LEMBATA : WARTA-NUSANTARA.COM-Pilihan moto tahbisan imamat Romo Markus Rainado Sakeng, Pr, “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang” sangat tepat. Seperti Daud yang hanya bersandar pada kekuatan Tuhan. Demikian juga Rm. Renal yang percaya sungguh bahwa dalam kuasa Allah semuanya akan berlalu dan ia menjadi tenang dan damai. Moto ini sekaligus menjadi Sabda kekuatan bagi perjalanan imamatnya.
Pastor Paroki St. Yosep Boto, Dekenat Lembata, Romo Emanuel Kewa Ama, Pr mengemukakan pandangan nasehat religius ini ketika berkotbah pada Misa Syukur imam baru, Rm. Markus Reinaldo Sakeng, Pr di Gereja St. Petrus Puor, Senin, 31/10/2022. Perayaan Misa Akbar itu hadir mendampingi sejumlah imam selebran yakni Pastor Paroki Bato, Rm Emanuel Kewa Ama, Pr Pastor Paroki St Petrus Paulus Lamalera, RD Arnoldus Guna Konten, Pr RD Valerianus Wadan Konten, RD Robertus Lagamanu Sakeng, Pater Ignasius Ledot Kobun, SVD, dan RD Agustinus Genere Deona, Pr , Hadir pula sejumlah Frater, Suster dan Bruder serta umat dan undangan lainnya.
Menurut Rm Eman, moto tahbisa ini tentu lahir dari hasil refleksi yang mendalam dari perjalanan hidupnya yang dimulai dari kampung Puor ini sampai di Tanah Sumba. Rm Reinal menyadari bahwa ia hanyalah seorang manusia rapuh dan lemah. Ia mengakui bahwa sejarah masa lalunya di Kampung ini telah mengantarnya untuk menjawabi panggilan Tuhan menjadi imam. Dalam ketakberdayaannya ini, ia yakin bahwa Tuhanlah menjadi tempat Ia bersandar memperoleh kekuatan dan hatinya menjadi tenang.
“Rm Renal mengakui dan percaya bahwa Allah satu-satunya penyelamat dan pelindung bagi dirinya. Dalam situasi yang menghimpit dan meresahkan dirinya dalam menjawabi panggilan, tatkala ayah kandungnya (Yohanes Gelinger Sakeng-Red) meninggalkan Dia bersama saudaranya (Letnan Boly Sakeng) dan ibunya (Lusia Pago Kobun) Romo hanya bersandar pada kekuatan Tuhan”, ungkap Romo Eman.
Diawal kotbah Romo Eman secara filosofis menggambarkan bahwa hidup tenang, hidup damai, hidup bahagia adalah dambaan dan harapan kita semua. Tak ada seorang manusia yang ada ditengah dunia ingin hidup dalam kekacauan, ketidaknyamanan ketidakdamaian hati dan batin, hudup dalam suasana hiruk pikuk. Manusia butuh ketenangan dan kenyamanan.
Hal ini , urai Romo Eman, telah nyata dalam ulasan Kitab Mazmur tentang keyakinan Daud kepada Tuhan ketika Ia menghadapi keadaan yang sulit. Daud mengajak umat Israel untuk bersandar pada Tuhan. Daud menyadari bahwa segala kejayaan manusia adalah rapuh dihadapan Tuhan. Daud tahu bahwa para musuhnya sedang berupaya menghancurkannya maka Ia memasrahkan semuanya dan lebih percaya pada keperkasaan Allah untuk membentengi hidupnya dari ancaman.
Menurut Rm Eman, hanya dengan membawa diri untuk dekat dan bersatu dengan Tuhan kita akan mendapat ketenangan dan kedamaian sekalipun berada ditengah situasi sulit penuh tantangan.Semua kekayaan, harta duniawi tidak akan memberi jaminan ketenangan dan kedamaian dalam hidup ini. Oleh kerena itu, tegas Rm Eman, kita belajar dari sikap Daud membawa diri kita seutuhnya kepada Penyelenggara Ilahi . Tidak ada tempat yang aman di dunia ini, tdak ada tempay yang membuat hati damai di dunia ini.
“Sebagai orang yang percaya, masalah boleh ada,khawatir, gelisah, cemas, rasa kecut, rasa bimbang akan menjadi berlalu jika kita mengandalkan Tuhan, maka kita akan merasa tenang dan nyaman bersama Dia. Rm Renal, Pemazmusr juga mengingatkanmu selalu, bahwa dalam situasi apapun, tetaplah selalu bersama Tuhan, berdoalah memohon kekuatanNya. Hanya Tuhan satu-satunya tempat ketenangan dirimu. tidak ada trmpat yang lain”, pesan Romo Eman mengakhiri kotbahnya.
Ketua Panitia Imam Baru, Baltasar Alior yang juga Ketua Dewan Stasi St. Yosep Puor, dalam sambutan diakhir Perayaan Misa Syukur menyampaikan Puji Syukur kepada Tuhan karena atas berkat telah memilih putra terbaik Stasi Puor menjadi pastor dan sekaligus pastor ketiga dari Suku Sakeng (Rm Robert Sakeng, Pater Samong Sakeng dan Rm Markus) Reinaldo Sakeng). Terima kasih kepada Pastor Paroki Boto, Panitia dan semua pihak yang terlibat menyukseskan perayaan iman ini sekaligus sebagai bentuk doa dan dukungan kepada Yubilaris agar tetap teguh pada panggilan sebagai imam. “Goa atas nama Maguja pua tenaf pana ma mela-mela sampe lau ul nobe Alapes nae gelekat Alapes. Pana mela-mela, supenga tadona ma mela-mela ake todol falet jaganga imamat sampe geto klabo”, ungkap Baltasar Alior dalam bahasa Pour yang artinya Jalan Baik-baik melayani Tuhan, jaga imamat sampai akhir hayat.
Sebelum Misa Syukur, Rm Renal melakukan prosesi dari rumah adat Suku Sakeng menuju ke Gereja didampingi para imam. Menarik memang bercampur haru. Begitu tiba di Gerbang Gereja dilakukan seremoni adat “Pelepasan Hak Kesulungan dan Harta Warisan ” dari Rm Renal kepada saudaranya yang akrab disapa Letnan Boly Sakeng dipandu MC, Yeremias Dua Wuwur . Seremoni adat ditandai dengan penyerahan Parang dan Tombak, Sarung dan “Kenobo” (Topi kebesaran dari dari dau lontar. Hal ini mesti dilakukan karena hak kesulungan ada ditangan Markus Reinado Sakeng yang kini menjadi seorang pastor dan tak lagi berhak menjadi penguasa kesulungan dan selanjudnya diserahkan dengan tulus hati kepada saudaranya. *** (WN-01)