Ket Foto : Murid kelas 1 SD mengikuti lomba kecepatan tulis tiru hiruf, angka dan kata.
Laporan Gerardus D. Tukan dari Waingapu
WAINGAPU : WARTA-NUSANTARA.COM-Sebanyak 185 murid Sekolah Dasar (SD), dalam Kota Waingapu, Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur, dan sekitarnya, mengikuti Gebyar Aman Caturlistung di Aula SMP Katolik Andaluri Waingapu, Minggu 20 November 2022. Kegiatan Gebyar Aman Caturlistung yang digelar oleh Penerbit Lembata G-Tukan Media bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumba Timur, mematok peserta kegiatan yakni murid Sekolah Dasar kelas 1, 2 dan kelas 3.
Kehadiran anak-anak peserta gebyar ditemani oleh orang tua, anggota keluarga dan guru pendamping. Semua yang hadir, memadati halaman SMP Katolik Andaluri, serta ruangan aula dan beberapa ruangan kelas. Pemandangan yang unik terjadi yaitu ada beberapa anak yang tampak dihantar dan ditemani oleh seisi rumah. Ada bapa, mama, kakak, adik, bahkan ada ibu yang membawa bayi karena menemani kakaknya yang mengikuti gebyar Aman Caturlistung. Terlihat juga ada beberapa kakek dan nenek yang tentu hadir menemani cucunya. Suasana di lingkungan SMP Katolik Andaluri Waingapu tampak seperti suatu perjumpaan massal, di hari Minggu yang cerah itu.
Kegiatan Gebyar Caturlistung diawali dengan seremonial pembukaan, dan dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Pura Tanya yang diwakili oleh Sekertaris Dinas Perpustakaan, Samuel Awang,SE. Ketua Penerbit Lembata G-Tukan Media, Gerardus D Tukan,S.Pd.M.Si dalam pengatranya mengemukakan bahwa salah satu masalah yang sering menjadi kecemasan dunia pendidikan dan menjadi kendala dalam gerak majunya dunia pendidikan yaitu masih banyak anak yang belum mahir baca, tulis dan hitung.
Kondisi ini cukup diperparah dengan adanya pandemic COVID-19 yang menyebabkan sejumlah anak tampak lepas dari urusan dasar pendidikan ini. Banyak sekolah, bahkan di jenjang SMP dan SMA/SMK menghadapi satu masalah yaitu masih terdapat banyak siswa yang belum bisa baca, tulis dan hitung secara baik. Oleh karena itu, kegiatan yang digelar ini untuk memperkuat anak di kelas 1, 2 dan kelas 3 SD yang merupakan fondasi dasar pendidikan, agar anak telah mantap dengan hal-hal mendasar ini, demi langkah-langkah selanjutnya di tingkatan kelas dan jenjang berikutnya. Jika tidak maka anak akan alami banyak masalah dalam proses pendidikannya.
Untuk mengatasi hal ini maka tidak boleh diserahkan seluruh tanggungjawab kepada sekolah saja. Justru orang tua dan komponen masyarakat yang harus ambil peran lebih besar dalam mengatasi masalah ini. Orang tua justru harus di garus depan. Jika orang tua sibuk atau tidak mempunyai waktu cukup dan metode yang baik maka orangtua bisa galang komponen lain untuk buat sesuatu guna memperkuat anak. Bentuknya, seperti kegiatan yang dilakukan ini. “Kegiatan ini sepeungguhnya orang tua-lah yang patungan untuk melaksanakannya. Orang tua daftarkan anak dengan sedikit uang pendaftaran, lalu dapat buku untuk anak dan kemudian kegiatan ini terlaksana.
Jika bapa atau mama punya uang lima puluh ribu rupiah, sangat tidak mungkin membiayai sendiri kegiatan seperti ini, beli buku kasi anak, anak latih membaca, lalu undang dan hadirkan kami semua untuk menonton anak membaca di depan umum untuk latih mental dan keberaniannya. Tentu tidak mungkin. Namun hari ini kita semua bisa ada di sini karena orang tua patungan. Kita tidak perlu tunggu orng lain atau pihak lain membiayai. Kita bisa lakukan bersama” Urai Gerard memberikan pemahaman terkait adanya uang pendaftaran kegiatan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Pura Tanya melalui Sekertaris Dinas Perpustakaan, Samuel Awang,SE saat membawakan sambutan membuka kegiatan, mengemukakan bahwa orang Sumba biasanya bangga kalau bawa kuda atau bangga kalau bawa ayam ke arena. “Kita orang Sumba biasanya bangga kalau bawa kuda ke arena. Di dalam kuda itu darah hewan. Kita juga biasanya bangga bawa ayam ke arena. Di dalam ayam itu darah hewan. Nah hari ini, kita bangga bawa anak datang ke sini, karena di dalam diri anak adalah darah kita sendiri. Anak yang adalah buah hati kita, darah daging kita, kita bawa ke tempat ini untuk mengikuti kegiatan yang bagus ini. Ini artinya kita hadir mendukung anak”. Ungkap Samuel.
Murid peserta kegiatan dengan rincian sebagai berikut: murid kelas 1 SD, peserta kegiatan sebanyak 100 orang yang mendaftar namun yang hadir di arena sebanyak 96 orang, berasal dari 21 SD di dalam Kota Waingapu, dan 1 SD dari desa Wula kecamatan Wulawaijelu, yang berjarak 120 km dari kota Waingapu. Kategori murid kelas 1, menjalani kegiatan yaitu Kecepatan dan keapikan menulis tiru huruf, angka dan kata. Satu minggu sebelum menjalani kegiatan Gebyar tersebut, anak-anak didaftarkan oleh orang tua atau guru, dan mendapat buku Aku Anak Pintar sebagai buku latihan persiapan. Murid kelas 2 sebanyak 54 orang menjalani lomba yaitu membaca salah satu naskah dari 33 naskah bacaan dalam buku Aku Suka Belajar IPA.
Naskah yang dibaca, diperoleh dengan cara diundi. Ketika anak dipanggil ke podium baca, ia harus terlebih dahulu menarik nomor undian naskah, kemudian mengumumkan nomor undian yang diperolehnya dan kemudian mengambil buku serta membaca naskah di nomor yang diperolehnya. Murid kelas 3 SD sebanyak 31 orang, menjalani lomba membaca salah satu dari 33 naskah (yang diperoleh dengan cara menarik nomnor undian naskah) dalam buku Aku Suka Belajar IPA, kemudian menceriterakan kembali isi naskah bacaan menggunakan kalimat sendiri, bukan menghafal naskah bacaan.
Catatan kondisi lapangan saat gebyar berlangsung yaitu semua anak peserta mengikuti kegiatan hingga selesai. Tidak ada anak yang mundur atau meninggalkan arena ketika ditempatkan di arena lomba dan tidak didampingi orang tua atau guru. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian dan keberanian anak mulai tampak, meskipun sedang ditatap ratusan pasang mata.
Usai semua anak tampil pada bentuk kegiatan yang diikuti, maka penyelenggara mengumumkan rangking dan membagi bingkisan. Semua peserta (Kelas 1 SD, sebanyak 96 orang), diurutkan pada rangking 1 sampai 96 dan semuanya mendapat bingkisan. Hal yang sama terjadi pula untuk kategori murid kelas 2 dan kelas 3. Selain bingkisan, semua anak pun diberikan sertifikat sebagai peserta kegiatan, yang diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kabupaten Sumba Timur*** (GDT/WN-01)