Oleh : Germanus S. Atawuwur, Alumnus STFK Ledalero
(Minggu Panggilan)
WARTA-NUSANTARA.COM-Bapa, ibu, saudara, saudari yang terkasih dalam Kristus, sekarang ini kita sedang merayakan Hari Panggilan Sedunia Ke-60, yang digagas Santo Paulus VI pada tahun 1964 selama Konsili Ekumenis Vatikan II. Dalam refleksinya Paus Paulus VI melihat salah satu masalah yaitu berkurangnya jumlah calon imam yang masuk ke seminari. Masalah ini telah melanda Gereja di Eropa pada awal tahun 50-an. Menurut Bapa Suci, masalah ini tidak hanya berkaitan dengan masa depan kehidupan Gereja, tetapi juga mengindikasikan daya iman dan kasih dari setiap paroki, keuskupan, maupun keluarga Kristiani. Paus Paulus VI berpendapat bahwa dimana banyak panggilan berkembang dalam komunitas gerejawi, di sanalah terdapat kehidupan yang didasari Injil. Atas dasar itulah maka Paus Paulus VI menetapkan hari Minggu Paskah IV sebagai Hari Minggu Panggilan Sedunia yang di dalamnya kita berdoa agar Allah mengirimkan para pekerja bagi Gereja-Nya (Mat 9:38).
Ada dua jenis panggilan hidup dalam Gereja yang sama-sama penting: panggilan kaum awam dan panggilan khusus (KGK 934). Berkat panggilan kaum awam, umat beriman diutus membangun Kerajaan Allah di tengah dunia melalui keluarga dan pekerjaan mereka di tengah dunia (bdk. LG 31). Panggilan khusus menunjuk pada anggota Gereja yang menerima rahmat tahbisan suci dan termasuk hirarki Gereja untuk melayani Gereja dan Umat Allah (uskup, imam, dan diakon) maupun mereka yang menyerahkan diri secara khusus kepada Allah dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injili (biarawan, biarawati).
Panggilan khusus untuk membaktikan diri bagi Allah dan Gereja ini dapat berkembang baik berkat kehidupan keluarga yang penuh iman dan kasih. Inilah tanggung jawab keluarga Kristiani untuk menumbuhkan benih-benih panggilan sebagai persembahan kepada Allah dan Gereja. Oleh karena panggilan adalah karunia Allah, maka yang dapat kita lakukan sebagai persiapan diri adalah bertekun dalam doa dan Ekaristi, merenungkan Kitab Suci, mengembangkan iman, dan mengasihi sesama
Saudara-saudara, bertepatan dengan Hari Minggu Panggilan Sedunia yang ke-60 ini, kita merenungkan tema:”Panggilan: Rahmat dan Perutusan”. Paus Fransiskus mengatakan bahwa:” Hari ini adalah kesempatan berharga untuk mengingat kembali dengan takjub bahwa panggilan Tuhan adalah rahmat, karunia cuma-cuma, dan pada saat yang sama berketetapan hati untuk membawa Injil kepada sesama. Kita dipanggil untuk memiliki iman yang memberi kesaksian, iman yang berkaitan erat dengan kehidupan rahmat, sebagaimana kita alami dalam sakramen-sakramen dan persekutuan gerejawi, dengan karya kerasulan kita di dunia. Di bawah bimbingan Roh Kudus, umat Kristiani ditantang untuk menanggapi keprihatinan drama kemanusiaan yang sudah kronis, dengan senantiasa menyadari bahwa perutusan adalah karya Allah. Kita tidak menjalankan perutusan sendirian, tetapi selalu dalam persekutuan gerejawi, bersama dengan saudara-saudari kita yang lain, dan di bawah bimbingan para gembala Gereja. Karena inilah yang senantiasa menjadi dambaan Allah, yaitu kita hendaknya hidup bersama Dia dalam persekutuan kasih.”
Panggilan Allah mencakup “perutusan”. Tidak ada panggilan tanpa perutusan. Tidak ada kebahagiaan dan pernyataan diri sepenuhnya jika kita tidak menawarkan kepada sesama kita kehidupan baru yang telah kita temukan. Panggilan Allah untuk mengasihi adalah sebuah pengalaman yang tidak memungkinkan kita untuk berdiam diri. Santo Paulus berkata, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16).
