Foto : Aksi Demo PMKRI Maumere, Kabupaten Sikka

MAUMERE : WARTA-NUSANTARA.COM–Puluhan aktivis mahasiswa dari PMKRI Cabang Maumere, Kabupaten Sikka pada Senin (23/5/2024) pagi hingga siang kembali menggelar aksi demo menuntut Kapolres Sikka menuntaskan kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang mengakibatkan seorang warga Desa Hoder, Yodimus Moan Kaka meninggal dunia.
Puluhan aktivis PMKRI Maumere dengan membawa berbagai spanduk tuntutan aksi demo dari Margasiswa PMKRI di Kelurahan Kota Uneng menuju Kantor Polres Sikka di Jalan Jendral Ahmad Yani, Kota Maumere.
Pantauan media ini, setibanya di Jalan Ahmad Yani depan Mapolres Sikka, mereka melakukan orasi dan berjalan mundur memasuki Kantor Polres Sikka. Namun aksi mereka dihalangi aparat polisi yang berjaga dengan pita barikade di pintu gerbang Polres Sikka.
Tampak spanduk yang dibawa bertuliskan ‘Copot!!! Kapolres Sikka Gagal Total’ ‘Ada Banyak Kasus TPPO Polisi Jangan Bobo’ ‘Cukup Cintaku yang Kandas Polres Sikka Jangan’ dan lainnya.
Dalam aksi demo ini, PMKRI Maumere menyampaikan 7 tuntunan, diantaranya, pertama, mendesak pihak Polres Sikka untuk memberikan kepastian hukum baik kepada keluarga korban maupun para terduga perekrut atas kasus ini. Karena berlarut-larutnya kasus ini menimbulkan keresahan di masyarakat dan menimbulkan goncangan masalah baru antara pihak keluarga korban dan keluarga para terduga perekrut.
Kedua, PMKRI mendesak pihak Polres Sikka segera menetapkan tersangka atas kasus TPPO ini, mengingat bahwa pihak Polres Sikka telah menaikkan kasus ini ke tahap penyidikan dan telah melakukan gelar perkara, agar tidak ada kekosongan kepastian hukum terhadap kasus ini.
Ketiga, PMKRI secara organisatoris akan menyerukan mosi tidak percaya akan kinerja kerja Polres Sikka dalam penanganan kasus ini jika Polres Sikka berlarut-larut dalam pengusutuntasan dan penetapan tersangka kasus TPPO ini.
Sementara itu, Ketua PMKRI Cabang Maumere, Kornelius Wuli dalam orasinya mengatakan di bumi nian tanah Sikka ada kabar duka yang mendalam dimana ada sebuah peristiwa tragedi kemanusiaan yang menimpa salah satu warga Desa Hoder yang pergi ke Kalimantan untuk mencari sesuap nasi tetap disana ia harus merenggang nyawa.
Hari ini kami dari PMKRI Maumere turun untuk kedua kalinya, kami akan terus menyuarakan ini, suara kami tidak pernah berenti sampai ketidakadilan di negeri ini di tuntaskan biar publik tau sejauh mana kasus TPPO di tindak lanjuti ole pihak Kepolisian.
Ada kabar yang beredar bahwasannya dalam kasus dugaan TPPO ada juga terlibat beberapa aparat kepolisian.Sangat disayangkan bila hal itu sampai terjadi,” jelas Kapres Kornel Wuli.
Kornel Wuli juga mengatakan pihaknya menyayangkan aparat penegakan hukum yang semestinya mempunyai tanggung jawab menganyomi masyarakat tetapi ‘bermain mata’ menjadi salah satu terduga pelaku TPPO, sehingga mengakibatkan kematian Yodimus Moan Kaka.
Aksi demo PMKRI berujung ricuh saat mereka mendesak masuk ke dalam Mapolres Sikka namum dilarang aparat yang tengah berjaga.


Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ketua Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Maumere, Cornelis Wuli dan segenap pengurus menyatakan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya Yodimus Moat Kaka, korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang diduga dilakukan oleh Yovinus Solo alias Joker. Karena itu, PMKRI mendesak Polrres Sikka segera menahan dan proses hukum oknum pelaku sindikat TPPO.


“Dari fakta yang diinvestigasi oleh PMKRI bahwa dari 72 korbanyang diberitakan salah satunya adalah saudara kami Alm. Yodimus. Ia merantau ke tanah Kalimantan meninggalkan anak dan istridemi sesuap nasi. Kepergiannya ke daerah yang kebanyakan orang disebut sebagai “Tanah Surga” malah membawa petaka Yodimus pergi untuk selamanya. Namun anak dan istri berhujankan derai air mata”, ungkap Ketua PMKRI Maumere, Cornelis Wuli mengawali surat pernyataan sikap dan kronologi kasus TPPO.



Sebagamana diungkapkan dalam surat pernyataan, ia pergi karena diimingi janji Emas, Susu dan Madu. Namun sayang seribu sayang, Tanah yang disebut Surga , kini menjelma rupa menjadi Tanah Kematian Yodimus pergi untuk selamanya. Namun anak dan istri berhujankan derai air mata.
Sang Calo kemudian melupakan janji. Bahkan bersembunyi diridibalik harta,Kekuasaan dan Taktah. Dari episode sengsara iniadalah yang datang, menangis dan tertawa bagi keluarga sang korban? Adakah keadilan bagi mereka
“Hari ini, kami dari PMKRI Maumere berbelasungkawa atas kepulangan saudara Alm Yodimus . Juga kami datang dan menangis bersama keluargadan 71 orang yang diduga sebagai korban kejahatan Tindak Pidana Perdagangan orang. Hari ini kami mengumandangkan Sembayang dan Kidung duka sembari menuntut keadilan “ungkap Cornelis Wuli.
Adapun 4 tuntutan PMKRI Maumere sebagai berikut :

Pertama, Mendesak Polres Sikka untuk segera menahan dan memeriksa yang diduga sebagai pelaku atau “Calo Kematian” atas dugaan sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang telah ia perbuat.
Kedua, mendesak Polres Sikka untuk segera memeriksa para tersangka yang diduga turut serta dalam sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Ketiga, mendesak Polres Sikka agar dalam menjalankan proses penegakan hukum harus bekerja secara maksimalsesuai dengan prosedural hukum yang berlaku.
Keempat, PMKRI Maumere secara moral akan selalu mengawal proses penegakan hukum yang saat ini sedang ditangani oleh Polres Sikka. Pada bagian terakhir ditambahkan bahwa, “Pemerintah Kabupaten Sikka telah gagal dalam menjalankan Amanat Perpres Nomor 49 Tahun 2023 baik Kepolisian maupun pemerintah perlumemperhatikan keselamatan para korban lainnya yang saat ini berada di tanah perantauan”.***
Laporan : Wartawan Warta-Nusantara.Com, Maria Florida, dari Biro Maumere.