• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Selasa, Oktober 21, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Uncategorized

MBG – Makan Bikin Gawat (Darurat)

by WartaNusantara
September 26, 2025
in Uncategorized
0
Orang Gerindra Buat Beda, (Catatan Liburan di NTT 23/4 – 8/5 2022)
0
SHARES
10
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MBG – Makan Bikin Gawat (Darurat)

Oleh : Robert Bala

WARTA-NUSANTARA.COM-OPINI–  Jatuhnya korban akibat Makan Bergizi Gratis yang mencapai 5626 orang pada akhir September, memunculkan pertanyaan ironis. Apakah makanan yang digadang-gadang menjadi Gerakan awal menciptakan generasi sehat justru berujung menjadi Makanan Bikin Gawat Darurat?

RelatedPosts

Kepala SD Inpres 1 Waikomo Veronika Ose, S.Pd : Perayaan Syukur 50 Tahun Tonggak Sejarah Penting, “Merajut Kebersamaan, Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar”

Kepala SD Inpres 1 Waikomo Veronika Ose, S.Pd : Perayaan Syukur 50 Tahun Tonggak Sejarah Penting, “Merajut Kebersamaan, Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar”

Polres Ende Tangkap Dua Pelaku Penipuan Berkedok Pengobatan Tradisional

Polres Ende Tangkap Dua Pelaku Penipuan Berkedok Pengobatan Tradisional

Load More

Jawaban atas pertanyaan ini tentu sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi kian banyaknya kasus menjadi pertanyaan refleksif: Apakah MBG masih diteruskan? Jawaban atas pertanyaan ini mestinya tidak sulit. “Ya” karena negara bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan dasar anak berupa makanan. Dengan ketahanan yang tubuh yang kuat, aneka pengetahuan bisa dimungkinkan untuk diberikan.

Prinsip memberikan tempat pertama kepada tindakan makan bahkan diberikan oleh ibu segala ilmu yakni filsafat. “Primus vivere deinde philosophare”. Artinya: “Utamakan hidup (makan), lalu filsafatkan”. Sampai di sini, jempol masih harus diacungkan kepada Prabowo – Gibran yang telah menajdikan Makan Bergizi Gratis sebagai sebuah program unggulan.

Tetapi apakah negara yang harus memasak lalu menyiapkan bahan, memasak, dan menyajikannya kepada sekitar 44 juta siswa? Menurut data, SD (24 jt), SMP (10 jt), SMA (6 jt), dan SMK (5 jt)? Bagaimana menyiapkan makanan sebanyak siswa yang tersebar di berbagai tempat? Kalau ditambah siswa TK sekitar 3 juta maka jumlahnya fantastis mencapai hampir 50 juta orang.

Lalu apakah dengan jumlah yang sebanyak itu, negara bisa melakonkan peran seperti seorang ibu rumah tangga yang siap menyediakan makanan? Data telah membuktikan, dari 21 juta siswa yang sudah mengecap MBG, sudah terdapat sekitar 6 ribu orang keracunan. Kita terus membayangkan kalau keseluruhan hampir 50 juta siswa itu mengecap MBG, apakah diyakinkan bahwa terjadi penurunan atau malah angka keracunan? Data yang ada bisa membuat kita melakukan prediksi.

Mengurai Masalah

Data tentang siswa yang telah mengalami keracuanan makanan mendorong sikap kritis untuk coba mengurainya. Fakta tentang adanya Makanan Bikin Gawat (Darurat) mestinya diterima sebagai. Keracunan makananan yang ditimbulkan tentu saja disebabkan oleh manajemen penyediaan, pengolahan, hingga distribusi.

Hal paling utama adalah penyediaan bahan makanan yang tentu tidak sedikit untuk jumlah siswa yang begitu banyak. Bahan makanan berupa sayur, daging, ikan, atau susu dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar maka penyimpanan bahan di gudung dalam suhu yang ideal sangat diperlukan. Di sini bebrapa pertanyaan tentang bahan makanan yang berkualitas dan tidak kedaluwarsa menjadi sangat rentan.

Persoalan bahan akan diikuti dengan tingkatan higienitas yang diperlukan. Sebuah proses masak perlu melewati estándar minimal terkiat alat masak, air yang steil (di banyak tempat air menjadi masalah yang sangat serius karena sudah terkontaminasi), atau kebersihan makanan itu sendiri yang karena itu harus dicuci secara wajar. Masalah higienitas juga datang dari kebersaihan pemasak. Karena memasak dalam jumlah yang besar maka penggunaan sarung tangan, masker, atau penutup kepala.

Masalah lain yang sangat krusial, bagaimana menjamin kualitas masakan ketika dimasak dalam jumlah yang besar? Memaak untuk ratuan malah ribuan porsi itu sesuatu yang tidak mudah. Satu bahan yang basi bisa mencemarkan semua. Lebih lagi karena proporsi yang besar maka tingkat kematangan masakan akan sangat dipertaruhkan.

Proses ini yang meski dilewati dengan baik tetapi masih akan teruji dari segi distribusi. Makanan yang disisapkan dalam jumlah yang besar menyebabkan persiapan sangat awal pada pagi malah dini hari. Makanan itu baru bisa dibagikan pada siang (atau sore) tanpa pendingin sehingga bakteri cepat berkembang. Inilah rangkaian yang berujung pada mudahnya menyebabkan keracuanan pada anak.

