ADVERTISEMENT
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak
Selasa, Juli 15, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
  • Home
  • National
  • Internasional
  • Polkam
  • Hukrim
  • News
  • Pendidikan
  • Olahraga
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Tak Ada Lagi Ratapan Dari Timur

by WartaNusantara
April 23, 2020
in Uncategorized
0
“Angin Segar” Pembebasan
0
SHARES
241
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

RelatedPosts

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

Suara Untuk Aksi Iklim Berkeadilan : Diskusi Publik Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia

Suara Untuk Aksi Iklim Berkeadilan : Diskusi Publik Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia

Load More
  • Tak Ada Lagi Ratapan dari Timur . Adalah Gisela, perempuan berkebangsaan Jerman itu selalu prihatin ketika melihat orang-orang di sekitarnya yang menderita penyakit lepra (kusta). Dalam konteks biblis dan pandangan lama melihat bahwa seseorang yang terkena penyakit kusta adalah orang-orang yang sedang mendapat kutukan dari Allah. Sebuah pandangan yang diskriminatif dan konsep ini bertahan lama, apalagi waktu itu para agamawan melihat penyakit itu sebagai bagian dari kutukan Tuhan maka masyarakat umum yang awam terhadap tafsir kitab suci semakin meyakini apa yang dikatakan oleh ahli-ahli Taurat. Dikisahkan juga dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, bagaimana Sang Tabib mentahirkan sepuluh orang kusta. Mereka menjadi sembuh dan hanya satu orang saja yang datang mengucapkan terima kasih pada Sang Tabib. Konsep penyakit yang merupakan kutukan dari Allah, perlahan tersibak oleh sentuhan tangan Ilahi lewat tangan Sang Tabib. Lambat laun, ketika modernisasi semakin berpengaruh terutama ilmu kedokteran, menemukan obat sebagai penawar kesembuhan bagi para penderita. Penemuan obat yang bisa menawarkan kesembuhan seakan membawa angin segar bagi para penderita kusta. Tidak hanya sang kusta, tetapi para dokter pun mulai bermunculan untuk belajar bagaimana menangani para penderita kusta. Gisela adalah sosok pejuang kemanusiaan yang dengan gigih merawat mereka yang terluka karena penyakit kusta. Gisela berkebangsaan Jerman itu harus meninggalkan tanah airnya untuk mencari mereka yang terluka. Panggilan luhur ini dijalani dengan tulus penuh makna hingga menyadarkan orang-orang kusta bahwa mereka masih memiliki martabat sebagai manusia, walapun sebagian anggota tubuh mereka putus karena digerogoti oleh penyakit yang ganas itu. Kesadaran Gisela terasah secara baik ketika ia masih duduk di bangku sekolah, dan hampir setiap saat selalu menyempatkan diri untuk membaca riwayat hidup Santo Damian, seorang imam Katolik yang pada akhirnya memutuskan diri dan hidup bersama dengan para penderita kusta di pulau pembuangan, Molokai. Molokai dijadikan sebagai tempat pembuangan manusia-manusia yang terkena kusta. Di mata kebanyakan orang, para penderita kusta adalah mereka yang mendapat kutukan dari Allah karena itu perlu disingkirkan dari ruang pergaulan umum. Bacaan mengenai riwayat kehidupan seorang Damian, memberikan sebuah inspirasi bagi seorang Gisela untuk memulai sebuah pergerakan untuk mendampingi dan menyelamatkan orang-orang yang terkena kusta. Waktu itu, di Pulau Lomblen (Lembata), sebuah pulau kecil di ujung timur Flores Timur, begitu banyak orang yang menderita sakit kusta yang tidak tertangani secara baik. Kabar penderitaan itu dia dengar dari Issabella, seorang perempuan asal Flores yang waktu itu sedang belajar pendidikan kesehatan di Jerman. Perkenalan mereka dan cerita tentang penyakit kusta menjadi sebuah perbincangan hangat di antara mereka. Selepas sekolah, Issabella kembali ke Indonesia dan disusul oleh Gisela, perempuan berkebangsaan Jerman itu. Puluhan tahun lalu, ia menumpangi kapal laut dari Jerman menuju Surabaya dan pada akhirnya berujung di pulau Lomblen (Lembata), sebuah pulau di ujung timur pulau Flores. Misi kemanusiaan yang diemban oleh Gisela merupakan misi keberpihakkan pada mereka yang sakit dan terlantar. Kehadirannya membawa angin segar bagi para penderita kusta. Mereka (para kusta) yang sebelumnya mengalami peristiwa pembuangan yang dilakukan oleh keluarga, seolah menemukan teman baru yang menemaninya dalam mengarungi hari-hari penderitaan. Pada awalnya mereka membuka klinik sederhana yang terbuat dari bambu. Di klinik dengan nuansa kesederhanaan itu mereka belajar untuk memahami para kusta dan memberikan pertolongan. Mereka tidak hanya memberikan obat dan suntikan pada para kusta tetapi lebih dari itu, memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa penyakit kusta bukanlah penyakit kutukan dari Allah dan penyakit itu bisa disembuhkan. Mengapa Gisela berkampanye keliling ke desa-desa? Tujuan sederhana agar keluarga yang terkena kusta tidak lalu dikorbankan bahkan diasingkan dari keluarga. Hari demi hari para penyandang penyakit kusta membawa luka-luka dan memperlihatkan diri pada Gisela yang adalah seorang dokter. Karena pelayanan baik dan merasa dihargai atau dimanusiakan kembali maka kebanyakan mereka yang setelah berobat malah meminta untuk menetap di klinik yang sederhana itu. Gisela, karena luka para kusta, berani meninggalkan benua Eropa untuk berlayar menuju pantai perindu, Lomblen, untuk menjamah orang-orang kusta. Kini, klinik sederhana itu berkembang menjadi sebuah Rumah Sakit Kusta Santo Damian. Kita belajar dari Gisela untuk melampaui diri dan berjumpa dengan mereka yang sakit dan terpinggirkan. Tak ada lagi ratapan dari timur karena sentuhan tangan seorang Gisela dan Isabella.*** (Valery Kopong)
WartaNusantara

