Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
Yes.8:23b-9:3; I Kor 1:10-13.17; Mat. 4:12-23
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih, Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik, Kabar Keselamatan, Misi menyelamatkan seluruh manusia, harus dilaksanakan Yesus sesuai dengan tugas perutusan-Nya. Karena itu maka, hari ini injil mencatat bahwa Yesus berkeliling di seluruh Galilea; Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali. Tanah Zebulon dan Naftali terdapat di wilayah Galilea. Di kawasan ini umat Yahudi telah membaur dengan bangsa-bangsa asing sejak zaman pembuangan di Assiria dan Babilon. Karena itu penduduknya dianggap oleh orang Yahudi yang lain sebagai orang kafir, yang masih hidup dalam kegelapan.
Tetapi Yesus justru mulai berkarya di wilayah ini. Dan Ia memilih kota kecil Kapernaum di tepi danau Genazaret sebagai basis karya misi-Nya. Karena itu kita baca: “Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat Terang besar.” Pelayanan Yesus yang dimulai dari Galilea itu mau menegaskan bahwa keselamatan dari Tuhan bukan hanya untuk orang Yahudi saja, melainkan juga untuk seluruh dunia.
Karena misi perutusan Yesus itu untuk keselamatan seluruh manusia yang tak kenal batasan ruang dan waktu maka Yesus butuh “orang lain” sebagai penerus. Maka begitu melintas di daerah Galilea, Yesus melihat dua orang bersaudara sedang menjala ikan. Mereka bernama Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus memanggil mereka kata-Nya:” Mari, ikutilah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.” Dalam perjalanan-Nya yang sama Yesus melihat dua orang bersaudara. yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Saudara-saudaraku, hari ini kita dengar, Yesus memanggil empat orang nelayan dalam kesibukannya yang sama: sedang membereskan jala dan perahu mereka. Dua alat ini, – jala dan perahu –ini adalah penopang hidup mereka. Dua benda itu adalah sandaran hidup mereka. Dari alat-alat inilah kebutuhan ekonomi mereka terpenuhi. Dari kedua barang ini, kebutuhan jasmani mereka terpenuhi. Namun begitu mendengar suara Yesus memanggil, mereka segera mengikuti Dia.
Mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup tanpa pertimbangan matang boleh jadi kita sebut sebagai sebuah keanehan. Kemudian, mereka justru meninggalkan ayahnya seorang diri dalam kesibukan membereskan perahu. Dalam kesibukan seperti itu, tentunya dia membutuhkan bantuan, tetapi dia malah membiarkan putranya pergi meninggalkannya dan berjalan mengikuti Yesus.
Pertanyaannya adalah mengapa Simon Petrus dan saudaranya Andreas serta Yakobus, dan Yohanes saudaranya, justru punya reaksi yang sama tatkala mendengar Yesus memanggil mereka untuk mengikuti Dia? Mengapa mereka dengan segera mengikuti Yesus? Karena bagi mereka, Yesus adalah Terang Besar itu. Yesus adalah Sumber Keselamatan, – di dalam diri -Nya manusia mengalami keselamatan paripurna, keselamatan rohani dan jasmani; Bersama ayah mereka dengan kehidupannya sebagai nelayan, kebutuhan jasmani mereka sudah tercukupkan, maka tibalah saatnya untuk mereka harus “bertolak lebih dalam,” untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, yakni keselamatan rohani. Maka sikap murid-murid dengan segera mengikuti Yesus adalah sebuah pergeseran paradigma penyelamatan dari hanya penyelamatan jiwa ke penyelamatan manusia seutuhnya, – dari cura animarum kepada cura hominum.”
Saudara-saudara, panggilan menyelamatkan manusia secara rohani-jasmani adalah panggilan kemanusiaan. Maka menjadi tanggungjawab yang harus diemban oleh siapapun. Ini misi mulia. Ini misi urgen dan mendesak. Maka butuh partisipasi, butuh keterlibatan banyak orang. Karena itu respons cepat alias cepat tanggap dengan segera mengikuti Yesus adalah sebuah tindakan tepat.
Bila saja Yesus tidak bermisi di luar tanah kelahiran-Nya maka bangsa-bangsa di luar Yahudi, akan tetap menjadi bangsa yang berjalan di dalam kegelapan. Mereka tidak mungkin melihat terang keselamatan itu. Mereka akan menjadi bangsa yang tidak diberkati.
Namun karena misi penyelamatan manusia ini bersifat mondial-universal maka bangsa manapun wajib didatangi untuk mewartakan rencana keselamatan Allah bagi seluruh dunia. Begitu orang mendengar, merespons dan percaya serta mengikuti Yesus, saat itu terjadilah sukacita dan sorak sorai. Sukacita dan sorak sorai terjadi karena keselamatan telah datang di tempat ini. Karena itulah maka Yesaya bernubuat bahwa Tuhan telah banyak menimbulkan sorak-sorai dan sukacita yang besar. Mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti orang bersukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorai di waktu membagi-bagi jarahan.
Bapa, ibu, saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita juga merayakan Minggu Sabda Allah. Berkenaan dengan itu, Sabda Allah membutuhkan orang-orang untuk mewartakannya. Sabda Allah butuh untuk dibumikan. Dia tidak boleh tinggal sebatas firman, tetapi firman itu harus menyapa manusia dan tinggal dalam ke-kini-an manusia, bersama manusia. Inilah yang disebut dengan Sabda sudah menjadi daging dan tinggal di antara kita. Membawa Sabda Tuhan sampai masuk ke hati manusia. Begitu sampai di dalam hati manusia, respons yang dilakukan adalah segera mengikuti Yesus. Segera mengikuti Yesus artinya menyesuaikan hidup dengan Sang Sabda yang diyakini sebagai pelita bagi kaki dan terang bagi langkah kita. Segera mengikuti Yesus berarti pula harus hidup selaras dengan firman Allah dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Segera mengikuti Yesus, artinya keselamatan telah datang di dalam diri orang yang bersangkutan. Orang yang mendapatkan keselamatan itu akan penuh dengan sukacita dan sorak-sorai, akan penuh dengan berkat surgawi dan duniawi.
Bila sudah mendapatkan keselamatan maka terpenuhilah nubuat nabi Yesaya:” Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar.”