Oleh : Pater Steph Tupen Within, SVD, Jurnalis dan Penulis Buku
WARTA-NUSANTARA.COM–Bila kita sadar “bagaimana mengikuti Yesus” maka “kelekatan” menjadi salah satu persoalan serius. Hidup dalam “kerajaan damai” keluarga jadi tantangan tidak kecil. Seseorang pasti merasa tidak nyaman bila “ditarik atau dilepaskan” dari keluarga. Hadir tantangan dalam “kebebasan batin.”
Yesus tidak antikeluarga. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang taat.
Tuhan menarik pendengar dan pengikutNya menuju “keluarga yang lebih luas dan lepas” yg dilandasi kasih, ditandai penerimaan satu sama lain yg memberi kesegaran baru bagi publik. Keluarga yg lebih luas itu tahu arti kata-kata Tuhan “menyambut Aku” dan “menyambut dia yg mengutus Aku” dan apa artinya “memberi air sejuk” (Mat 10.40.42?
Rumah keluarga menjadi tempat terindah utk belajar mengapai “kebebasan batin.” Kita belajar bagaimana harus memberi, menyerahkan, solider, berpikir dan bertindak demi nasib sesama. Keluarga mesti jadi saluran kasih kepada sesama melalui tindakan kasih, solidaritas dan belarasa kemanusiaan serta empati terhadap alam lingkungan sebagai rumah hidup kita.
Selamat hari Minggu, Salam sehat. Tuhan berkai