WartaNusantara

Related Posts

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas
Pendidikan

Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas

  Wagub Johni Asadoma Dorong UPG 1945 NTT  Hadirkan Layanan Pendidikan Berkualitas KUPANG : WARTA-NUSANTARA.COM--  "Pembangunan di bidang pendidikan terus...

Read more
Suara Untuk Aksi Iklim Berkeadilan : Diskusi Publik Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia

Suara Untuk Aksi Iklim Berkeadilan : Diskusi Publik Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia

Ayo Membaca di Lapak Pinggir Jalan Dukung Program Literasi Lembata

Ayo Membaca di Lapak Pinggir Jalan Dukung Program Literasi Lembata

GEMPANA Dukung Kejari Madina Usut Tuntas Dugaan Korupsi Program Smart Village

GEMPANA Dukung Kejari Madina Usut Tuntas Dugaan Korupsi Program Smart Village

Gubernur NTT Hadiri Perayaan HUT Bhayangkara ke-79 : Janji Suci Polri Ciptakan Aman, Damai dan Sejahtera

Gubernur NTT Hadiri Perayaan HUT Bhayangkara ke-79 : Janji Suci Polri Ciptakan Aman, Damai dan Sejahtera

Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria : Bersama Remaja Paroki St. Maria Banneux Lewoleba; “Rajut asa Membangun Iman Spiritual”.

Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria : Bersama Remaja Paroki St. Maria Banneux Lewoleba; “Rajut asa Membangun Iman Spiritual”.

Load More
Next Post
Bupati Sunur Instruksikan Kepala OPD Dan Para Camat Segera Buat Sekema Anggaran Penanganan Covid-19

Bupati Sunur Instruksikan Kepala OPD Dan Para Camat Segera Buat Sekema Anggaran Penanganan Covid-19

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ads

Tag

mostbet mostbet UZ Sastra
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kontak

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Polkam
  • Internasional
  • National

Copyright @ 2020 Warta-nusantara.com, All right reserved

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In