal enak tidak enak, aman atau berbahaya sehingga terjadi suatu alam, sejumlah entitas yang mempunyai relasi dengan manusia.
Segi Ruang dan Waktu dari Alam sebagai ruang ialah segala hal yang dekat yang dapat didatangi dengan langsung. Waktu dari alam bukan waktu arloji atau kalender. Waktu alam ialah hadirat dan inti waktu alam ialah hal yang disebut “sekarang”. Dengan istilah sekarang tidak dimaksudkan batas antara sudah dan nanti, yang dimaksudkan ialah aktualitas. Sekarang artinya zaman modern, hari ini, Waktu alam mengalir dan inti hidup alam ialah berlangkah-langkah dari situasi ke situasi. Dalam alam pengalaman “berpengaruh” (benda-benda) dan “dipengaruhi” (jiwa) memang sama. Yang disebut “saya” dan yang disebut “alam” (yang menampakkan dirinya) menjadi kesatuan dialektis. Alam adalah ruang bagi subjek. Meskipun subyek (saya) dan alam tidak diperbedakan, pengaruh-pengaruh dari benda-benda tidak sama. Pengalaman berbeda-beda berdasarkan intensitas, spesifisitas dari pengaruh, kepentingan dan sifat.
Penutup
Akhirnya beberapa kaitan dengan ruang dan Situasi dengan waktu seperti alam dan pengalaman sebagai dasar tolak ukur di dalam kesatuan manusia. Ruang dan waktu adalah realisasi dari aturan logis “Ruang” dalam memisahkan pola informasi yang tetap. Seperti halnya ruang, sebagai aturan dan kemungkinan untuk memisahkan pola informasi tetap dalam Materi, adalah mutlak dan selalu ada. Seperti dalam waktu tidak ada “pelebaran waktu”; ketika pada kenyataannya objek material tertentu, yaitu jam, mengubah lalu kemunculannya sesuai dengan perubahan kecepatannya sepanjang koordinat arah waktu setelah beberapa benturan eksternal, tidak ada “kontraksi ruang”. “Kontraksi” yang diamati/diukur hanya berkaitan dengan objek material, karena hanya objek material – berbeda dengan ruang atau waktu – yang dapat terpengaruh sehingga parameternya dalam ruang-waktu dapat diubah. Ukuran dari sistem kaku yang bergerak selalu (jika, tentu saja sistem tidak retak pada benturan saat berakselerasi) sama pada gerakan inersia seolah-olah sistem dalam keadaan diam terkait dengan kerangka acuan absolut / generik. ***