Oleh : RD Antonius Prakum Keraf
WARTA-NUSANTARA.COM–Oase Kehidupan, Minggu Biasa XXIX: 20 Oktober 2024|Yes 53 :10-11|Mzm 33:4-5.18-19.20.22;R:22|Ibr 4:14-16|Mrk 10:35-45| Refleksi dan kesadaran akan gentingnya situasi| REFLEKSI, sebuah proses memikirkan kembali pengalaman demi meningkatkan evaluasi berlanjut dan berjenjang untuk mencapai perubahan hidup yang lebih berkualitas.
Orang benar secara simbolis menerima dengan sabar semua penderitaan. Dengan cara itu mereka menjadi contoh yang membangkitkan refleksi dan kesadaran orang lain akan gentinya situasi yang menyebabkan timbulnya banyak penderitaan. Orang benar itu adalah Mesias, anak Allah yang siap menderita, siap menjadi Korban bagi dosa-dosa kita!
Pengorbanan, kematian dan kebangkitan-Nya mendorong semua orang membangun refleksi dan kesadaran akan tobat agar mereka segera keluar dari situasi genting yang berdampak buruk pada Kehidupan mereka maupun keturunannya! Tobat itu bisa berupa tobat pribadi dan kolektif.
Salah satu Stasi di paroki tempat saya bekerja saat ini sedang membangun refleksi dan kesadaran kolektif akan gentingnya budaya pesta-pesta gereja yang semakin marak dan berdampak buruk pada Kehidupan banyak keluarga.
Refleksi bersama itu melibatkan tiga tungku kekuatan di Lewo tanah yaitu tokoh adat, tokoh pemerintah dan gereja! Refleksi mengerucut pada kesadaran akan situasi genting dan potensi jalan keluar untuk menggusur masalah yang menyebabkan banyak penderitaan! Reflesi ini terkait erat dengan banyaknya pasangan yang sudah hidup bersama tidak mengurus pernikahannya menyebabkan kegiatan lain seperti Pendidikan, K
Kehidupan iman, urusan kependudukan, Kesehatan dan lain-lain terganggu! Tindak lanjut dari Brainstorming dan refleksi itu terbentuklah Tim khusus yang merumuskan kembali masalah genting dan potensi jalan keluar dengan pertimbangan jika semua jalan keluar itu dapat mereka laksanakan akan terjadi perubahan besar dalam Kehidupan banyak keluarga!
Keluarga sebagai sebuah sel masyarakat dan gereja mini, sebuah Lembaga sosial tunduk pada tata aturan hidup bersama demi tertibnya Kehidupan sosial bagi banyak orang. Tentu kita berharap semakin banyak orang benar memiliki kemauan mengusung perubahan di kampung dan lewotanah dengan contoh hidup yang menggerakan refleksi dan kesadaran akan gentingnya situasi! (Yes 53 :10-11). Yesus sebagai orang benar mengajak para murid membangun refleksi dan kesadaran akan gentingnya situasi berupa budaya kekerasan.
Ia mendorong mereka dengan perkataan dan contoh hidup-Nya sendiri. Barangsiapa ingin menjadi yang terbesar di antara kamu hendaknya ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu hendaknya ia menjadi hamba untuk semuanya.
Zaman kita banyak orang tercabut dari akar-akar budayanya sendiri, suka meniru dan ikut-ikutan budaya hura-hura. Banyak orang muda menyebut diri sebagai anak-anak zaman milenial, namun mereka tengah kehilangan kemampuan refleksi dan kesadaran akan situasi genting dalam hidupnya, tidak peduli akan nilai-nilai hidup berkeluarga dan keluhuran martabat sakramen perkawinan.
Yesus mengajak kita kembali ke akar budaya gelekat-gewayan ribu ratu melalui kata dan tindakan. Semoga kita tidak meninggalkan kemampuan membangun refleksi demi meningkatkan evaluasi berlanjut dan berjenjang untuk dan atas nama kualitas hidup yang semakin baik di masa depan! (Mrk 10:35-45) Sejauhmana kita tetap membangun refleksi dan kesadaran akan genting situasi dalam hidup kita? ***
(RD Antonius Prakum Keraf, Pastor Paroki Santa Maria Hati Tak Bernoda, Baniona, Dekenat Adonara)*