Panggilan Allah mencakup perutusan ini, sebagaimana direfleksikan oleh Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Gaudete et Exsultate. Kepada setiap orang yang dibaptis Sri Paus mengatakan, “Kamu juga perlu memandang keseluruhan hidupmu sebagai perutusan” (No. 23). Ya, karena kita masing-masing dapat berkata: “Aku adalah perutusan di atas bumi ini; itulah alasan mengapa aku berada di dunia ini” (Evangelii Gaudium, 273).
Selanjutnya dalam minggu panggilan ke-60 ini beliau mengatakan:” Bersama kita sebagai umat Kristiani adalah memberikan kesaksian penuh sukacita di mana pun kita berada, melalui perbuatan dan perkataan kita, tentang pengalaman bersama Yesus dan anggota-anggota komunitas-Nya, yaitu Gereja. Perutusan itu terungkap dalam karya kerahiman jasmani dan rohani, dalam cara hidup yang ramah dan lembut yang mencerminkan kedekatan, kasih sayang dan kelembutan, berbeda dengan budaya mencampakkan dan ketidakpedulian. Dengan menjadi sesama, seperti orang Samaria yang baik hati (bdk. Luk. 10:25-37), kita memahami pokok panggilan Kristiani: meneladan Yesus Kristus, yang datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (bdk. Mrk. 10:45).
Saudara-saudaraku, berkenaan dengan minggu panggilan ke-60 ini, kita mendengarkan bacaan injil tentang Gembala Yang Baik. Yesus menggunakan metafora tentang Gembala yang Baik. Gambaran ini mengkritik gembala yang gagal, yaitu raja-raja Israel, sebagaimana digambarkan dalam Kitab Yer. 23:1-8; Za. 11:4-17; Yes. 56:11; dan Yeh. 34:1-31.. Oleh sebab itu, Allah sendiri yang mengambil peran sebagai Gembala sebagaimana dilukiskan dalam Mzm. 23; 80; dan Yes. 40. Tuhan juga berjanji memberikan seorang gembala yang baik seperti yang kita baca dalam Yeh. 34:23. Maka Yesus menggambarkan diri-Nya dalam peran Mesianik sebagai Gembala yang Baik. Dia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Dia juga digambarkan sebagai Pintu untuk hidup yang sejati dan kekal..
Pelayanan Yesus dikontraskan dengan “pencuri” dan “perampok,” yaitu para pemimpin Israel di masa lalu yang gagal mengemban tanggung jawabnya. Berkebalikan dengan mereka, Yesus memenuhi peran mesianik-Nya Yesuslah yang menggenapi nubuatan dalam Yehezkiel 34. Dia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, seperti Daud yang mempertaruhkan nyawanya demi menjaga domba-dombanya (1Sam. 17:34-37).
Ada tiga hal yang dapat dipelajari. Pertama, Gembala yang Baik dikontraskan dengan pencuri dan perampok Yesus memberikan hidup yang berlimpah-limpah, tidak seperti perampok yang merusak. Pertanyaannya adalah, seperti apa itu hidup berkelimpahan itu? Apakah berarti selalu bergelimang uang atau harta ada hidup dalam keadaan yang selalu sehat walafiat-segar bugar? Bukan! Hidup berkelimpahan adalah hidup yang dipenuhi oleh anugerah, sukacita, dan damai sejahtera dari Allah. Hidup yang selalu dipuaskan oleh relasi dengan Bapa dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Kedua, Gembala yang Baik dikontraskan dengan orang upahan. Yesus memedulikan domba-domba-Nya, tidak seperti gembala upahan yang meninggalkan mereka. Ketiga, masih ada domba yang ada di luar Yesus menghendaki mereka untuk masuk dalam kawanan, melalui karya-karya kita entah lewat perkataan maupun perbuatan..
Minggu Panggilan dengan Tema: Panggilan: Anugerah dan Perutusan hendak mengatakan kepada kita bahwa di dalam Gereja, kita semua adalah pelayan, sesuai dengan keragaman panggilan, karisma, dan pelayanan kita. Panggilan kita bersama untuk memberikan diri kita dalam kasih demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia. Karena itu pada hari ini, hendaklah kita semua sadar, bahwa kita semua dipanggil dan diutus untuk menjadi Gembala yang Baik yang mengantar umat ke dalam hidup yang berkelimpahan.