Mengevaluasi

Fakta adanya siswa keracunan dalam jumlah yang sangat besar tidak mesti ditindaklanjuti dengan melarang MBG. Ia adalah ide cemerlang dan merupakan salah satu program unggulan dalam asta cita Prabowo – Gibran yang salah satunya ingin memperkuat Sumber Daya Manusia yang diawali dengan konsumsi makanan bergizi sejak usia dini.

Sampai di sini semua yang dicitakan sangat mulia. Yang jadi pertanyaan, apa yang perlu dilakukan agar tujuan mulia itu tercapai dengan cara yang elegan? Jelasnya, apa yang perlu dilakukan agar tujuan itu tercapai tanpa memunculkan akibat lain seperti keracunan yang mencederai MBG itu sendiri?

Pertama, penyediaan massal akan menjadi sumber masalah oleh rangkaian hal yang bisa saling berinteraksi bersamaan. Jelasnya, proses yang lebih personal atau familiar menjadi pilihan paling cerdas. Itu berarti negara perlu mempercayakan orang tua atau kerabat terdekat untuk menjadi pelaksana program tersebut.

Di sini aspek kepercayaan perlu ditanamkan. Keluarga yang telah melahirkan dan membesarkan, dengan segala kekurangan, menjadi penanggungjawab utama. Dengan demikian kapasitasi terhadap orang tua / keluarga untuk meningkatkan higienitas dan mempertimbangkan proporsi kalori yang dibutuhkan akan menjadi sebuah gebrakan. Lebih lagi karena cara pengolahan yang ditingkatkan akan berakibat tidak saja pada anak-anak tetapi seluruh keluarga akan mendapatkan benefit dari peningkatkan pengolahan makanan tersebut.

Kedua, negara perlu mengambil peran yang lebih strategis tidak saja sebagai penyedia MBG tetapi juga sebagai pengontrol kualitas dan bertanggungjawab dalam melakukan pelatihan dan pemberdayaan ibu atau keluarga dalam memasak. Pada tahapan ini, banyak Perguruan Tinggi dengan Prodi Tata Boga atau Perhotelan bagian Food and Beverage, bisa berkontribusi secara positif. Dalam arti ini, negara tahu batasan tentang apa yang diharus dilakukan tetapi juga ‘tahu diri’ batasan keterlibatan. Negara tidak bisa terlibat sampai ke meja makan yang tidak mengambil peran masyarakat tetapi juga melakukan sebuah pekerjaan yang musthahil oleh begitu banyaknya jumlah siswa yang harus dilayani.

Peran negara seperti ini lebih strategis dan elegan. Negara menciptakan regulasi yang memungkinkan untuk mencegah dalam arti mengurangi dan menghilangkan risiko bahaya keamanan pangan. Negara juga bisa mengendalikan lebih profesional sehingga makanan benar-benar menjadi Makanan Bergizi Gratis dan bukan Makanan Bikin Gawat (Darurat) seperti yang terjadi. Pada akhirnya negara memberikan kenyamanan tidak saja agar bahan makanan yang ada benar-benar aman dan berkualitas tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan generasi yang sehat.

Adanya evaluai dan koreksi yang lebih awal seperti ini sesungguhnya memberikan bobot pada MBG yang secara positf bermanfaat. Hal itu menjamin bahwa generasi emas benar-benar tersiapkan.

Robert Bala. Direktur Akademi Perhotelan Tunas Indonesia Bintaro, D4 Pengelolaan Perhotelan.

WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Kepala SD Inpres 1 Waikomo Veronika Ose, S.Pd : Perayaan Syukur 50 Tahun Tonggak Sejarah Penting, “Merajut Kebersamaan, Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar”
Pendidikan

Kepala SD Inpres 1 Waikomo Veronika Ose, S.Pd : Perayaan Syukur 50 Tahun Tonggak Sejarah Penting, “Merajut Kebersamaan, Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar”

Kepala SD Inpres 1 Waikomo Veronika Ose, S.Pd : Perayaan Syukur 50 Tahun Tonggak Sejarah Penting, "Merajut Kebersamaan, Meningkatkan Mutu...

Read more
Polres Ende Tangkap Dua Pelaku Penipuan Berkedok Pengobatan Tradisional

Polres Ende Tangkap Dua Pelaku Penipuan Berkedok Pengobatan Tradisional

Gubernur NTT Ajak Anak Perempuan Berani Bermimpi Jadi Agen Perubahan

Gubernur NTT Ajak Anak Perempuan Berani Bermimpi Jadi Agen Perubahan

Bantuan Pakaian Bagi Korban Erupsi Lewotobi Disalurkan di Flores Timur

Pastor Paroki Mater Dolorosa Mangulewa Pater Charles Beraf, SVD  Serahkan Program Reintregrasi Kemensos Kepada Korban TPPO Yuliana Dopo

Yasinta Asa Lapor LKK Dugaan Penggelapan Mobil ke Polres, Besok Sidang Perdana di PN Lembata

Rayakan HUT OTDA Lembata, Bupati Kanis Tuaq : “Mari Kita Renungkan Pesan Bijak Petrus Gute Betekeneng dan Abdul Salam Sarabiti

Sambut Hari Listrik Nasional, PT PLN Persero Ende Luncurkan Program Pemasangan Meteran Gratis

Sambut Hari Listrik Nasional, PT PLN Persero Ende Luncurkan Program Pemasangan Meteran Gratis

Load More
Next Post
 Wabup Nasir Lepas Tim Persebata Menuju Liga Tiga Indonesia : “Payung Filosofi Kepercayaan Diri”

 Wabup Nasir Lepas Tim Persebata Menuju Liga Tiga Indonesia : "Payung Filosofi Kepercayaan Diri"

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In